Muhammad Jamil Jaho: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Pranala luar: minor cosmetic change
Baris 51: Baris 51:
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pautan luar ==
== Pranala luar ==


* [http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,13788-lang,id-c,tokoh-t,Syeikh+Inyiak+Muhammad+Jamil+Jaho-.phpx "Syeikh Inyiak Muhammad Jamil Jaho"]<small> ''Website Resmi [[Nahdlatul Ulama|NU]]'', 16-09-2008. Diakses 11-01-2015.</small>
* [http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,13788-lang,id-c,tokoh-t,Syeikh+Inyiak+Muhammad+Jamil+Jaho-.phpx "Syeikh Inyiak Muhammad Jamil Jaho"]<small> ''Website Resmi [[Nahdlatul Ulama|NU]]'', 16-09-2008. Diakses 11-01-2015.</small>

Revisi per 26 Februari 2016 03.16

Muhammad Jamil Jaho
Berkas:Ulama Minangkabau.jpg
Syekh Muhammad Jamil Jaho (duduk kedua dari kiri) bersama Syekh Muhammad Jamil Jambek (duduk kedua dari kanan) dan ulama Minangkabau lainnya.
Lahir1875
Belanda Jaho, Tambangan, Padang Panjang, Hindia Belanda
Meninggal1945 (umur 70)
KebangsaanIndonesia Indonesia
Dikenal atasUlama Minangkabau pembaharu
Orang tuaDatuak Garang dan Umbuik

Syekh Muhammad Jamil Jaho (lahir di Jaho, Tambangan, Padang Panjang, Hindia Belanda, 1875 - meninggal 1945 pada umur 70) adalah seorang ulama Minangkabau yang terkenal. Ia termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, namun termasuk golongan ulama Kaum Tua yang bersikap menolak terhadap ijtihad yang sebebas-bebasnya dan mempertahankan taqlid pada ulama-ulama terdahulu.[1][2]

Masa muda

Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875 di Jaho, Tambangan, Padang Panjang. Ayahnya ialah Datuk Garang, yang pernah menjadi Qadhi Tambangan. Sedangkan ibunya bernama Umbuik.

Muhammad Jamil mula-mula belajar agama dari ayahnya sendiri. Ketika beranjak remaja, ia belajar pada Syekh al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih, Padang Panjang, kemudian pada Syekh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting. Ketika belajar pada Syekh al-Ayyubi ini Muhammad Jamil bertemu dengan Sulaiman Ar-Rasuli, yang di kemudian hari juga menjadi ulama terkenal di Minangkabau. Keduanya kemudian melanjutkan belajar ke Biaro Kota Tuo, kemudian kepada Syekh Abdullah Halaban, yang terkenal dalam fikih dan ushul fikih. Di perguruan Syekh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk membantu sebagai pengajar dan diajak mengunjungi pengajian-pengajian di berbagai tempat oleh gurunya tersebut.

Naik haji

Pada tahun 1908, ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah sekaligus menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ke tanah suci, Muhammad Jamil dipersuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah. Di Makkah, Muhammad Jamil berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, di mana ia belajar bersama-sama dengan Syekh Abdul Karim Amrullah. Keduanya oleh Syekh Ahmad Khatib diberikan kesempatan sebagai pengajar pembantu untuk membimbing dan mengajar murid-murid yang lain. Selain kepada Syekh Ahmad Khatib, ia antara lain juga belajar pada Syeikh Alwi al-Maliki dan Syeikh Mukhtar al-Affani. Setelah 10 tahun berada di Mekkah, ia kemudian kembali ke Padang Panjang. Selama di Makkah ia menikah dengan Zulkaikha keturunan Sicincin, Padang Pariaman tetapi ia tidak mempunyai keturunan.

Pengajaran

Syekh Jamil Jaho kemudian mengajar di Jaho dan di beberapa daerah di Minangkabau. Ia dalam menjalankan dakwahnya menjalani sebagaimana cara Syekh Jamil Jambek, yaitu dengan mengadakan tabligh di berbagai tempat untuk menyampaikan syiar Islam.

Syekh Jamil Jaho termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, namun bersikap menolak terhadap ijtihad yang sebebas-bebasnya dan ia bertaqlid kepada ulama-ulama terdahulu. Pada tahun 1922, Syekh Jamil Jaho bersama-sama Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim Amrullah mendirikan Persatuan Ulama Minangkabau dan perguruan Islam Thawalib. Di kampung halamannya Jaho, 1924 ia mendirikan surau dan membuka halaqah pengajian, yang kemudian menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, yang sesudahnya menjadi bagian dari organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah.

Syekh Muhammad Jamil Jaho juga mendukung berkembangnya organisasi Muhammadiyah di Minangkabau. Namun di kemudian hari ia mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi ini pada kongresnya yang ke-16 di Pekalongan tahun 1927, karena perbedaan pandangan tentang persoalan ijtihad dan taqlid kepada ulama.

Karya tulis

Beberapa karya Syekh Jamil Jaho antara lain:

  • Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah 'Allamul Ghuyub
  • Nujumul Hidayah
  • As-Syamsul Lami'ah
  • Fil 'Aqidah wa Diyanah
  • Hujjatul Balighah
  • Al-Maqalah ar-Radhiyah
  • Kasyful Awsiyah

Referensi

Pranala luar