Lompat ke isi

Sistiserkosis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
merged content
Ign christian (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 19: Baris 19:
'''Sistiserkosis''' adalah infeksi [[jaringan]] yang disebabkan oleh bentuk [[larva]] (cysticercus) [[Taenia]], yang disebut sistiserkus akibat termakan [[telur]] [[Platyhelminthes|cacing pita]] ''[[Taenia]]'',<ref name="Wandra 2003"> {{en}} Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. ''Journal of Emerging Infectious Disease'' 9 (7): 884-885.</ref> dari [[cacing pita babi]] (''Taeniasolium'').<ref>{{cite book|last1=Roberts|first1=Larry S.|last2=Janovy, Jr.|first2=John|title=Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts' Foundations of Parasitology|date=2009|publisher=McGraw-Hill Higher Education|location=Boston|isbn=978-0-07-302827-9|pages=348-351|edition=8}}</ref><ref name=WHO2013>{{cite web|title=Taeniasis/Cysticercosis  Fact sheet N°376|url=http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs376/en/|work=World Health Organization|accessdate=18 March 2014|date=February 2013}}</ref> [[Cacing pita babi]] dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan [[cacing pita sapi]] tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.<ref name="Grove"> {{en}} Grove, D. I. 1990. ''A History of Human Helminthology''. United Kingdom: CAB International.</ref> Gejalanya mungkin hanya sedikit atau tidak terlihat sama sekali selama bertahun-tahun,berkembang dari benjolan kira-kira satu atau dua sentimeter yang tak terasa sakit, atau [[neurocysticercosis|gejala neurologis]] jika yang terinfeksi adalah otak.<ref name=Garcia03/><ref name=Gar2002>{{cite journal |author=García HH, Evans CA, Nash TE, et al. |title=Current consensus guidelines for treatment of neurocysticercosis |journal=Clin. Microbiol. Rev. |volume=15 |issue=4 |pages=747–56 |date=October 2002 |pmid=12364377 |pmc=126865 |doi= 10.1128/CMR.15.4.747-756.2002|url=http://cmr.asm.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=12364377}}</ref> Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun benjolan ini mulai terasa sakit dan bengkak lalu berubah.<!-- <ref name=Garcia03/> --> Di negara berkembang ini adalah salah satu penyebab umum [[kejang]].<ref name=Garcia03/>
'''Sistiserkosis''' adalah infeksi [[jaringan]] yang disebabkan oleh bentuk [[larva]] (cysticercus) [[Taenia]], yang disebut sistiserkus akibat termakan [[telur]] [[Platyhelminthes|cacing pita]] ''[[Taenia]]'',<ref name="Wandra 2003"> {{en}} Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. ''Journal of Emerging Infectious Disease'' 9 (7): 884-885.</ref> dari [[cacing pita babi]] (''Taeniasolium'').<ref>{{cite book|last1=Roberts|first1=Larry S.|last2=Janovy, Jr.|first2=John|title=Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts' Foundations of Parasitology|date=2009|publisher=McGraw-Hill Higher Education|location=Boston|isbn=978-0-07-302827-9|pages=348-351|edition=8}}</ref><ref name=WHO2013>{{cite web|title=Taeniasis/Cysticercosis  Fact sheet N°376|url=http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs376/en/|work=World Health Organization|accessdate=18 March 2014|date=February 2013}}</ref> [[Cacing pita babi]] dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan [[cacing pita sapi]] tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.<ref name="Grove"> {{en}} Grove, D. I. 1990. ''A History of Human Helminthology''. United Kingdom: CAB International.</ref> Gejalanya mungkin hanya sedikit atau tidak terlihat sama sekali selama bertahun-tahun,berkembang dari benjolan kira-kira satu atau dua sentimeter yang tak terasa sakit, atau [[neurocysticercosis|gejala neurologis]] jika yang terinfeksi adalah otak.<ref name=Garcia03/><ref name=Gar2002>{{cite journal |author=García HH, Evans CA, Nash TE, et al. |title=Current consensus guidelines for treatment of neurocysticercosis |journal=Clin. Microbiol. Rev. |volume=15 |issue=4 |pages=747–56 |date=October 2002 |pmid=12364377 |pmc=126865 |doi= 10.1128/CMR.15.4.747-756.2002|url=http://cmr.asm.org/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=12364377}}</ref> Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun benjolan ini mulai terasa sakit dan bengkak lalu berubah.<!-- <ref name=Garcia03/> --> Di negara berkembang ini adalah salah satu penyebab umum [[kejang]].<ref name=Garcia03/>


Sedangkan kemampuan ''[[Taenia asiatica]]'' dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. <ref name="Simanjuntak"/> Terdapat dugaan bahwa ''Taenia asiatica'' merupakan penyebab sistiserkosis di [[Asia]]. <ref name=Simanjuntak>{{cite web
Sedangkan kemampuan ''[[Taenia asiatica]]'' dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti.<ref name="Simanjuntak"/> Terdapat dugaan bahwa ''Taenia asiatica'' merupakan penyebab sistiserkosis di [[Asia]].<ref name=Simanjuntak>{{cite web
| last = Simanjuntak
| last = Simanjuntak
| first = Gindo Mangara
| first = Gindo Mangara
Baris 41: Baris 41:


== Efek kesehatan ==
== Efek kesehatan ==
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan [[lokasi]] [[parasit]] dalam tubuh. <ref name=Satrija> {{id}} Satrija, F. 2005. Helmintologi: Ciri Umum dan Morfologi Helminth. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal 1-5 </ref>Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. <ref name=Satrija/> Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut [[neurosistiserkosis]]), [[mata]], [[otot]] dan lapisan bawah [[kulit]]. <ref name=Wandra> {{cite journal
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan [[lokasi]] [[parasit]] dalam tubuh.<ref name=Satrija> {{id}} Satrija, F. 2005. Helmintologi: Ciri Umum dan Morfologi Helminth. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal 1-5 </ref> Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. <ref name=Satrija/> Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut [[neurosistiserkosis]]), [[mata]], [[otot]] dan lapisan bawah [[kulit]].<ref name=Wandra> {{cite journal
| author = Wandra, T., A. A. Depary, P. Sutisna, S. S. Margono, T. Suroso, M. Okamoto, P. S. Craig, dan A. Ito
| author = Wandra, T., A. A. Depary, P. Sutisna, S. S. Margono, T. Suroso, M. Okamoto, P. S. Craig, dan A. Ito
| year = 2006
| year = 2006
Baris 60: Baris 60:
Infeksi dapat dicegah secara efektif dengan kebersihan pribadi dan[[sanitasi]].<!-- <ref name=WHO2013/> --> Termasuk: memasak daging babi sampai matang,[[toilet]] layak dan peningkatan akses ke air bersih.<!-- <ref name=WHO2013/> --> Mengobati orang dengan taeniasis adalah penting guna mencegah penularan.<ref name=WHO2013/> Pengobatan penyakit yang tidak memengaruhi sistem saraf mungkin tidak diperlukan.<ref name=Garcia03/>  Pengobatan pada orang dengan neurocysticercosis bisa dengan [[praziquantel]] atau [[albendazole]].<!-- <ref name=WHO2013/> --> Obat-obatan ini mungkin harus dikonsumsi secara jangka panjang.<!-- <ref name=WHO2013/> --> [[Steroid]], sebagai anti radang selama pengobatan, dan [[pengobatan anti kejang]] mungkin juga diperlukan.<!-- <ref name=WHO2013/> --> Terkadang diperlukan tindakan operasi untuk mengangkat sista.<ref name=WHO2013/> 
Infeksi dapat dicegah secara efektif dengan kebersihan pribadi dan[[sanitasi]].<!-- <ref name=WHO2013/> --> Termasuk: memasak daging babi sampai matang,[[toilet]] layak dan peningkatan akses ke air bersih.<!-- <ref name=WHO2013/> --> Mengobati orang dengan taeniasis adalah penting guna mencegah penularan.<ref name=WHO2013/> Pengobatan penyakit yang tidak memengaruhi sistem saraf mungkin tidak diperlukan.<ref name=Garcia03/>  Pengobatan pada orang dengan neurocysticercosis bisa dengan [[praziquantel]] atau [[albendazole]].<!-- <ref name=WHO2013/> --> Obat-obatan ini mungkin harus dikonsumsi secara jangka panjang.<!-- <ref name=WHO2013/> --> [[Steroid]], sebagai anti radang selama pengobatan, dan [[pengobatan anti kejang]] mungkin juga diperlukan.<!-- <ref name=WHO2013/> --> Terkadang diperlukan tindakan operasi untuk mengangkat sista.<ref name=WHO2013/> 


<!-- Epidemiologi --> 
<!-- Epidemiologi -->
Cacing pita babi sangat umum di Asia, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Latin.<ref name=Garcia03>{{cite journal |author=García HH, Gonzalez AE, Evans CA, Gilman RH |title=''Taenia solium'' cysticercosis |journal=Lancet |volume=362 |issue=9383 |pages=547–56 |date=August 2003 |pmid=12932389 |pmc=3103219 |doi=10.1016/S0140-6736(03)14117-7 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140-6736(03)14117-7}}</ref> Di beberapa area diyakini bila lebih dari 25% masyarakatnya telah terinfeksi.<ref name=Garcia03/> Di negara maju hal ini sangat jarang terjadi.<ref name=Bob2014/> Cacing ini menyebabkan 1.200 kematian di seluruh dunia pada tahun 2010, lebih dari 700 jiwa di tahun 1990.<ref name=Loz2012>{{cite journal |author=Lozano R, Naghavi M, Foreman K, ''et al.'' |title=Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010 |journal=Lancet |volume=380 |issue=9859 |pages=2095–128 |date=December 2012 |pmid=23245604 |doi=10.1016/S0140-6736(12)61728-0 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140-6736(12)61728-0}}</ref> Cysticercosis juga memengaruhi babi dan sapi namun jarang yang menunjukkan gejalanya karena sebagian besar tidak berumur panjang.<ref name=WHO2013/> Penyakit ini muncul di manusia sejak dulu.<ref name=Bob2014>{{cite journal |author=Bobes RJ, Fragoso G, Fleury A, ''et al.'' |title=Evolution, molecular epidemiology and perspectives on the research of taeniid parasites with special emphasis on ''Taeniasolium'' |journal=Infect. Genet.Evol. |volume=23 |pages=150–60 |date=April 2014 |pmid=24560729 |doi=10.1016/j.meegid.2014.02.005 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1567-1348(14)00053-7}}</ref> Ini adalah salah satu [[penyakit tropis yang diabaikan]].<ref>{{cite web|title=Neglected Tropical Diseases|url=http://www.cdc.gov/globalhealth/ntd/diseases/index.html|website=cdc.gov|accessdate=28 November 2014|date=June 6, 2011}}</ref>
Cacing pita babi sangat umum di Asia, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Latin.<ref name=Garcia03>{{cite journal |author=García HH, Gonzalez AE, Evans CA, Gilman RH |title=''Taenia solium'' cysticercosis |journal=Lancet |volume=362 |issue=9383 |pages=547–56 |date=August 2003 |pmid=12932389 |pmc=3103219 |doi=10.1016/S0140-6736(03)14117-7 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140-6736(03)14117-7}}</ref> Di beberapa area diyakini bila lebih dari 25% masyarakatnya telah terinfeksi.<ref name=Garcia03/> Di negara maju hal ini sangat jarang terjadi.<ref name=Bob2014/> Cacing ini menyebabkan 1.200 kematian di seluruh dunia pada tahun 2010, lebih dari 700 jiwa di tahun 1990.<ref name=Loz2012>{{cite journal |author=Lozano R, Naghavi M, Foreman K, ''et al.'' |title=Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010 |journal=Lancet |volume=380 |issue=9859 |pages=2095–128 |date=December 2012 |pmid=23245604 |doi=10.1016/S0140-6736(12)61728-0 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140-6736(12)61728-0}}</ref> Cysticercosis juga memengaruhi babi dan sapi namun jarang yang menunjukkan gejalanya karena sebagian besar tidak berumur panjang.<ref name=WHO2013/> Penyakit ini muncul di manusia sejak dulu.<ref name=Bob2014>{{cite journal |author=Bobes RJ, Fragoso G, Fleury A, ''et al.'' |title=Evolution, molecular epidemiology and perspectives on the research of taeniid parasites with special emphasis on ''Taeniasolium'' |journal=Infect. Genet.Evol. |volume=23 |pages=150–60 |date=April 2014 |pmid=24560729 |doi=10.1016/j.meegid.2014.02.005 |url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1567-1348(14)00053-7}}</ref> Ini adalah salah satu [[penyakit tropis yang diabaikan]].<ref>{{cite web|title=Neglected Tropical Diseases|url=http://www.cdc.gov/globalhealth/ntd/diseases/index.html|website=cdc.gov|accessdate=28 November 2014|date=June 6, 2011}}</ref>


== Penyebaran di Indonesia ==
== Penyebaran di Indonesia ==
Di [[Kabupaten]] [[Jayawijaya]] [[Papua]], [[Indonesia]] ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari [[babi]] <ref name=Simanjuntak/>. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah [[kulit]] <ref name=Simanjuntak/>. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala [[epilepsi]] <ref name=Simanjuntak/>. Dari 257 [[pasien]] yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak. <ref name=Simanjuntak/>
Di [[Kabupaten]] [[Jayawijaya]] [[Papua]], [[Indonesia]] ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari [[babi]] <ref name=Simanjuntak/>. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah [[kulit]].<ref name=Simanjuntak/> Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala [[epilepsi]].<ref name=Simanjuntak/> Dari 257 [[pasien]] yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak.<ref name=Simanjuntak/>


Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami [[epilepsi]] di [[Bali]] didiagnosa menderita sistiserkosis di [[otak]]. <ref name=Margono ok 2001> {{cite journal
Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami [[epilepsi]] di [[Bali]] didiagnosa menderita sistiserkosis di [[otak]].<ref name=Margono ok 2001> {{cite journal
| author = Margono, S. S., T. Wandra, dan T. Suroso
| author = Margono, S. S., T. Wandra, dan T. Suroso
| year = 2001
| year = 2001
Baris 81: Baris 81:
| accessdate =
| accessdate =
| language = English
| language = English
}}</ref> Prevalensi taeniasis ''T. asiatica'' di [[Sumatera Utara]] berkisar 1,9%-20,7%. <ref name=Wandra/> Kasus ''T. asiatica'' di [[Provinsi]] ini umumnya disebabkan oleh konsumsi [[daging]] [[babi hutan]] setengah matang. <ref name=Wandra/>
}}</ref> Prevalensi taeniasis ''T. asiatica'' di [[Sumatera Utara]] berkisar 1,9%-20,7%. <ref name=Wandra/> Kasus ''T. asiatica'' di [[Provinsi]] ini umumnya disebabkan oleh konsumsi [[daging]] [[babi hutan]] setengah matang.<ref name=Wandra/>


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 10 September 2015 11.24

Sistiserkosis
Magnetic resonance image in a person with neurocysticercosis showing many cysts within the brain.
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular Sunting ini di Wikidata

Sistiserkosis adalah infeksi jaringan yang disebabkan oleh bentuk larva (cysticercus) Taenia, yang disebut sistiserkus akibat termakan telur cacing pita Taenia,[1] dari cacing pita babi (Taeniasolium).[2][3] Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.[4] Gejalanya mungkin hanya sedikit atau tidak terlihat sama sekali selama bertahun-tahun,berkembang dari benjolan kira-kira satu atau dua sentimeter yang tak terasa sakit, atau gejala neurologis jika yang terinfeksi adalah otak.[5][6] Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun benjolan ini mulai terasa sakit dan bengkak lalu berubah. Di negara berkembang ini adalah salah satu penyebab umum kejang.[5]

Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti.[7] Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.[7]

Penyebab dan Diagnosis

Biasanya didapat akibat makan makanan atau minum air yang mengandung telur cacing pita. Sayuran mentah merupakan sumber utama.[3] Telur cacing pita berasal dari feces orang yang terinfeksi cacing dewasa, kondisi ini dinamakan taeniasis.[5][8] Taeniasis adalah penyakit yang berbeda dan disebabkan karena memakan sista dari daging babi yang tidak dimasak sampai matang.[3] Orang yang hidup bersama dengan orang yang memiliki cacing pita punya resiko lebih besar untuk tertular cysticercosis.[8] Diagnosis bisa dilakukan dengan aspirasi terhadap sista.[5] Mengambil gambar otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) paling berguna untuk diagnosis penyakit otak. Peningkatan jumlah sel darah putih, disebut eosinophils, di cairan tulang belakang otak dan darah juga digunakan sebagai indikator.[5]

Efek kesehatan

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh.[9] Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. [9] Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.[10]

Pencegahan dan Pengobatan

Infeksi dapat dicegah secara efektif dengan kebersihan pribadi dansanitasi. Termasuk: memasak daging babi sampai matang,toilet layak dan peningkatan akses ke air bersih. Mengobati orang dengan taeniasis adalah penting guna mencegah penularan.[3] Pengobatan penyakit yang tidak memengaruhi sistem saraf mungkin tidak diperlukan.[5]  Pengobatan pada orang dengan neurocysticercosis bisa dengan praziquantel atau albendazole. Obat-obatan ini mungkin harus dikonsumsi secara jangka panjang. Steroid, sebagai anti radang selama pengobatan, dan pengobatan anti kejang mungkin juga diperlukan. Terkadang diperlukan tindakan operasi untuk mengangkat sista.[3] 

Cacing pita babi sangat umum di Asia, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Latin.[5] Di beberapa area diyakini bila lebih dari 25% masyarakatnya telah terinfeksi.[5] Di negara maju hal ini sangat jarang terjadi.[11] Cacing ini menyebabkan 1.200 kematian di seluruh dunia pada tahun 2010, lebih dari 700 jiwa di tahun 1990.[12] Cysticercosis juga memengaruhi babi dan sapi namun jarang yang menunjukkan gejalanya karena sebagian besar tidak berumur panjang.[3] Penyakit ini muncul di manusia sejak dulu.[11] Ini adalah salah satu penyakit tropis yang diabaikan.[13]

Penyebaran di Indonesia

Di Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi [7]. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah kulit.[7] Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi.[7] Dari 257 pasien yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak.[7]

Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak.Kesalahan pengutipan: Parameter dalam tag <ref> tidak sah; Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. [10] Kasus T. asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang.[10]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. Journal of Emerging Infectious Disease 9 (7): 884-885.
  2. ^ Roberts, Larry S.; Janovy, Jr., John (2009). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts' Foundations of Parasitology (edisi ke-8). Boston: McGraw-Hill Higher Education. hlm. 348–351. ISBN 978-0-07-302827-9. 
  3. ^ a b c d e f "Taeniasis/Cysticercosis  Fact sheet N°376". World Health Organization. February 2013. Diakses tanggal 18 March 2014. 
  4. ^ (Inggris) Grove, D. I. 1990. A History of Human Helminthology. United Kingdom: CAB International.
  5. ^ a b c d e f g h García HH, Gonzalez AE, Evans CA, Gilman RH  (August 2003 ). "Taenia solium cysticercosis". Lancet . 362  (9383 ): 547–56 . doi:10.1016/S0140-6736(03)14117-7 . PMC 3103219 alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 12932389  Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  6. ^ García HH, Evans CA, Nash TE, et al.  (October 2002 ). "Current consensus guidelines for treatment of neurocysticercosis". Clin. Microbiol. Rev. . 15  (4 ): 747–56 . doi:10.1128/CMR.15.4.747-756.2002. PMC 126865 alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 12364377  Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  7. ^ a b c d e f Simanjuntak, Gindo Mangara. "Studi Taeniasis/Cysticercosis di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya" (Pdf). Badan Litbang Kesehatan. Diakses tanggal 2010-05-13. 
  8. ^ a b "CDC - Cysticercosis". 
  9. ^ a b (Indonesia) Satrija, F. 2005. Helmintologi: Ciri Umum dan Morfologi Helminth. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal 1-5
  10. ^ a b c Wandra, T., A. A. Depary, P. Sutisna, S. S. Margono, T. Suroso, M. Okamoto, P. S. Craig, dan A. Ito (2006). "Taeniasis and Cysticercosis in Bali and North Sumatra, Indonesia". Parasitology International. 55: 155–160. doi:10.1016/j.parint.2005.11.024. 
  11. ^ a b Bobes RJ, Fragoso G, Fleury A, et al.  (April 2014 ). "Evolution, molecular epidemiology and perspectives on the research of taeniid parasites with special emphasis on Taeniasolium". Infect. Genet.Evol. . 23 : 150–60 . doi:10.1016/j.meegid.2014.02.005 . PMID 24560729  Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  12. ^ Lozano R, Naghavi M, Foreman K, et al.  (December 2012 ). "Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010". Lancet . 380  (9859 ): 2095–128 . doi:10.1016/S0140-6736(12)61728-0 . PMID 23245604  Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  13. ^ "Neglected Tropical Diseases". cdc.gov. June 6, 2011. Diakses tanggal 28 November 2014.