Goenawan Mohamad: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
|birth_date = ({{lahirmati|[[Kabupaten Batang]], [[Jawa Tengah]]|29|7|1941}}) |
|birth_date = ({{lahirmati|[[Kabupaten Batang]], [[Jawa Tengah]]|29|7|1941}}) |
||
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Hindia Belanda]] |
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Hindia Belanda]] |
||
|age |
|age = |
||
|death_date |
|death_date = |
||
|death_place = |
|death_place = |
||
|almamater = |
|almamater = |
||
* Sekolah Rakjat Negeri Parakan, Batang (1953). |
* Sekolah Rakjat Negeri Parakan, Batang (1953). |
||
* SMP Negeri II, Pekalongan (1956). |
* SMP Negeri II, Pekalongan (1956). |
||
* SMA Negeri, Pekalongan (1959). |
* SMA Negeri, Pekalongan (1959). |
||
* Psikologi, [[Universitas Indonesia]], (tidak diselesaikan). |
* Psikologi, [[Universitas Indonesia]], (tidak diselesaikan). |
||
* Ilmu Politik, [[College of Europe]], [[Belgia]]. |
* Ilmu Politik, [[College of Europe]], [[Belgia]]. |
||
* Nieman Fellow, [[Harvard University]], [[Amerika Serikat]]. |
* Nieman Fellow, [[Harvard University]], [[Amerika Serikat]]. |
||
|occupation |
|occupation =* Harian KAMI, Redaktur, (1969-1970). |
||
* Majalah Horison, Redaktur, (1969-1974). |
* Majalah Horison, Redaktur, (1969-1974). |
||
* Majalah Ekspres, Pemimpin Redaksi, (1970-1971). |
* Majalah Ekspres, Pemimpin Redaksi, (1970-1971). |
||
* Majalah Swasembada, Pemimpin Redaksi, (1985). |
* Majalah Swasembada, Pemimpin Redaksi, (1985). |
||
* Tempo, Pendiri cum kolumnis (1971) - sekarang. |
* Tempo, Pendiri cum kolumnis (1971) - sekarang. |
||
|alias |
|alias = |
||
|gender |
|gender = pria |
||
|othernames |
|othernames = GM, Mas Goen |
||
|awards |
|awards = * [[Bintang Budaya Parama Dharma]] {{refn|group=note|name=awardsgm|Presiden [[Joko Widodo]] atas nama negara menyematkan Tanda Kehormatan [[Bintang Budaya Parama Dharma]] kepada Budayawan Goenawan Susatyo Mohamad. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015<ref>{{cite web|url=http://news.detik.com/berita/2990828/jokowi-beri-tanda-kehormatan-ke-46-orang-dari-paloh-sampai-goenawan-mohamad|first = Moksa |last = Hutasoit|year = 2015|title = Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad|date=Kamis 13 Aug 2015, 11:18 WIB|accessdate= 13 Agustus 2015|publisher = News.detik.com|location = Jakarta|isbn=}}</ref>}} |
||
* Wertheim Award. {{refn|group=note|name=awardsgm2|Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak mendapatkan penghargaan tersebut.}} |
* Wertheim Award. {{refn|group=note|name=awardsgm2|Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak mendapatkan penghargaan tersebut.}} |
||
* Anugerah sastra Dan David Prize. {{refn|group=note|name=awardsgm3|Bersama esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma (2006).}} |
* Anugerah sastra Dan David Prize. {{refn|group=note|name=awardsgm3|Bersama esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma (2006).}} |
||
|status |
|status = |
||
|title |
|title = |
||
|family |
|family = |
||
|known_for |
|known_for = [[Manifesto Kebudayaan]], [[Catatan Pinggir]], [[Tempo]], [[Aliansi Jurnalis Independen]], [[Partai Amanat Nasional]], [[Jaringan Islam Liberal]], [[Komunitas Salihara]]. |
||
|associated_acts=[[Manifesto Kebudayaan]], [[Catatan Pinggir]], [[Tempo]], [[Aliansi Jurnalis Independen]], [[Partai Amanat Nasional]], [[Jaringan Islam Liberal]]. |
|associated_acts=[[Manifesto Kebudayaan]], [[Catatan Pinggir]], [[Tempo]], [[Aliansi Jurnalis Independen]], [[Partai Amanat Nasional]], [[Jaringan Islam Liberal]]. |
||
|spouse |
|spouse = Widarti Djajadisastra |
||
|children |
|children = Paramita Mohamad |
||
|relatives |
|relatives = Kartono Mohamad |
||
|ethnicity |
|ethnicity = Jawa |
||
|religion |
|religion = Islam |
||
|salary |
|salary = |
||
|networth |
|networth = |
||
|credits |
|credits = Majalah ''Tempo'', beberapa buku |
||
|URL |
|URL = www.goenawanmohamad.com |
||
|agent |
|agent = |
||
}} |
}} |
||
'''Goenawan Soesatyo Mohamad''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Batang|Batang]]|29|7|1941}}) adalah seorang [[sastrawan]] [[Indonesia]] terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri ''[[Majalah Tempo]]''. Ia merupakan [[adik]] [[Kartono Mohamad]], seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI. |
'''Goenawan Soesatyo Mohamad''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Batang|Batang]]|29|7|1941}}) adalah seorang [[sastrawan]] [[Indonesia]] terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri ''[[Majalah Tempo]]''. Ia merupakan [[adik]] [[Kartono Mohamad]], seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI. |
||
Baris 80: | Baris 80: | ||
Karya terbaru Goenawan Mohamad adalah buku berjudul ''Tuhan dan Hal Hal yang Tak Selesai'' (2007), berisi 99 [[esai]] liris pendek. Edisi bahasa Inggrisnya berjudul ''On God and Other Unfinished Things'' diterjemahkan oleh [[Laksmi Pamuntjak]]. |
Karya terbaru Goenawan Mohamad adalah buku berjudul ''Tuhan dan Hal Hal yang Tak Selesai'' (2007), berisi 99 [[esai]] liris pendek. Edisi bahasa Inggrisnya berjudul ''On God and Other Unfinished Things'' diterjemahkan oleh [[Laksmi Pamuntjak]]. |
||
==Bacaan== |
== Bacaan == |
||
* {{id}} Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965 - Bagaimana Orde Baru melegitimasi anti-komunisme melaui sastra dan film. Marjin Kiri. ISBN 978-979-1260-26-8 |
* {{id}} Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965 - Bagaimana Orde Baru melegitimasi anti-komunisme melaui sastra dan film. Marjin Kiri. ISBN 978-979-1260-26-8 |
||
Baris 99: | Baris 99: | ||
{{wikisource|Goenawan Mohamad}} |
{{wikisource|Goenawan Mohamad}} |
||
==Catatan== |
== Catatan == |
||
{{reflist|group=note|2}} |
{{reflist|group=note|2}} |
||
Revisi per 5 Maret 2016 10.03
Goenawan Mohamad | |
---|---|
Lahir | Goenawan Soesatyo Mohamad (lahir 29 Juli 1941) Hindia Belanda |
Pekerjaan |
|
Dikenal atas | Manifesto Kebudayaan, Catatan Pinggir, Tempo, Aliansi Jurnalis Independen, Partai Amanat Nasional, Jaringan Islam Liberal, Komunitas Salihara. |
Karya terkenal | Majalah Tempo, beberapa buku |
Suami/istri | Widarti Djajadisastra |
Anak | Paramita Mohamad |
Kerabat | Kartono Mohamad |
Penghargaan |
|
Situs web | www.goenawanmohamad.com |
Penghargaan
| |
Goenawan Soesatyo Mohamad (lahir 29 Juli 1941) adalah seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Ia merupakan adik Kartono Mohamad, seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI.
Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang memiliki pandangan yang liberal dan terbuka. Seperti kata Romo Magniz-Suseno, salah seorang koleganya, lawan utama Goenawan Mohamad adalah pemikiran monodimensional.
Masa muda
Pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Berita Tempo, ini pada masa mudanya lebih dikenal sebagai seorang penyair. Ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan 1964 yang mengakibatkannya dilarang menulis di berbagai media umum. Ia menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Sejak di kelas 6 SD, ia mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI. Kemudian kakaknya yang dokter, ketika itu berlangganan majalah Kisah asuhan H.B Jassin. Goenawan yang biasanya dipanggil Goen, belajar psikologi di Universitas Indonesia, ilmu politik di Belgia, dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Goenawan menikah dengan Widarti Djajadisastra dan memiliki dua anak. [note 4]
Dunia jurnalistik
Karier GM--panggilan singkatnya--dimulai dari redaktur Harian KAMI (1969-1970), redaktur Majalah Horison (1969-1974), pemimpin redaksi Majalah Ekspres (1970-1971), pemimpin redaksi Majalah Swasembada (1985).[2] Dan sejak 1971, Goenawan bersama rekan-rekannya mendirikan majalah Mingguan Tempo, sebuah majalah yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Di sana, ia banyak menulis kolom tentang agenda-agenda politik di Indonesia. Jiwa kritisnya membawanya untuk mengkritik rezim Soeharto yang pada waktu itu menekan pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah, sehingga dihentikan penerbitannya pada 1994.
Goenawan Mohammad awalnya berharap bisa membangkitkan Tempo lagi lewat PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), di mana ia menjadi salah satu anggota. Setelah PWI yang terkooptasi rezim Soeharto ternyata tak bisa diandalkan, Goenawan kemudian mendukung inisiatif para jurnalis muda idealis yang mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Ia juga turut mendirikan Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) yang bekerja mendokumentasikan kekerasan terhadap dunia pers Indonesia. Ketika Majalah Tempo kembali terbit setelah Soeharto diturunkan pada tahun 1998, berbagai perubahan dilakukan seperti jumlah halaman namun tetap mempertahankan mutunya. Tidak lama kemudian, Tempo memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar harian Koran Tempo.
Setelah terbit beberapa tahun, Koran Tempo menuai masalah. Pertengahan Mei 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Timur menghukum Goenawan Mohammad dan Koran Tempo untuk meminta maaf kepada Tommy Winata. Pernyataan Goenawan Mohammad pada tanggal 12-13 Maret 2003 dinilai telah melakukan pencemaran nama baik bos Artha Graha itu.
Selepas jadi pemimpin redaksi majalah Tempo dua periode (1971-1993 dan 1998-1999), Goenawan praktis berhenti sebagai wartawan. Bersama musisi Tony Prabowo dan Jarrad Powel ia membuat libretto untuk opera Kali (dimulai 1996, tapi dalam revisi sampai 2003) dan dengan Tony, The King’s Witch (1997-2000). Yang pertama dipentaskan di Seattle (2000), yang kedua di New York. Pada tahun 2006, Pastoral, sebuah konser Tony Prabowo dengan puisi Goenawan, dimainkan di Tokyo, 2006. Pada tahun ini juga ia mengerjakan teks untuk drama-tari Kali-Yuga bersama koreografer Wayan Dibya dan penari Ketut beserta Gamelan Sekar Jaya di Berkeley, California.
Dia juga ikut dalam seni pertunjukan di dalam negeri. Dalam bahasa Indonesia dan Jawa, Goenawan menulis teks untuk wayang kulit yang dimainkan Dalang Sudjiwo Tedjo, Wisanggeni, (1995) dan Dalang Slamet Gundono, Alap-alapan Surtikanti (2002), dan drama-tari Panji Sepuh koreografi Sulistio Tirtosudarmo.
Karya sastra
Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, di antaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian esainya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir (Caping), sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang Majalah Tempo. Konsep dari Caping adalah sekadar sebuah komentar ataupun kritik terhadap batang tubuh yang utama. Artinya, Caping mengambil posisi di tepi, bukan posisi sentral. Sejak kemunculannya pada akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot.
Catatan Pinggir, esai pendeknya tiap minggu untuk Majalah Tempo, (kini terbit jilid ke-6 dan ke-7) di antaranya terbit dalam terjemahan Inggris oleh Jennifer Lindsay, dalam Sidelines (Lontar Foundation, 1994) dan Conversations with Difference (19….). . Kritiknya diwarnai keyakinan Goenawan bahwa tak pernah ada yang final dalam manusia. Kritik yang, meminjam satu bait dalam sajaknya, “dengan raung yang tak terserap karang”.
Kumpulan esainya berturut turut: Potret Seorang Peyair Muda Sebagai Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, Kita (1980), Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), Kata, Waktu (2001), Eksotopi (2002).
Sajak-sajaknya dibukukan dalam Parikesit (1971), Interlude (1973), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998), dan Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 (2001). Terjemahan sajak-sajak pilihannya ke dalam bahasa Inggris, oleh Laksmi Pamuntjak, terbit dengan judul Goenawan Mohamad: Selected Poems (2004).
Setelah pembredelan Tempo pada 1994, ia mendirikan ISAI (Institut Studi Arus Informasi), sebuah organisasi yang dibentuk bersama rekan-rekan dari Tempo dan Aliansi Jurnalis Independen, serta sejumlah cendekiawan yang memperjuangkan kebebasan ekspresi. Secara sembunyi-sembunyi, antara lain di Jalan Utan Kayu 68H, ISAI menerbitkan serangkaian media dan buku perlawanan terhadap Orde Baru. Sebab itu di Utan Kayu 68H bertemu banyak elemen: aktivis pro-demokrasi, seniman, dan cendekiawan, yang bekerja bahu membahu dalam perlawanan itu.
Dari ikatan inilah lahir Teater Utan Kayu, Radio 68H, Galeri Lontar, Kedai Tempo, Jaringan Islam Liberal, dan terakhir Sekolah Jurnalisme Penyiaran, yang meskipun tak tergabung dalam satu badan, bersama-sama disebut “Komunitas Utan Kayu”. Semuanya meneruskan cita-cita yang tumbuh dalam perlawanan terhadap pemberangusan ekspresi. Goenawan Mohamad juga punya andil dalam pendirian Jaringan Islam Liberal.[3][4][5]
Tahun 2006, Goenawan dapat anugerah sastra Dan David Prize, bersama esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma. Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak dapat Wertheim Award.
Karya terbaru Goenawan Mohamad adalah buku berjudul Tuhan dan Hal Hal yang Tak Selesai (2007), berisi 99 esai liris pendek. Edisi bahasa Inggrisnya berjudul On God and Other Unfinished Things diterjemahkan oleh Laksmi Pamuntjak.
Bacaan
- (Indonesia) Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965 - Bagaimana Orde Baru melegitimasi anti-komunisme melaui sastra dan film. Marjin Kiri. ISBN 978-979-1260-26-8
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Goenawan Mohamad di Tokoh Indonesia
- (Indonesia) Blog Catatan Pinggir
- (Indonesia) Situs Jaringan Islam Liberal
- (Indonesia) Laman goenawanmohamad.com
Catatan
- ^ Presiden Joko Widodo atas nama negara menyematkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Budayawan Goenawan Susatyo Mohamad. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015[1]
- ^ Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak mendapatkan penghargaan tersebut.
- ^ Bersama esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma (2006).
- ^ Melanjutkan pendidikan ke Fakultas Psikologi UI, GM -- demikian ia dipanggil di kalangan dekat -- segera terbilang di kalangan intelektual muda yang gelisah menjelang keruntuhan Orde Lama. Bersama antara lain Trisno Sumardjo, Wiratmo Soekito, Taufiq Ismail, Arief Budiman, dan H.B. Jassin, ia ikut menyusun Manifesto Kebudayaan, yang di zaman Soekarno diejek sebagai Manikebu. Begitu Orde Lama tumbang, GM malah seperti menyingkir, menuntut ilmu ke College of Europe, Belgia. Pulang dari sana, ia sempat menjadi wartawan harian Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), kemudian turut mendirikan majalah Ekspres, dan terakhir, bersama sejumlah rekan, memisahkan diri dan mendirikan Majalah Berita Mingguan Tempo.[2]
Referensi
- ^ Hutasoit, Moksa (Kamis 13 Aug 2015, 11:18 WIB). "Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad". Jakarta: News.detik.com. Diakses tanggal 13 Agustus 2015.
- ^ a b "Pusat Data & Analisa TEMPO Apa & Siapa '85/86". Diakses tanggal 1 Juli, 2015.
- ^ Republika.co.id (Senin, 13 Oktober 2014, 14:49 WIB). "Apa Itu Jaringan Islam Liberal (JIL)?". Diakses tanggal 3 September 2015.
- ^ Fadh Ahmad Arifan (2014). "Jaringan Islam Liberal, Riwayatmu Kini". UIN-Maliki Press. Diakses tanggal 3 September 2015.
- ^ Budhy Munawar Rachman, Moh. Shofan (Ed.), M. Dawam Rahardjo (Pengantar) (2010). Sekularisme, liberalisme, dan pluralisme - Islam progresif dan perkembangan diskursusnya. Jakarta: PT Grasindo Widiasara Indonesia.