Lompat ke isi

Aliansi Semua Bikkhu Burma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 10: Baris 10:
Menurut tradisi [[agama Buddha]] khususnya [[Theravāda]], umat yang memberikan persembahan makanan kepada bhikkhu akan memperoleh [[karma|karma baik]] yang melimpah, agar di kehidupan yang selanjutnya dapat [[reinkarnasi|terlahir]] di alam bahagia. Aksi boikot yang dimaksudkan di sini adalah menolak persembahan makanan serta melarang para personil militer ikut serta dalam berbagai kegiatan upacara keagamaan ([[bahasa Pali]]=''patam nikkujjana kamma''; lit. "mengembalikan mangkuk persembahan"). Boikot yang sama juga pernah dilakukan pada bulan Agustus 1990 setelah pihak militer yang berkuasa menembaki para bhikkhu yang berunjuk rasa di [[Mandalay]] akibat pihak Junta tidak mengakui kemenangan [[Aung San Suu Kyi]].<ref name=book>{{cite book|title=The Edinburgh Companion to the History of Democracy|last=Isakhan|first=Benjamin|last2= Stockwell|first2=Stephen|publisher=Edinburgh University Press|year=2012|location=Edinburg|isbn=9780748640751|page=422-423|quote=}}</ref>
Menurut tradisi [[agama Buddha]] khususnya [[Theravāda]], umat yang memberikan persembahan makanan kepada bhikkhu akan memperoleh [[karma|karma baik]] yang melimpah, agar di kehidupan yang selanjutnya dapat [[reinkarnasi|terlahir]] di alam bahagia. Aksi boikot yang dimaksudkan di sini adalah menolak persembahan makanan serta melarang para personil militer ikut serta dalam berbagai kegiatan upacara keagamaan ([[bahasa Pali]]=''patam nikkujjana kamma''; lit. "mengembalikan mangkuk persembahan"). Boikot yang sama juga pernah dilakukan pada bulan Agustus 1990 setelah pihak militer yang berkuasa menembaki para bhikkhu yang berunjuk rasa di [[Mandalay]] akibat pihak Junta tidak mengakui kemenangan [[Aung San Suu Kyi]].<ref name=book>{{cite book|title=The Edinburgh Companion to the History of Democracy|last=Isakhan|first=Benjamin|last2= Stockwell|first2=Stephen|publisher=Edinburgh University Press|year=2012|location=Edinburg|isbn=9780748640751|page=422-423|quote=}}</ref>


Pada tanggal 18 September melakukan aksi boikot terhadap rezim pemerintahan yang dikenal dengan nama [[Revolusi Saffron]]. Pada hari itu, para bhikkhu berjalan kaki sambil membacakan [[Karaniya Metta Sutta]] menuju [[Pagoda Shwedagon]] di [[Rangoon]] serta berbagai pagoda dan biawa lain di [[Taunggote]], [[Pokokku]], dan [[Kyaukpadaung]]. Aksi ini menarik perhatian dunia internasional terhadap perjuangan demokrasi di Myanmar.<ref name=clear/>
Pada tanggal 18 September 2007, ABMA melakukan aksi boikot terhadap rezim pemerintahan yang dikenal dengan nama [[Revolusi Saffron]]. Pada hari itu, para bhikkhu berjalan kaki sambil membacakan [[Karaniya Metta Sutta]] menuju [[Pagoda Shwedagon]] di [[Rangoon]] serta berbagai pagoda dan biawa lain di [[Taunggote]], [[Pokokku]], dan [[Kyaukpadaung]]. Aksi ini menarik perhatian dunia internasional terhadap perjuangan demokrasi di Myanmar.<ref name=clear/>


Dampak dari unjuk rasa ini, ratusan bhikkhu dan beberapa masyarakat mengalami tindakan kekerasan. Beberapa bhikkhu ditangkap, disiksa, dan dipenjara; beberapa bersembunyi di dalam Burma sementara yang lain mengungsi ke luar negeri.<ref name=abma/> Pada tanggal 4 November 2007, pemerintah militer menangkkap bhikkhu [[U Gambira]], pemimpin ABMA, dan memenjarakannya untuk masa 68 tahun.<ref name=book/> Selama bertahun-tahun selanjutnya, ABMA menciptakan jaringan untuk membantu para aktivis pro-demokrasi Burma yang mengungsi, baik bhikkhu maupun awam, serta membantu melepaskan para bhikkhu yang dipenjara. Organisasi ini memiliki kantor di [[New York]].<ref name=abma/>
Dampak dari unjuk rasa ini, ratusan bhikkhu dan beberapa masyarakat mengalami tindakan kekerasan. Beberapa bhikkhu ditangkap, disiksa, dan dipenjara; beberapa bersembunyi di dalam Burma sementara yang lain mengungsi ke luar negeri.<ref name=abma/> Pada tanggal 4 November 2007, pemerintah militer menangkkap bhikkhu [[U Gambira]], pemimpin ABMA, dan memenjarakannya untuk masa 68 tahun.<ref name=book/> Selama bertahun-tahun selanjutnya, ABMA menciptakan jaringan untuk membantu para aktivis pro-demokrasi Burma yang mengungsi, baik bhikkhu maupun awam, serta membantu melepaskan para bhikkhu yang dipenjara. Organisasi ini memiliki kantor di [[New York]].<ref name=abma/>

Revisi per 24 November 2015 07.40

Aliansi Semua Bhikkhu Burma (Inggris=All Burma Monks' Alliance (ABMA) merupakan suatu koalisi para bhikkhu yang mewakili Persatuan Semua Bhikkhu Muda Burma, Federasi Persatuan Semua Bhikkhu Burma, Persatuan Bhikkhu Muda Rangoon, dan Konsili Duta Sangha Burma;[1] di bawah naungan Aliansi Demokrasi Semua Burma. Menurut ABMA sendiri, mereka menyebut diri mereka sebagai suatu organisasi di bawah naungan aliran Theravāda yang menyediakan layanan religius dan sosial yang dianggotai serta disusun oleh para bhikkhu Burma, serta memberikan dukungan dan bantuan kepada para bhikkhu yang menjadi pengungsi di dalam maupun di luar Burma.[2]

Aliansi ini terbentuk pada saat terjadi Revolusi Saffron di tahun 2007, yaitu pada tanggal 9 September 2007, setelah para bhikkhu turun ke jalan untuk mengadakan protes di Sittwe dan Pakokku.[1] Mereka mengajukan beberapa tuntutan pokok kepada Dewan Perdamaian dan Pembangunan Negara yang saat itu memimpin Burma, termasuk diantaranya adalah meminta maaf secara formal kepada Sangha, mengurangi harga bahan bakar dan barang-barang, melepaskan para tahanan politik, serta mengadakan dialog dengan para pemimpin pro-demokrasi demi rekonsiliasi nasional.[3]

Sejarah

Para bhikkhu memegang peranan penting sebagai penasihat religius di sepanjang sejarah politik di Burma. Semenjak masa raja pertama Burma, yaitu Raja Anawrahta yang menyatukan Burma di Bagan, hingga raja terakhir Raja Mindon dan putranya Raja Thibaw. Selama masa kolonialisasi Inggris, bhikkhu U Ottama (1886) membawa pencerahan politik yang memberikan inspirasi kepada Aung San, yaitu Bapak Kemerdekaan Burma. Bhikkhu U Wisara juga memiliki peran dalam membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Burma sehingga memperoleh kemerdekaan. Persatuan Semua Bhikkhu Muda Burma dibentuk pada masa kemerdekaan tetapi dibubarkan oleh pemerintah militer setelah terjadi kudeta oleh Jenderal Ne Win.[4]

ABMA dibentuk oleh sekelompok bhikkhu senior untuk merespon berbagai masalah pelik di bidang ekonomi dan sosial yang terjadi di Burma pada tahun 2007. Pada tanggal 5 September 2007, para bhikkhu di Pakokku mengadakan aksi damai dengan membacakan doa damai Karaniya Metta Sutta, tetapi aksi tersebut diakhiri secara brutal oleh para milisi pemerintah yang mengikat kemudian memukuli para bhikkhu yang berdemo. ABMA dibentuk beberapa hari kemudian (9 September) sambil mengajukan beberapa tuntutan seperti meminta maaf secara resmi kepada Sangha, menurunkan harga, dan sebagainya. Mereka mengancam akan melakukan boikot jika tuntutan mereka tidak diacuhkan.[4]

Menurut tradisi agama Buddha khususnya Theravāda, umat yang memberikan persembahan makanan kepada bhikkhu akan memperoleh karma baik yang melimpah, agar di kehidupan yang selanjutnya dapat terlahir di alam bahagia. Aksi boikot yang dimaksudkan di sini adalah menolak persembahan makanan serta melarang para personil militer ikut serta dalam berbagai kegiatan upacara keagamaan (bahasa Pali=patam nikkujjana kamma; lit. "mengembalikan mangkuk persembahan"). Boikot yang sama juga pernah dilakukan pada bulan Agustus 1990 setelah pihak militer yang berkuasa menembaki para bhikkhu yang berunjuk rasa di Mandalay akibat pihak Junta tidak mengakui kemenangan Aung San Suu Kyi.[5]

Pada tanggal 18 September 2007, ABMA melakukan aksi boikot terhadap rezim pemerintahan yang dikenal dengan nama Revolusi Saffron. Pada hari itu, para bhikkhu berjalan kaki sambil membacakan Karaniya Metta Sutta menuju Pagoda Shwedagon di Rangoon serta berbagai pagoda dan biawa lain di Taunggote, Pokokku, dan Kyaukpadaung. Aksi ini menarik perhatian dunia internasional terhadap perjuangan demokrasi di Myanmar.[4]

Dampak dari unjuk rasa ini, ratusan bhikkhu dan beberapa masyarakat mengalami tindakan kekerasan. Beberapa bhikkhu ditangkap, disiksa, dan dipenjara; beberapa bersembunyi di dalam Burma sementara yang lain mengungsi ke luar negeri.[2] Pada tanggal 4 November 2007, pemerintah militer menangkkap bhikkhu U Gambira, pemimpin ABMA, dan memenjarakannya untuk masa 68 tahun.[5] Selama bertahun-tahun selanjutnya, ABMA menciptakan jaringan untuk membantu para aktivis pro-demokrasi Burma yang mengungsi, baik bhikkhu maupun awam, serta membantu melepaskan para bhikkhu yang dipenjara. Organisasi ini memiliki kantor di New York.[2]

Referensi

  1. ^ a b Lintner, Bertil (2009). The resistance of the monks: Buddhism and activism in Burma. Human Rights Watch. hlm. 49–50. ISBN 9781564325440. 
  2. ^ a b c anonim. "About the ABMA". All Burma Monks' Alliance. Diakses tanggal 24-11-2015. 
  3. ^ Roberts, Adam; Timothy Garton Ash (3 September 2009). Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present. Oxford University Press. hlm. 355. ISBN 9780191619175. 
  4. ^ a b c U Pyinya Zawta (2 Januari 2009). "Leading Saffron Revolution monk's memoir". Mizzima. Diakses tanggal 24-11-2015. 
  5. ^ a b Isakhan, Benjamin; Stockwell, Stephen (2012). The Edinburgh Companion to the History of Democracy. Edinburg: Edinburgh University Press. hlm. 422-423. ISBN 9780748640751.