Lompat ke isi

Haematococcus pluvialis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 22: Baris 22:


''Haematococcus pluvialis'' memiliki persebaran yang luas, terutama pada kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya dalam memproduksi [[astaxanthin]].<ref name="algatech">{{cite web|url=http://www.algatech.com/products-item.asp?cat=001_|title=Astaxanthin|accessdate= 12 April 2014|publisher=Alga technologies}}</ref>
''Haematococcus pluvialis'' memiliki persebaran yang luas, terutama pada kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya dalam memproduksi [[astaxanthin]].<ref name="algatech">{{cite web|url=http://www.algatech.com/products-item.asp?cat=001_|title=Astaxanthin|accessdate= 12 April 2014|publisher=Alga technologies}}</ref>
Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhannya, [[organisme]] ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada kondisi lingkungan yang minim akan [[nutrisi]],kadar garam tinggi, paparan sinar yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya, mereka akan membentuk [[spora]] dan dengan cepat akan mengakumulasi astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah sesuai untuk pertumbuhannya dan ''H.pluvialis'' akan kembali berwarna hijau. <ref name= "ruscom"> J.E Dore, and G.R Cysewski. 2003 [http://www.ruscom.com/cyan/web02/pdfs/naturose/nrtl09.pdf ''Haematococcus'' algae meal as a source of natural astaxanthin for aquaculture feeds.]Cyanotech corporation. Hawaii.</ref>
Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhannya, [[organisme]] ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada kondisi lingkungan yang minim akan [[nutrisi]],kadar garam tinggi, paparan sinar yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya, mereka akan membentuk [[spora]] dan dengan cepat akan mengakumulasi astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah sesuai untuk pertumbuhannya dan ''H.pluvialis'' akan kembali berwarna hijau. <ref name="ruscom"> J.E Dore, and G.R Cysewski. 2003 [http://www.ruscom.com/cyan/web02/pdfs/naturose/nrtl09.pdf ''Haematococcus'' algae meal as a source of natural astaxanthin for aquaculture feeds.]Cyanotech corporation. Hawaii.</ref>


==Pemanfaatan==
== Pemanfaatan ==


Astaxanthin merupakan [[karotenoid]], yang dapat ditemukan di perairan air tawar, dan konsentrasi terbesar dapat ditemukan di ''H. pluvialis'' yaitu sebesar 10.000-40.000 mg/kg <ref> G. E Spiller and A. Dewell [http://online.liebertpub.com/doi/pdf/10.1089/109662003765184741] Safety of an Astaxanthin-Rich Haematococcus pluvialis Algal Extract: A Randomized Clinical Trial. Journal of Medicinal Food Volume 6, Number 1, 2003. </ref> Astaxanthin merupakan salah satu karoten yang bernilai tinggi, banyak digunakan di bidang [[farmasi]], [[nutrisi]], [[pertanian]] dan pemenuhan nutrisi untuk hewan <ref> Miki W. 1991 [http://pac.iupac.org/publications/pac/pdf/1991/pdf/6301x0141.pdf] Biological functions and activities of animal carotenoids. Pure appl. Chem. 63: 141–146. </ref>
Astaxanthin merupakan [[karotenoid]], yang dapat ditemukan di perairan air tawar, dan konsentrasi terbesar dapat ditemukan di ''H. pluvialis'' yaitu sebesar 10.000-40.000 mg/kg <ref> G. E Spiller and A. Dewell [http://online.liebertpub.com/doi/pdf/10.1089/109662003765184741] Safety of an Astaxanthin-Rich Haematococcus pluvialis Algal Extract: A Randomized Clinical Trial. Journal of Medicinal Food Volume 6, Number 1, 2003. </ref> Astaxanthin merupakan salah satu karoten yang bernilai tinggi, banyak digunakan di bidang [[farmasi]], [[nutrisi]], [[pertanian]] dan pemenuhan nutrisi untuk hewan <ref> Miki W. 1991 [http://pac.iupac.org/publications/pac/pdf/1991/pdf/6301x0141.pdf] Biological functions and activities of animal carotenoids. Pure appl. Chem. 63: 141–146. </ref>


==Teknik Budidaya==
== Teknik Budidaya ==


Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko [[kontaminan]]. Karena adanya pertumbuhan [[mikroalga]] lainnya dan juga [[protozoa]], yang dapat mengganggu produksi.<ref name="microalgae"></ref>
Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko [[kontaminan]]. Karena adanya pertumbuhan [[mikroalga]] lainnya dan juga [[protozoa]], yang dapat mengganggu produksi.<ref name="microalgae"/>
Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik [[fotobioreaktor]], sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan [[kolam budidaya]].<ref name="ruscom"></ref>
Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik [[fotobioreaktor]], sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan [[kolam budidaya]].<ref name="ruscom"/>


H.pluvialis akan ditumbuhkan pada fotobioreaktor.
H.pluvialis akan ditumbuhkan pada fotobioreaktor.
Biomassa H.pluvialis yang tumbuh pada fotobioreaktor ini kemudian di panen dan dikumpulkan. Setelah proses pemanenan biomassa akan melalui proses pengeringan. Dari proses pengeringan biomassa yang telah kering ini akan diekstrak untuk mendapatkan astaxanthin yang terdapat di dalam sel H.pluvialis
Biomassa H.pluvialis yang tumbuh pada fotobioreaktor ini kemudian di panen dan dikumpulkan. Setelah proses pemanenan biomassa akan melalui proses pengeringan. Dari proses pengeringan biomassa yang telah kering ini akan diekstrak untuk mendapatkan astaxanthin yang terdapat di dalam sel H.pluvialis


==Faktor yang Mempengaruhi==
== Faktor yang Mempengaruhi ==


Dalam proses budidaya ''H. pluvialis'' ada berbagai macam faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor ini merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan ''H.pluvialis''. Faktor-faktor tersebut adalah :
Dalam proses budidaya ''H. pluvialis'' ada berbagai macam faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor ini merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan ''H.pluvialis''. Faktor-faktor tersebut adalah :
Baris 46: Baris 46:




==Rujukan==
== Rujukan ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}



Revisi per 5 Januari 2016 03.46

Haematococcus pluvialis
Haematococcus pluvialis
Sebuah kokal dari sel H. pluvialis, rongga astaxanthin
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. pluvialis
Nama binomial
Haematococcus pluvialis
(Flotow, 1844)

Haematococcus pluvialis adalah spesies ganggang hijau yang termasuk ke dalam filum Chlorophyta.[1] Penelitian mengenai H.pluvialis dimulai pada tahun 1797 oleh Girod-chantrans dan penelitian tersebut dilanjutkan oleh peneliti eropa lainnya. Deskripsi mengenai H.pluvialis pertama kali di lakukan oleh Flotow pada tahun 1844 dan pada tahun 1851 Braun menambahkan detail informasi dan mengkoreksi beberapa kesalahan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. [1]

Haematococcus pluvialis memiliki persebaran yang luas, terutama pada kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya dalam memproduksi astaxanthin.[2] Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhannya, organisme ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada kondisi lingkungan yang minim akan nutrisi,kadar garam tinggi, paparan sinar yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya, mereka akan membentuk spora dan dengan cepat akan mengakumulasi astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah sesuai untuk pertumbuhannya dan H.pluvialis akan kembali berwarna hijau. [3]

Pemanfaatan

Astaxanthin merupakan karotenoid, yang dapat ditemukan di perairan air tawar, dan konsentrasi terbesar dapat ditemukan di H. pluvialis yaitu sebesar 10.000-40.000 mg/kg [4] Astaxanthin merupakan salah satu karoten yang bernilai tinggi, banyak digunakan di bidang farmasi, nutrisi, pertanian dan pemenuhan nutrisi untuk hewan [5]

Teknik Budidaya

Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko kontaminan. Karena adanya pertumbuhan mikroalga lainnya dan juga protozoa, yang dapat mengganggu produksi.[1] Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik fotobioreaktor, sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan kolam budidaya.[3]

H.pluvialis akan ditumbuhkan pada fotobioreaktor. Biomassa H.pluvialis yang tumbuh pada fotobioreaktor ini kemudian di panen dan dikumpulkan. Setelah proses pemanenan biomassa akan melalui proses pengeringan. Dari proses pengeringan biomassa yang telah kering ini akan diekstrak untuk mendapatkan astaxanthin yang terdapat di dalam sel H.pluvialis

Faktor yang Mempengaruhi

Dalam proses budidaya H. pluvialis ada berbagai macam faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor ini merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan H.pluvialis. Faktor-faktor tersebut adalah :

  • nutrisi
  • pH
  • sinar matahari


Rujukan

  1. ^ a b c R.T Lorenz. (1999). "A Technical Review of Haematococcus Algae" (PDF). Hawai: Cyanotech corporation. Diakses tanggal 4 April 2014. 
  2. ^ "Astaxanthin". Alga technologies. Diakses tanggal 12 April 2014. 
  3. ^ a b J.E Dore, and G.R Cysewski. 2003 Haematococcus algae meal as a source of natural astaxanthin for aquaculture feeds.Cyanotech corporation. Hawaii.
  4. ^ G. E Spiller and A. Dewell [1] Safety of an Astaxanthin-Rich Haematococcus pluvialis Algal Extract: A Randomized Clinical Trial. Journal of Medicinal Food Volume 6, Number 1, 2003.
  5. ^ Miki W. 1991 [2] Biological functions and activities of animal carotenoids. Pure appl. Chem. 63: 141–146.