Lompat ke isi

Soenarto Soemoprawiro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = <small>[[Kolonel]] [[TNI]] (Purn.) H. </small>
|honorific-prefix = <small>[[Kolonel]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Haji|H.]] </small>
|name = Soenarto Soemoprawiro
|name = Soenarto Soemoprawiro
|image = Soenarto Soemoprawiro.jpg
|image = Soenarto Soemoprawiro.jpg
Baris 10: Baris 10:
|governor = [[Basofi Sudirman]] </br> [[Imam Utomo]]
|governor = [[Basofi Sudirman]] </br> [[Imam Utomo]]
|lieutenant = Istijono Soenarto (1994 - 1995) </br> Wardji (1995 - 2000) </br> [[Bambang Dwi Hartono|Bambang Dwi H.]] (2000 - 2002)
|lieutenant = Istijono Soenarto (1994 - 1995) </br> Wardji (1995 - 2000) </br> [[Bambang Dwi Hartono|Bambang Dwi H.]] (2000 - 2002)
|predecessor = Poernomo Kasidi
|predecessor = [[Purnomo Kasidi|Poernomo Kasidi]]
|successor = [[Bambang Dwi Hartono]]
|successor = [[Bambang Dwi Hartono]]
|term_start = [[20 Juni]] [[1994]]
|term_start = [[20 Juni]] [[1994]]
Baris 35: Baris 35:
}}
}}


[[Kolonel|'''Kolonel''']] '''[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] (Purn)''' '''H. Soenarto Soemoprawiro''' atau sering dieja '''Sunarto Sumoprawiro''', dan sering disebut sebagai '''Cak Narto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|10|11|1944|[[Melbourne]], [[Australia]]|17|2|2003}}) adalah [[politikus]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Cak Narto merupakan Wali Kota [[Surabaya]] yang menjabat sejak [[20 Juni]] [[1994]] hingga [[16 Januari]] [[2002]].
[[Kolonel]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]] [[Haji|H.]] '''Soenarto Soemoprawiro''' atau sering dieja '''Sunarto Sumoprawiro''', dan sering disebut sebagai '''Cak Narto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|10|11|1944|[[Melbourne]], [[Australia]]|17|2|2003}}) adalah [[politikus]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Cak Narto merupakan Wali Kota [[Surabaya]] yang menjabat sejak [[20 Juni]] [[1994]] hingga [[16 Januari]] [[2002]].


== Latar belakang ==
== Karier politik ==
=== Wali Kota Surabaya ===
Soenarto menjabat sebagai wali kota sejak tahun [[1994]]-[[2000]] dan [[2000]]-[[2002]] (2 periode). Jabatan periode pertama Sunarto diperpanjang dari tahun [[1999]] ke [[2000]] dikarenakan situasi politik belum kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sidang pemilihan wali kota di [[DPRD]] [[Kota Surabaya]]. Sunarto resmi diberhentikan pada [[16 Januari]] [[2002]] oleh DPRD Kota Surabaya karena dianggap tidak memenuhi kriteria kesehatan sebagai wali [[Kota Surabaya]]<ref>[http://news.liputan6.com/read/27280/wali-kota-surabaya-sunarto-dipecat Wali Kota Surabaya Sunarto Dipecat].Liputan6</ref>, serta dianggap mangkir dari tugasnya sebagai wali kota pada Oktober [[2001]] selama dua pekan. Berbagai tudingan pun muncul terkait pemberhentiannya tersebut, di antaranya datang dari lawan politik wakil wali kota Bambang D.H yang menyatakan bahwa kondisi sakit dimanfaatkan untuk melengserkan wali kota. Sunarto Sumoprawiro dikenal sebagai wali kota yang kontroversial lantaran dinilai pro-rakyat kecil sekaligus akrab dengan para pemodal. Pedagang kaki lima yang kian merajalela di [[Surabaya]] pada masa kepemimpinannya nyaris tak pernah digusur. Aset pemerintah Kota Surabaya pun banyak yang dijual dan disewakan hingga puluhan tahun kepada para pemodal. Pembangunan Ruko (rumah toko) menjamur di era pemerintahannya, seringkali dengan memanfaatkan lahan hijau terbuka sehingga menyebabkan banjir parah di daerah yang sebelumnya tidak pernah banjir. Berbagai kebijakan populis dan kontroversial juga ada di zamannya, di antaranya banyak pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan, mendirikan asrama Bibit Unggul untuk memperbaiki pendidikan, dan sebagainya. Sunarto juga merupakan penggagas pembangunan [[Masjid Al-Akbar]] pada tahun [[1995]], yang merupakan masjid terbesar ke-dua di [[Indonesia]] setelah [[Masjid Istiqlal]] di [[Jakarta]].
Soenarto menjabat sebagai wali kota sejak tahun [[1994]]-[[2000]] dan [[2000]]-[[2002]] (2 periode). Jabatan periode pertama Sunarto diperpanjang dari tahun [[1999]] ke [[2000]] dikarenakan situasi politik belum kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sidang pemilihan wali kota di [[DPRD]] [[Kota Surabaya]]. Sunarto resmi diberhentikan pada [[16 Januari]] [[2002]] oleh DPRD Kota Surabaya karena dianggap tidak memenuhi kriteria kesehatan sebagai wali [[Kota Surabaya]]<ref>[http://news.liputan6.com/read/27280/wali-kota-surabaya-sunarto-dipecat Wali Kota Surabaya Sunarto Dipecat].Liputan6</ref>, serta dianggap mangkir dari tugasnya sebagai wali kota pada Oktober [[2001]] selama dua pekan. Berbagai tudingan pun muncul terkait pemberhentiannya tersebut, di antaranya datang dari lawan politik wakil wali kota Bambang D.H yang menyatakan bahwa kondisi sakit dimanfaatkan untuk melengserkan wali kota. Sunarto Sumoprawiro dikenal sebagai wali kota yang kontroversial lantaran dinilai pro-rakyat kecil sekaligus akrab dengan para pemodal. Pedagang kaki lima yang kian merajalela di [[Surabaya]] pada masa kepemimpinannya nyaris tak pernah digusur. Aset pemerintah Kota Surabaya pun banyak yang dijual dan disewakan hingga puluhan tahun kepada para pemodal. Pembangunan Ruko (rumah toko) menjamur di era pemerintahannya, seringkali dengan memanfaatkan lahan hijau terbuka sehingga menyebabkan banjir parah di daerah yang sebelumnya tidak pernah banjir. Berbagai kebijakan populis dan kontroversial juga ada di zamannya, di antaranya banyak pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan, mendirikan asrama Bibit Unggul untuk memperbaiki pendidikan, dan sebagainya. Sunarto juga merupakan penggagas pembangunan [[Masjid Al-Akbar]] pada tahun [[1995]], yang merupakan masjid terbesar ke-dua di [[Indonesia]] setelah [[Masjid Istiqlal]] di [[Jakarta]].



Revisi per 27 September 2015 10.30

Soenarto Soemoprawiro
Berkas:Soenarto Soemoprawiro.jpg
[[Wali Kota Surabaya]] 19
Masa jabatan
20 Juni 1994 – 16 Januari 2002
PresidenSoeharto
Bacharuddin Jusuf Habibie
Abdurrahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
GubernurBasofi Sudirman
Imam Utomo
[[Wakil Wali Kota Surabaya|Wakil]]Istijono Soenarto (1994 - 1995)
Wardji (1995 - 2000)
Bambang Dwi H. (2000 - 2002)
Informasi pribadi
Lahir(1944-11-10)10 November 1944
Jepang Surabaya, Wilayah Kolonial Jepang
Meninggal17 Februari 2003
Australia Melbourne, Australia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriHj. Wien Soenarto
ProfesiTentara
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kolonel TNI (Purn. H. Soenarto Soemoprawiro atau sering dieja Sunarto Sumoprawiro, dan sering disebut sebagai Cak Narto (10 November 1944 – 17 Februari 2003) adalah politikus berkebangsaan Indonesia. Cak Narto merupakan Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 20 Juni 1994 hingga 16 Januari 2002.

Karier politik

Wali Kota Surabaya

Soenarto menjabat sebagai wali kota sejak tahun 1994-2000 dan 2000-2002 (2 periode). Jabatan periode pertama Sunarto diperpanjang dari tahun 1999 ke 2000 dikarenakan situasi politik belum kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sidang pemilihan wali kota di DPRD Kota Surabaya. Sunarto resmi diberhentikan pada 16 Januari 2002 oleh DPRD Kota Surabaya karena dianggap tidak memenuhi kriteria kesehatan sebagai wali Kota Surabaya[1], serta dianggap mangkir dari tugasnya sebagai wali kota pada Oktober 2001 selama dua pekan. Berbagai tudingan pun muncul terkait pemberhentiannya tersebut, di antaranya datang dari lawan politik wakil wali kota Bambang D.H yang menyatakan bahwa kondisi sakit dimanfaatkan untuk melengserkan wali kota. Sunarto Sumoprawiro dikenal sebagai wali kota yang kontroversial lantaran dinilai pro-rakyat kecil sekaligus akrab dengan para pemodal. Pedagang kaki lima yang kian merajalela di Surabaya pada masa kepemimpinannya nyaris tak pernah digusur. Aset pemerintah Kota Surabaya pun banyak yang dijual dan disewakan hingga puluhan tahun kepada para pemodal. Pembangunan Ruko (rumah toko) menjamur di era pemerintahannya, seringkali dengan memanfaatkan lahan hijau terbuka sehingga menyebabkan banjir parah di daerah yang sebelumnya tidak pernah banjir. Berbagai kebijakan populis dan kontroversial juga ada di zamannya, di antaranya banyak pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan, mendirikan asrama Bibit Unggul untuk memperbaiki pendidikan, dan sebagainya. Sunarto juga merupakan penggagas pembangunan Masjid Al-Akbar pada tahun 1995, yang merupakan masjid terbesar ke-dua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta.

Referensi

Didahului oleh:
Poernomo Kasidi
Wali Kota Surabaya
1994-2002
Diteruskan oleh:
Bambang Dwi Hartono