Lompat ke isi

Sunnah tarkiyyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: shalat → salat (2)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: minor cosmetic change
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Maret 2016}}
{{Orphan|date=Maret 2016}}


Pada dasarnya, [[sunnah]] ada 2 macam. Sunnah fi'liyyah dan '''sunnah tarkiyyah'''. Ia dapat didefinisikan dengan apapun ibadah segala macam yang tak [[Rasulullah]] {{saw}} kerjakan atau tidak dilakukannya masuk ke sunnah tarkiyyah.<ref name=haji>{{cite book |title=Haji dan Umrah Seperti Rasulullah |url=https://books.google.co.id/books?id=Xez9oIpv2x0C&pg=PA136 |page=136 |author={{aut|[[Al-Albani|Al-Albani, Muhammad Nashiruddin]]; Mahrus, Uthman; Astiwara, Muhammad(Penerjemah)}} |publisher=Gema Insani |location=[[Jakarta]] |year=2008 |isbn=979-561-265-4}}</ref> Maka sunnah fi'liyah didefinisikan sebagai sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah.<ref name=antara>{{cite web |url=http://www.arrefahiyah.com/akhbar-kajian/kajian-utama/19-antara-sunnah-fi%E2%80%99liyyah-sunnah-tarkiyyah.html |title=Antara Sunnah Fi'liyah & Sunnah Tarkiyyah |publisher=Yayasan Al-Akhbar Ar-Refahiyah |accessdate=8 November 2015}}</ref>
Pada dasarnya, [[sunnah]] ada 2 macam. Sunnah fi'liyyah dan '''sunnah tarkiyyah'''. Ia dapat didefinisikan dengan apapun ibadah segala macam yang tak [[Rasulullah]] {{saw}} kerjakan atau tidak dilakukannya masuk ke sunnah tarkiyyah.<ref name=haji>{{cite book|title=Haji dan Umrah Seperti Rasulullah|url=https://books.google.co.id/books?id=Xez9oIpv2x0C&pg=PA136|page=136|author={{aut|[[Al-Albani|Al-Albani, Muhammad Nashiruddin]]; Mahrus, Uthman; Astiwara, Muhammad(Penerjemah)}}|publisher=Gema Insani|location=[[Jakarta]]|year=2008|isbn=979-561-265-4}}</ref> Maka sunnah fi'liyah didefinisikan sebagai sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah.<ref name=antara>{{cite web |url=http://www.arrefahiyah.com/akhbar-kajian/kajian-utama/19-antara-sunnah-fi%E2%80%99liyyah-sunnah-tarkiyyah.html |title=Antara Sunnah Fi'liyah & Sunnah Tarkiyyah |publisher=Yayasan Al-Akhbar Ar-Refahiyah |accessdate=8 November 2015}}</ref>


Kalau seorang Muslim tidak belajar sunnah ini, maka khawatir dia bisa jatuh dalam perkara [[bid'ah]]. Contohnya adalah kumandang adzan saat [[salat ‘Ied]], adzan [[salat istisqa’]] (minta hujan), dan adzan untuk jenazah. Ini semua ditinggalkan atau tidak dikerjakan oleh Nabi, maka bagi kita umatnya, meninggalkan ritual-ritual (seperti adzan yang tidak pada tempatnya) tersebut juga termasuk sunnah –yang sifatnya wajib-, yang disebut sebagai sunnah tarkiyyah. Adanya Nabi tak mengerjakan ini disebabkan dua faktor: tiada pendorong, dan terdapat di situ halangan.<ref name=antara/>
Kalau seorang Muslim tidak belajar sunnah ini, maka khawatir dia bisa jatuh dalam perkara [[bid'ah]]. Contohnya adalah kumandang adzan saat [[salat ‘Ied]], adzan [[salat istisqa’]] (minta hujan), dan adzan untuk jenazah. Ini semua ditinggalkan atau tidak dikerjakan oleh Nabi, maka bagi kita umatnya, meninggalkan ritual-ritual (seperti adzan yang tidak pada tempatnya) tersebut juga termasuk sunnah –yang sifatnya wajib-, yang disebut sebagai sunnah tarkiyyah. Adanya Nabi tak mengerjakan ini disebabkan dua faktor: tiada pendorong, dan terdapat di situ halangan.<ref name=antara/>

Revisi per 15 Maret 2016 19.46


Pada dasarnya, sunnah ada 2 macam. Sunnah fi'liyyah dan sunnah tarkiyyah. Ia dapat didefinisikan dengan apapun ibadah segala macam yang tak Rasulullah ﷺ kerjakan atau tidak dilakukannya masuk ke sunnah tarkiyyah.[1] Maka sunnah fi'liyah didefinisikan sebagai sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah.[2]

Kalau seorang Muslim tidak belajar sunnah ini, maka khawatir dia bisa jatuh dalam perkara bid'ah. Contohnya adalah kumandang adzan saat salat ‘Ied, adzan salat istisqa’ (minta hujan), dan adzan untuk jenazah. Ini semua ditinggalkan atau tidak dikerjakan oleh Nabi, maka bagi kita umatnya, meninggalkan ritual-ritual (seperti adzan yang tidak pada tempatnya) tersebut juga termasuk sunnah –yang sifatnya wajib-, yang disebut sebagai sunnah tarkiyyah. Adanya Nabi tak mengerjakan ini disebabkan dua faktor: tiada pendorong, dan terdapat di situ halangan.[2]

Mengenai ini, Salafush-Shalih sudah banyak memberi kita petunjuk. Salah satunya, Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Ittiba'lah (pada Sunnah), karena sungguh kalian sudah dicukupi, dan hendaknya kalian berpegang pada perkara dahulu."[3]

Referensi

  1. ^ Al-Albani, Muhammad Nashiruddin; Mahrus, Uthman; Astiwara, Muhammad(Penerjemah) (2008). Haji dan Umrah Seperti Rasulullah. Jakarta: Gema Insani. hlm. 136. ISBN 979-561-265-4. 
  2. ^ a b "Antara Sunnah Fi'liyah & Sunnah Tarkiyyah". Yayasan Al-Akhbar Ar-Refahiyah. Diakses tanggal 8 November 2015. 
  3. ^ Riwayat Thabrani dalam "Mu'jam Al-Kabir" 9/154, dan Darimi 1/80; berkata al-Haitsami: "Para perawinya adalah perawi Shahih.