The Da Vinci Code: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 50: | Baris 50: | ||
Tidak adanya Rasul Yohanes dalam lukisan tersebut dijelaskan dengan pengenalan bahwa Yohanes juga disebut "[[Murid yang Dikasihi Yesus]]", yang mana menjadi sebuah [[Injil Filipus#Maria Magdalena|kode]] untuk Maria Magdalena. Novel ini juga mencatat bahwa [[skema warna]] busana mereka dibalik. |
Tidak adanya Rasul Yohanes dalam lukisan tersebut dijelaskan dengan pengenalan bahwa Yohanes juga disebut "[[Murid yang Dikasihi Yesus]]", yang mana menjadi sebuah [[Injil Filipus#Maria Magdalena|kode]] untuk Maria Magdalena. Novel ini juga mencatat bahwa [[skema warna]] busana mereka dibalik. |
||
Menurut novel ini, rahasia [[Piala Suci]] (Cawan Suci) yang disimpan oleh [[Biarawan Sion]] adalah sebagai berikut: |
|||
* Piala Suci bukan sebuah piala atau cawan secara fisik, tetapi seorang wanita bernama Maria Magdalena, yang mana membawa garis keturunan Yesus. |
|||
* Ungkapan [[bahasa Perancis Kuno|Perancis Lama]] untuk Piala Suci, ''San gréal'', sebenarnya adalah sebuah permainan kata dari ''Sang réal'' yang secara harfiah dalam bahasa Perancis Lama berarti "darah bangsawan". |
|||
* [[Relikui]] Piala Suci terdiri atas dokumen-dokumen yang memberikan kesaksian tentang garis keturunan tersebut, dan juga tulang-tulang Maria Magdalena yang sesungguhnya. |
|||
* Relikui Piala Suci Maria Magdalena disimpan oleh [[Biarawan Sion]] dalam sebuah ruang bawah tanah, kemungkinan di bawah [[Kapel Rosslyn]]. |
|||
* Gereja telah menekan kebenaran mengenai Maria Magdalena dan garis keturunan Yesus selama 2000 tahun. Hal ini terutama karena mereka takut akan kekuatan [[Dewi#Perempuan suci|perempuan suci]] di dalam dan darinya sendiri serta dikarenakan hal ini akan melawan keutamaan [[Santo Petrus]] sebagai rasul. |
|||
* Maria Magdalena adalah [[keturunan raja|keturunan bangsawan]] (dari [[Suku Benyamin]] Yahudi) dan istri Yesus, dari [[Garis Daud]]. Bahwa ia adalah seorang pelacur merupakan [[fitnah]] yang diciptakan oleh [[Gereja Katolik|Gereja]] untuk mengaburkan hubungan mereka yang sebenarnya. Pada saat [[Penyaliban Yesus]], ia sedang hamil. Setelah Penyaliban, ia melarikan diri ke [[Galia]] di mana ia ditampung oleh orang-orang Yahudi di [[Marseille]]. Ia kemudian melahirkan seorang putri bernama [[Santa Sarah|Sarah]]. Garis keturunan Yesus dan Maria Magdalena menjadi [[Dinasti Meroving]] di Perancis. |
|||
* Keberadaan garis keturunan tersebut merupakan rahasia yang terkandung dalam dokumen-dokumen yang ditemukan oleh para [[Tentara Salib]] setelah mereka menaklukkan [[Yerusalem]] pada tahun 1099. [[Biarawan Sion]] dan [[Ksatria Templar]] diorganisir untuk menjaga rahasia itu. |
|||
Menurut novel ini, rahasia-rahasia Piala Suci berhubungan dengan karya [[Leonardo da Vinci]]: |
|||
* Leonardo adalah anggota Biarawan Sion dan mengetahui rahasia Piala Suci. Rahasia ini sebenarnya terungkap dalam lukisan ''[[Perjamuan Terakhir (Leonardo da Vinci)|Perjamuan Malam Terakhir]]'' yang mana tidak melukiskan piala di atas meja. Sosok yang duduk di sebelah Yesus bukan seorang laki-laki, tetapi seorang perempuan, yaitu Maria Magdalena. Sebagian besar reproduksi karya tersebut berasal dari suatu perubahan belakangan yang mengaburkan karakteristik nyata kewanitaannya. |
|||
* [[Androgini]] dari [[Mona Lisa]] mencerminkan persatuan sakral antara laki-laki dan perempuan yang tersirat dalam persatuan suci antara Yesus dan Maria Magdalena. Paritas semacam itu antara kekuatan kosmis maskulin dan feminin telah lama menjadi ancaman besar bagi kekuatan Gereja yang telah mapan. Nama ''Mona Lisa'' sebenarnya adalah suatu [[anagram]] "Amon L'Isa", merujuk pada ayah dan ibu dewa-dewi [[agama Mesir Kuno]] (yaitu [[Amun]] dan [[Isis]]). |
|||
== Reaksi == |
== Reaksi == |
||
Baris 68: | Baris 81: | ||
[[Richard Abanes]] menulis: |
[[Richard Abanes]] menulis: |
||
{{Quote | Aspek yang paling mencolok... bukanlah bahwa Dan Brown tidak setuju dengan Kekristenan tetapi ia benar-benar membengkokkannya untuk dapat tidak setuju dengannya... sampai titik penulisan ulang secara keseluruhan sejumlah besar peristiwa sejarah. Dan yang membuat masalahnya lebih buruk yaitu keinginan Brown untuk meloloskan distorsi-distorsi yang dibuatnya sebagai 'fakta-fakta' yang mana atas hal ini tidak terhitung banyaknya jumlah akademisi dan sejarawan yang sepakat.<ref name="faithfulreader1" />}} |
{{Quote | Aspek yang paling mencolok... bukanlah bahwa Dan Brown tidak setuju dengan Kekristenan tetapi ia benar-benar membengkokkannya untuk dapat tidak setuju dengannya... sampai titik penulisan ulang secara keseluruhan sejumlah besar peristiwa sejarah. Dan yang membuat masalahnya lebih buruk yaitu keinginan Brown untuk meloloskan distorsi-distorsi yang dibuatnya sebagai 'fakta-fakta' yang mana atas hal ini tidak terhitung banyaknya jumlah akademisi dan sejarawan yang sepakat.<ref name="faithfulreader1" />}} |
||
Novel ini dibuka dengan klaim oleh Dan Brown bahwa "Biarawan Sion–sebuah [[perkumpulan rahasia|masyarakat rahasia]] di Perancis yang didirikan pada 1099–adalah organisasi nyata". Penegasan ini diperdebatkan secara luas. Beberapa kritikus mengklaim bahwa [[Biarawan Sion]] adalah sebuah ''[[Pemberitaan palsu|hoax]]'' yang diciptakan pada tahun 1956 oleh [[Pierre Plantard]]. Sang penulis juga mengklaim bahwa "semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen... dan ritual-ritual rahasia dalam novel ini adalah akurat", tetapi klaim ini dibantah oleh banyak pakar akademik dari berbagai bidang.<ref>{{en}} {{cite web|url = http://www.historyversusthedavincicode.com/ |title = History vs The Da Vinci Code |accessdate = 2009-02-03}}</ref> |
|||
Dan Brown sendiri mengemukakan gagasan bahwa beberapa aspek yang lebih kontroversial adalah fakta di dalam situs webnya, dengan menyatakan bahwa halaman "FAKTA" di awal novel ini hanya menyebutkan "dokumen, ritual, organisasi, karya seni dan arsitektur", tetapi bukan satu pun teori kuno yang dibahas oleh para karakter fiktif, dengan menyatakan bahwa "Penafsiran gagasan-gagasan tersebut diserahkan kepada pembaca". Brown juga menyebutkan, "Adalah keyakinan saya bahwa beberapa teori yang dibahas karakter-karakter ini mungkin memiliki kelayakan" dan "rahasia di balik ''The Da Vinci Code'' juga terlalu baik didokumentasikan dan signifikan bagi saya untuk mengabaikannya."<ref>{{en}} {{cite web | first1 = Ken | last1 = Kelleher | first2 = Carolyn | last2 = Kelleher|url=http://www.danbrown.com/#/davinciCode/questions|title= The Da Vinci Code | type = FAQs | publisher = Dan Brown |date=April 24, 2006 |accessdate=2009-02-03 |archiveurl = https://web.archive.org/web/20080325062025/http://www.danbrown.com/novels/davinci_code/faqs.html |archivedate = 2008-03-25}}</ref> |
|||
Dalam berbagai wawancara pada tahun 2003, ketika mempromosikan novel ini, Brown ditanya bagian-bagian sejarah mana dalam novelnya yang benar-benar terjadi. Ia menjawab, "Mutlak semua itu." Dalam suatu wawancara pada tahun 2003 dengan [[Martin Savidge]] dari CNN, ia kembali ditanya seberapa besar latar belakang sejarah dalam novelnya yang benar. Ia menjawab, "99% benar... latar belakangnya semua benar." [[Elizabeth Vargas]], dalam sebuah program spesial [[ABC News]], bertanya apakah novel ini akan berbeda jikalau ia menulisnya sebagai nonfiksi dan ia menjawab, "Saya tidak berpikir itu akan [berbeda]."<ref>{{en}} {{cite web|url = http://www.historyversusthedavincicode.com/fiction.htm|title = Fiction|contribution = |accessdate = 2009-02-03|website = History vs The Da Vinci Code}}</ref> |
|||
Pada tahun 2005 [[Tony Robinson]], seorang tokoh dari UK TV, menyunting dan membuat narasi suatu bantahan terperinci argumen-argumen utama Dan Brown dan para penulis buku ''[[The Holy Blood and the Holy Grail]]'', yaitu [[Michael Baigent]], [[Richard Leigh (penulis)|Richard Leigh]], dan [[Henry Lincoln]], dalam sebuah program bernama ''The Real Da Vinci Code'' di [[Televisi di Britania Raya|TV Britania]] [[Channel 4]]. Program tersebut menampilkan wawancara panjang dengan banyak tokoh utama yang dikutip Brown sebagai "fakta mutlak" dalam ''The Da Vinci Code''. Arnaud de Sède, putra [[Gérard de Sède]], menyatakan dengan tegas bahwa ayahnya dan Pierre Plantard telah menciptakan eksistensi ''Prieuré de Sion'' ([[Biarawan Sion]]) yang menjadi landasan teori garis keturunan Yesus, katanya: "sesungguhnya itu omong kosong".<ref>{{en}} ''The Real Da Vinci Code'', Channel Four Television, presented by Tony Robinson, transmitted on 3 February 2005</ref> |
|||
Timbulnya teori ini diawali dari seorang sejarawan dan rahib [[Sistersian]] abad ke-13 bernama [[Pierre dari Vaux de Cernay]] yang melaporkan kalau kaum [[Katarisme|Katar]] meyakini bahwa sisi 'jahat' dan 'duniawi' Yesus Kristus memiliki hubungan dengan Maria Magdalena dengan menggambarkannya sebagai selir Yesus (dan bahwa 'Kristus yang baik' adalah tidak berwujud dan hadir secara rohaniah dalam tubuh Paulus).<ref>{{en}} {{Citation | first1 = WA | last1 = Sibly | first2 = MD | last2 = Sibly | title = The History of the Albigensian Crusade: Peter of les Vaux-de-Cernay's "Historia Albigensis" | publisher = Boydell | year = 1998 | ISBN = 0-85115-658-4 | quote = Further, in their secret meetings they said that the Christ who was born in the earthly and visible Bethlehem and crucified at Jerusalem was 'evil', and that Mary Magdalene was his concubine – and that she was the woman taken in adultery who is referred to in the Scriptures; the 'good' Christ, they said, neither ate nor drank nor assumed the true flesh and was never in this world, except spiritually in the body of Paul. I have used the term 'the earthly and visible Bethlehem' because the heretics believed there is a different and invisible earth in which – according to some of them – the 'good' Christ was born and crucified.}}</ref> Program ''The Real Da Vinci Code'' juga menyinggung keraguan mengenai hubungan antara [[Kapel Rosslyn]] dengan Piala Suci dan cerita terkait yang lain seperti dugaan keberadaan Maria Magdalena di Perancis. |
|||
Menurut ''The Da Vinci Code'', Kaisar Romawi [[Konstantinus I]] menekan paham [[Gnostisisme]] karena menggambarkan Yesus sebagai murni manusia. Novel ini berargumen bahwa Konstantinus ingin agar Kekristenan bertindak sebagai agama pemersatu untuk [[Kekaisaran Romawi]] dan ia berpikir bahwa Kekristenan hanya akan menarik bagi kaum [[paganisme|pagan]] jika menampilkan sosok [[setengah dewa]] yang serupa dengan para pahlawan pagan. Menurut novel ini, [[Injil Gnostik]] menampilkan Yesus hanya sebagai seorang nabi insani, bukan setengah dewa. Oleh karena itu, untuk mengubah citra Yesus, Konstantinus menghancurkan Injil Gnostik dan mempromosikan Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, yang mana menggambarkan Yesus sebagai sosok ilahi atau semiilahi.<ref>{{en}} {{Citation |first = Tim|last = O'Neill|url = http://www.historyversusthedavincicode.com/chapterfiftyfive.htm#christpower|chapter = 55. Early Christianity and Political Power|title = History versus the Da Vinci Code|year = 2006|date = |access-date = February 16, 2009}}.</ref> |
|||
Namun demikian Gnostisme tidak menggambarkan Yesus sebagai manusia.<ref name="chapterfiftyfive">{{en}} {{Citation |first = Tim|last = O'Neill|url = http://www.historyversusthedavincicode.com/chapterfiftyfive.htm#nagdss|chapter = 55. Nag Hammadi and the Dead Sea Scrolls|title = History versus the Da Vinci Code|year = 2006|date = |access-date = February 16, 2009}}.</ref> Semua tulisan Gnostik menggambarkan Yesus sebagai sosok yang murni ilahi, [[tubuh manusia]] Yesus dianggap sebagai suatu ilusi saja (lih. [[Doketisme]]).<ref>{{en}} {{Citation | contribution = Docetae | volume = 5 | title = Catholic Encyclopedia | place = New York | publisher = Robert Appleton | year = 1913 | first = John Peter | last = Arendzen | quote = The idea of the unreality of Christ's human nature was held by the oldest Gnostic sects [...] Docetism, as far as at present known, [was] always an accompaniment of Gnosticism or later of [[Maniisme|Manichaeism]].}}</ref> Sekte-sekte Gnostik melihat Yesus dengan cara demikian karena mereka memandang hal-hal materi sebagai sesuatu yang jahat, dan karena itu mereka meyakini bahwa roh ilahi tidak akan pernah mengambil rupa suatu tubuh jasmaniah.<ref name = "chapterfiftyfive" /> |
|||
=== Kritik literer === |
=== Kritik literer === |
Revisi per 26 Maret 2016 16.06
Pengarang | Dan Brown |
---|---|
Negara | Amerika Serikat |
Seri | Robert Langdon #2 |
Genre | Misteri, Cerita detektif, Fiksi konspirasi, Thriller |
Penerbit | US: Doubleday UK: Bantam, Transworld ID: Bentang, Mizan, Serambi |
Tanggal terbit | April 2003 |
Halaman | bervariasi |
ISBN | ISBN 0-385-50420-9 |
OCLC | 50920659 |
813/.54 21 | |
LCC | PS3552.R685434 D3 2003 |
Didahului oleh | Angels & Demons |
Diikuti oleh | The Lost Symbol |
The Da Vinci Code adalah sebuah novel detektif misteri karya Dan Brown. Novel ini menceritakan simbolog Robert Langdon dan kriptolog Sophie Neveu setelah suatu peristiwa pembunuhan di Museum Louvre di Paris, ketika mereka menjadi terlibat dalam pertarungan antara Biarawan Sion dan Opus Dei terkait kemungkinan bahwa apakah Yesus Kristus menikahi Maria Magdalena. Judul novel ini antara lain merujuk pada temuan korban pembunuhan pertama di Museum Louvre dengan kondisi telanjang dan posisi seperti Vitruvian Man, gambar terkenal Leonardo da Vinci, serta sebuah pesan tersembunyi yang ditulis di samping tubuhnya dan sebuah pentagram tergambar di dadanya dengan darahnya sendiri.
Novel ini mengeksplorasi suatu alternatif sejarah religius dengan titik plot sentralnya yaitu bahwa para raja Perancis dari Dinasti Meroving termasuk dalam garis keturunan Yesus Kristus dan Maria Magdalena, yang mana gagasan-gagasan ini berasal dari The Templar Revelation (1997) karya Clive Prince dan buku-buku karya Margaret Starbird. Novel ini juga merujuk pada The Holy Blood and the Holy Grail (1982) kendati Dan Brown menyatakan bahwa buku tersebut tidak digunakan sebagai bahan penelitian.
The Da Vinci Code memicu ketertarikan populer dalam spekulasi terkait legenda Piala Suci (Cawan Suci) dan peranan Maria Magdalena dalam sejarah Kekristenan. Namun novel ini telah dikecam secara luas oleh banyak denominasi Kristen sebagai suatu serangan terhadap Gereja Katolik Roma, dan secara konsisten dikritik karena berbagai ketidakakuratan ilmiah dan historis. Meski demikian novel ini menjadi salah satu buku terlaris[1] di dunia dengan penjualan 80 juta kopi pada tahun 2009[2] dan telah diterjemahkan ke dalam 44 bahasa. Novel ini menggabungkan genre detektif, thriller dan fiksi konspirasi, serta merupakan novel kedua Dan Brown yang menyertakan karakter Rober Langdon: yang pertama yaitu Angels & Demons (2000). Pada bulan November 2004 Random House menerbitkan suatu Edisi Khusus Bergambar dengan 160 ilustrasi. Pada tahun 2006, suatu adaptasi dalam film dirilis oleh Columbia Pictures milik Sony.
Karakter
- Robert Langdon
- Jacques Saunière
- Sophie Neveu
- Bezu Fache
- Silas
- Manuel Aringarosa
- Soeur Sandrine
- André Vernet
- Leigh Teabing
- Rémy Legaludec
- Jérôme Collet
- Marie Chauvel Saint-Clair
- Pamela Gettum
Rahasia Piala Suci
Dalam novel ini, Sir Leigh Teabing menjelaskan kepada Sopie Neveu bahwa sosok di sisi kanan Yesus dalam lukisan Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci bukanlah Rasul Yohanes tetapi Maria Magdalena.
Teabing mengatakan bahwa tidak adanya sebuah piala atau cawan dalam lukisan Leonardo berarti Leonardo mengetahui kalau Maria Magdalena adalah pembawa darah Yesus dan Piala Suci (Holy Grail) yang sebenarnya. Ia menjelaskan bahwa gagasan ini didukung oleh huruf "V" yang dibentuk posisi tubuh Yesus dan Maria Magdalena, yang mana "V" dianggap sebagai simbol perempuan suci.
Tidak adanya Rasul Yohanes dalam lukisan tersebut dijelaskan dengan pengenalan bahwa Yohanes juga disebut "Murid yang Dikasihi Yesus", yang mana menjadi sebuah kode untuk Maria Magdalena. Novel ini juga mencatat bahwa skema warna busana mereka dibalik.
Menurut novel ini, rahasia Piala Suci (Cawan Suci) yang disimpan oleh Biarawan Sion adalah sebagai berikut:
- Piala Suci bukan sebuah piala atau cawan secara fisik, tetapi seorang wanita bernama Maria Magdalena, yang mana membawa garis keturunan Yesus.
- Ungkapan Perancis Lama untuk Piala Suci, San gréal, sebenarnya adalah sebuah permainan kata dari Sang réal yang secara harfiah dalam bahasa Perancis Lama berarti "darah bangsawan".
- Relikui Piala Suci terdiri atas dokumen-dokumen yang memberikan kesaksian tentang garis keturunan tersebut, dan juga tulang-tulang Maria Magdalena yang sesungguhnya.
- Relikui Piala Suci Maria Magdalena disimpan oleh Biarawan Sion dalam sebuah ruang bawah tanah, kemungkinan di bawah Kapel Rosslyn.
- Gereja telah menekan kebenaran mengenai Maria Magdalena dan garis keturunan Yesus selama 2000 tahun. Hal ini terutama karena mereka takut akan kekuatan perempuan suci di dalam dan darinya sendiri serta dikarenakan hal ini akan melawan keutamaan Santo Petrus sebagai rasul.
- Maria Magdalena adalah keturunan bangsawan (dari Suku Benyamin Yahudi) dan istri Yesus, dari Garis Daud. Bahwa ia adalah seorang pelacur merupakan fitnah yang diciptakan oleh Gereja untuk mengaburkan hubungan mereka yang sebenarnya. Pada saat Penyaliban Yesus, ia sedang hamil. Setelah Penyaliban, ia melarikan diri ke Galia di mana ia ditampung oleh orang-orang Yahudi di Marseille. Ia kemudian melahirkan seorang putri bernama Sarah. Garis keturunan Yesus dan Maria Magdalena menjadi Dinasti Meroving di Perancis.
- Keberadaan garis keturunan tersebut merupakan rahasia yang terkandung dalam dokumen-dokumen yang ditemukan oleh para Tentara Salib setelah mereka menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099. Biarawan Sion dan Ksatria Templar diorganisir untuk menjaga rahasia itu.
Menurut novel ini, rahasia-rahasia Piala Suci berhubungan dengan karya Leonardo da Vinci:
- Leonardo adalah anggota Biarawan Sion dan mengetahui rahasia Piala Suci. Rahasia ini sebenarnya terungkap dalam lukisan Perjamuan Malam Terakhir yang mana tidak melukiskan piala di atas meja. Sosok yang duduk di sebelah Yesus bukan seorang laki-laki, tetapi seorang perempuan, yaitu Maria Magdalena. Sebagian besar reproduksi karya tersebut berasal dari suatu perubahan belakangan yang mengaburkan karakteristik nyata kewanitaannya.
- Androgini dari Mona Lisa mencerminkan persatuan sakral antara laki-laki dan perempuan yang tersirat dalam persatuan suci antara Yesus dan Maria Magdalena. Paritas semacam itu antara kekuatan kosmis maskulin dan feminin telah lama menjadi ancaman besar bagi kekuatan Gereja yang telah mapan. Nama Mona Lisa sebenarnya adalah suatu anagram "Amon L'Isa", merujuk pada ayah dan ibu dewa-dewi agama Mesir Kuno (yaitu Amun dan Isis).
Reaksi
Penjualan
The Da Vinci Code meraih kesuksesan besar pada tahun 2003 dan penjualannya hanya terkalahkan oleh Harry Potter and the Order of the Phoenix karya J. K. Rowling.[3]
Ketidakakuratan sejarah
Novel ini mengakibatkan banyak kritik ketika pertama kali diterbitkan karena deskripsi yang tidak akurat terkait aspek-aspek inti Kekristenan serta deskripsi arsitektur, sejarah, dan seni Eropa. Novel ini kebanyakan mendapat ulasan negatif dari kalangan Katolik dan komunitas Kristen lainnya.
Banyak kritikus mempermasalahkan tingkat penelitian yang dilakukan Dan Brown saat menulis cerita dalam novelnya. Laura Miller, seorang penulis The New York Times, mencirikan novel ini sebagai "didasarkan pada suatu pemberitaan palsu dengan reputasi buruk", "benar-benar omong kosong", dan "palsu", mengatakan bahwa novel ini sangat didasarkan pada karangan Pierre Plantard, yaitu orang yang menegaskan telah menciptakan Biarawan Sion pada tahun 1956.
Para kritikus menuduh Brown memutarbalikkan dan mengarang sejarah. Marcia Ford menulis:
Terlepas dari apakah Anda setuju dengan kesimpulan-kesimpulan Brown, jelas bahwa sejarah yang ditulisnya fantastis, yang mana berarti bahwa dia dan penerbitnya telah melanggar suatu kesepakatan yang telah lama dianut, kendati tidak terucapkan, dengan pembacanya: Karya fiksi yang dimaksudkan untuk menyajikan fakta-fakta sejarah harus dilakukan penelitian dengan hati-hati sebagaimana sebuah buku nonfiksi.[4]
Richard Abanes menulis:
Aspek yang paling mencolok... bukanlah bahwa Dan Brown tidak setuju dengan Kekristenan tetapi ia benar-benar membengkokkannya untuk dapat tidak setuju dengannya... sampai titik penulisan ulang secara keseluruhan sejumlah besar peristiwa sejarah. Dan yang membuat masalahnya lebih buruk yaitu keinginan Brown untuk meloloskan distorsi-distorsi yang dibuatnya sebagai 'fakta-fakta' yang mana atas hal ini tidak terhitung banyaknya jumlah akademisi dan sejarawan yang sepakat.[4]
Novel ini dibuka dengan klaim oleh Dan Brown bahwa "Biarawan Sion–sebuah masyarakat rahasia di Perancis yang didirikan pada 1099–adalah organisasi nyata". Penegasan ini diperdebatkan secara luas. Beberapa kritikus mengklaim bahwa Biarawan Sion adalah sebuah hoax yang diciptakan pada tahun 1956 oleh Pierre Plantard. Sang penulis juga mengklaim bahwa "semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen... dan ritual-ritual rahasia dalam novel ini adalah akurat", tetapi klaim ini dibantah oleh banyak pakar akademik dari berbagai bidang.[5]
Dan Brown sendiri mengemukakan gagasan bahwa beberapa aspek yang lebih kontroversial adalah fakta di dalam situs webnya, dengan menyatakan bahwa halaman "FAKTA" di awal novel ini hanya menyebutkan "dokumen, ritual, organisasi, karya seni dan arsitektur", tetapi bukan satu pun teori kuno yang dibahas oleh para karakter fiktif, dengan menyatakan bahwa "Penafsiran gagasan-gagasan tersebut diserahkan kepada pembaca". Brown juga menyebutkan, "Adalah keyakinan saya bahwa beberapa teori yang dibahas karakter-karakter ini mungkin memiliki kelayakan" dan "rahasia di balik The Da Vinci Code juga terlalu baik didokumentasikan dan signifikan bagi saya untuk mengabaikannya."[6]
Dalam berbagai wawancara pada tahun 2003, ketika mempromosikan novel ini, Brown ditanya bagian-bagian sejarah mana dalam novelnya yang benar-benar terjadi. Ia menjawab, "Mutlak semua itu." Dalam suatu wawancara pada tahun 2003 dengan Martin Savidge dari CNN, ia kembali ditanya seberapa besar latar belakang sejarah dalam novelnya yang benar. Ia menjawab, "99% benar... latar belakangnya semua benar." Elizabeth Vargas, dalam sebuah program spesial ABC News, bertanya apakah novel ini akan berbeda jikalau ia menulisnya sebagai nonfiksi dan ia menjawab, "Saya tidak berpikir itu akan [berbeda]."[7]
Pada tahun 2005 Tony Robinson, seorang tokoh dari UK TV, menyunting dan membuat narasi suatu bantahan terperinci argumen-argumen utama Dan Brown dan para penulis buku The Holy Blood and the Holy Grail, yaitu Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln, dalam sebuah program bernama The Real Da Vinci Code di TV Britania Channel 4. Program tersebut menampilkan wawancara panjang dengan banyak tokoh utama yang dikutip Brown sebagai "fakta mutlak" dalam The Da Vinci Code. Arnaud de Sède, putra Gérard de Sède, menyatakan dengan tegas bahwa ayahnya dan Pierre Plantard telah menciptakan eksistensi Prieuré de Sion (Biarawan Sion) yang menjadi landasan teori garis keturunan Yesus, katanya: "sesungguhnya itu omong kosong".[8]
Timbulnya teori ini diawali dari seorang sejarawan dan rahib Sistersian abad ke-13 bernama Pierre dari Vaux de Cernay yang melaporkan kalau kaum Katar meyakini bahwa sisi 'jahat' dan 'duniawi' Yesus Kristus memiliki hubungan dengan Maria Magdalena dengan menggambarkannya sebagai selir Yesus (dan bahwa 'Kristus yang baik' adalah tidak berwujud dan hadir secara rohaniah dalam tubuh Paulus).[9] Program The Real Da Vinci Code juga menyinggung keraguan mengenai hubungan antara Kapel Rosslyn dengan Piala Suci dan cerita terkait yang lain seperti dugaan keberadaan Maria Magdalena di Perancis.
Menurut The Da Vinci Code, Kaisar Romawi Konstantinus I menekan paham Gnostisisme karena menggambarkan Yesus sebagai murni manusia. Novel ini berargumen bahwa Konstantinus ingin agar Kekristenan bertindak sebagai agama pemersatu untuk Kekaisaran Romawi dan ia berpikir bahwa Kekristenan hanya akan menarik bagi kaum pagan jika menampilkan sosok setengah dewa yang serupa dengan para pahlawan pagan. Menurut novel ini, Injil Gnostik menampilkan Yesus hanya sebagai seorang nabi insani, bukan setengah dewa. Oleh karena itu, untuk mengubah citra Yesus, Konstantinus menghancurkan Injil Gnostik dan mempromosikan Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, yang mana menggambarkan Yesus sebagai sosok ilahi atau semiilahi.[10]
Namun demikian Gnostisme tidak menggambarkan Yesus sebagai manusia.[11] Semua tulisan Gnostik menggambarkan Yesus sebagai sosok yang murni ilahi, tubuh manusia Yesus dianggap sebagai suatu ilusi saja (lih. Doketisme).[12] Sekte-sekte Gnostik melihat Yesus dengan cara demikian karena mereka memandang hal-hal materi sebagai sesuatu yang jahat, dan karena itu mereka meyakini bahwa roh ilahi tidak akan pernah mengambil rupa suatu tubuh jasmaniah.[11]
Kritik literer
The Da Vinci Code mendapatkan penilaian positif maupun negatif dari para kritikus, dan telah menjadi subjek berbagai penilaian negatif atas penggambarannya mengenai sejarah. Akurasi sejarah dan tulisannya mendapat ulasan negatif dari The New Yorker,[13] Salon.com,[14] dan Maclean's.[15]
Gugatan hukum
Lewis Perdue menuduh Dan Brown melakukan plagiat atas kedua novel karyanya, yaitu The Da Vinci Legacy (1983) dan Daughter of God (2000). Ia berupaya memblokir distribusi buku dan film The Da Vinci Code. Namun Hakim George Daniels dari Pengadilan Distrik AS di New York memutuskan untuk membatalkan gugatan Perdue, katanya, "Seorang pengamat awam biasa yang sewajarnya tidak akan menyimpulkan bahwa The Da Vinci Code secara substansial mirip dengan Daughter of God. dan bahwa "Elemen apapun yang agak mirip berada dalam tingkatan gagasan umum atau hal lainnya yang tanpa perlindungan."[16] Perdue mengajukan banding, namun Pengadilan Banding AS Sirkuit ke-2 menguatkan keputusan awal tersebut dengan mengatakan bahwa argumen-argumen Perdue "tidak berdasar".[17]
Parodi
- Pada tahun 2005, novel ini diparodikan oleh Adam Roberts (melalui novel The Va Dinci Cod) dan Toby Clements (melalui novel The Asti Spumante Code).
- Sebuah film televisi tahun 2005 dari serial televisi Australia Kath & Kim memarodikan versi film novel ini sebagai Da Kath & Kim code pada tahun 2005.
- Pada tahun 2006 Dead Ringers, sebuah program BBC, memarodikan The Da Vinci Code dengan menyebutnya "Da Rolf Harris Code".
- Zapiro, seorang kartunis politik, pada tahun 2006 menerbitkan sebuah koleksi buku berisi karya-karyanya dengan judul Da Zuma Code yang mana memarodikan mantan wakil presiden Jacob Zuma.
- Sebuah film independen tahun 2006 berjudul The Norman Rockwell Code memarodikan buku dan film The Da Vinci Code. Sebagai ganti pembunuhan seorang kurator di Museum Louvre, pembunuhan di film ini terjadi atas seorang kurator di Museum Norman Rockwell di Stockbridge, Massachusetts.
- The DiCaprio Code, serial animasi tahun 2006 yang terbagi menjadi tujuh bagian, diproduksi oleh Movies.com dan Scrapmation.
- Pada tahun 2007 novel ini diparodikan dalam "Fantastic Easter Special", suatu episode dari South Park, dan novel The Da-da-de-da-da Code karya Robert Rankin.
- Karakter Lucy dan Silas diparodikan dalam film Epic Movie tahun 2007, yang mana memulainya dengan suatu adegan yang serupa seperti pada pembukaan The Da Vinci Code, di mana Silas mengejar Lucy yang telah menjadi yatim.
- Szyfr Jana Matejki (Sandi Jan Matejko) merupakan sebuah parodi Polandia karya Dariusz Rekosz. Salah satu sekuelnya, Ko(s)miczna futryna: Szyfr Jana Matejki II (Co[s]mic Door-frame: Jan Matejko's Cipher II), dirilis pada tahun 2008. Karakter utama parodi ini adalah inspektur Józef Świenty, yang berusaha untuk memecahkan teka teki Rahasia Terbesar Umat Manusia (Największa Tajemnica Ludzkości) –asal usul Dinasti Piast.
- Novel The Da Vinci Code diparodikan dalam "Black Mystery Month", suatu episode American Dad! tahun 2008, di mana Stan Smith menelusuri kebenaran kontroversial bahwa Mary Todd Lincoln menciptakan selai kacang.
- Pada tahun 2008, novel ini diparodikan dalam seri kedua That Mitchell and Webb Look sebagai "The Numberwang Code", cuplikan untuk sebuah film fiksi berdasarkan suatu adegan berulang di acara tersebut.
- Alur cerita novel ini diparodikan dalam "The Duh-Vinci Code", sebuah episode dari serial animasi TV Futurama.
- Novel ini diparodikan dalam "Da Grinchy Code / Duck", sebuah episode serial TV Mad, di mana berbagai pemikiran film terbesar berupaya memecahkan misteri Grinch.
- Teori-teori konspirasi yang menjadi tema novel ini diparodikan dalam "Da Vinci Claude", salah satu single MC Solaar tahun 2007.
Film
Sony Columbia Pictures mengadaptasi novel ini ke dalam film, dengan skenario yang ditulis oleh Akiva Goldsman, dan sutradara peraih Academy Award, Ron Howard. Film ini dirilis pada 19 Mei 2006, dibintangi oleh Tom Hanks sebagai Robert Langdon, Audrey Tautou sebagai Sophie Neveu, dan Sir Ian McKellen sebagai Sir Leigh Teabing. Selama akhir pekan pembukaannya, para penonton bioskop diperkirakan menghabiskan sekitar $77 juta di Amerika, dan $224 juta di seluruh dunia.[18]
Referensi
- ^ (Inggris) Wyat, Edward (November 4, 2005). "'Da Vinci Code' Losing Best-Seller Status". The New York Times.
- ^ (Inggris) "New novel from Dan Brown due this fall". San Jose Mercury News. Diakses tanggal 2011-01-04.
- ^ (Inggris) Minzesheimer, Bob (December 11, 2003). "'Code' deciphers interest in religious history". USA Today. Diakses tanggal 2010-05-25.
- ^ a b (Inggris) Ford, Marcia. "Da Vinci Debunkers: Spawns of Dan Brown's Bestseller". FaithfulReader. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-05-27. Diakses tanggal 2015-04-29.
- ^ (Inggris) "History vs The Da Vinci Code". Diakses tanggal 2009-02-03.
- ^ (Inggris) Kelleher, Ken; Kelleher, Carolyn (April 24, 2006). "The Da Vinci Code" (FAQs). Dan Brown. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-25. Diakses tanggal 2009-02-03.
- ^ (Inggris) "Fiction". History vs The Da Vinci Code. Diakses tanggal 2009-02-03.
- ^ (Inggris) The Real Da Vinci Code, Channel Four Television, presented by Tony Robinson, transmitted on 3 February 2005
- ^ (Inggris) Sibly, WA; Sibly, MD (1998), The History of the Albigensian Crusade: Peter of les Vaux-de-Cernay's "Historia Albigensis", Boydell, ISBN 0-85115-658-4,
Further, in their secret meetings they said that the Christ who was born in the earthly and visible Bethlehem and crucified at Jerusalem was 'evil', and that Mary Magdalene was his concubine – and that she was the woman taken in adultery who is referred to in the Scriptures; the 'good' Christ, they said, neither ate nor drank nor assumed the true flesh and was never in this world, except spiritually in the body of Paul. I have used the term 'the earthly and visible Bethlehem' because the heretics believed there is a different and invisible earth in which – according to some of them – the 'good' Christ was born and crucified.
- ^ (Inggris) O'Neill, Tim (2006), "55. Early Christianity and Political Power", History versus the Da Vinci Code, diakses tanggal February 16, 2009.
- ^ a b (Inggris) O'Neill, Tim (2006), "55. Nag Hammadi and the Dead Sea Scrolls", History versus the Da Vinci Code, diakses tanggal February 16, 2009.
- ^ (Inggris) Arendzen, John Peter (1913), "Docetae", Catholic Encyclopedia, 5, New York: Robert Appleton,
The idea of the unreality of Christ's human nature was held by the oldest Gnostic sects [...] Docetism, as far as at present known, [was] always an accompaniment of Gnosticism or later of Manichaeism.
- ^ (Inggris) Lane, Anthony (May 29, 2006). "Heaven Can Wait". The New Yorker.
- ^ (Inggris) Miller, Laura (December 29, 2004). "The Da Vinci crock". Salon.com. Retrieved 2009-05-15.
- ^ (Inggris) Steyn, Mark (May 10, 2006) "The Da Vinci Code: bad writing for Biblical illiterates". Maclean's.
- ^ (Inggris) "Author Brown 'did not plagiarise'", BBC News, August 6, 2005
- ^ (Inggris) "Delays to latest Dan Brown novel", BBC News, April 21, 2006
- ^ (Inggris) "The Da Vinci Code (2006)". Box Office Mojo. Diakses tanggal 2006-12-16.
Bacaan lanjutan
- (Inggris) Pullum, Geoffrey K. "The Dan Brown code." (Archive)
- (Inggris) Schneider-Mayerson, Matthew. "The Dan Brown Phenomenon: Conspiracism in Post-9/11 Popular Fiction." Radical History Review 111 (2011): 194-201
Pranala luar
- (Inggris) Mysteries of Rennes-le-Château.
- (Inggris) The da Vinci code (official website), Dan Brown.
- (Inggris) The da Vinci code (official website), UK: Dan Brown.
- (Inggris) Walsh, David (May 2006), "The Da Vinci Code, novel and film, and 'countercultural' myth", WSWS (review)
- (Inggris) The Da Vinci Code and Textual Criticism: A Video Response to the Novel, Rochester Bible.
- (Inggris) The Da Vinci Code pada Goodreads