Lompat ke isi

Ekonomi Anak Macan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
baru
 
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 59: Baris 59:
{{Ekonomi Anak Macan}}
{{Ekonomi Anak Macan}}


[[Category:Ekonomi macan]]
[[Kategori:Ekonomi macan]]
[[Category:Asia]]
[[Kategori:Asia]]
[[Category:Negara di Asia]]
[[Kategori:Negara di Asia]]
[[Category:Klasifikasi negara]]
[[Kategori:Klasifikasi negara]]
[[Category:Ledakan ekonomi]]
[[Kategori:Ledakan ekonomi]]
[[Category:Sejarah ekonomi]]
[[Kategori:Sejarah ekonomi]]
[[Category:Ekonomi Asia Tenggara]]
[[Kategori:Ekonomi Asia Tenggara]]
[[Category:Ekonomi Indonesia]]
[[Kategori:Ekonomi Indonesia]]
[[Category:Ekonomi Malaysia]]
[[Kategori:Ekonomi Malaysia]]
[[Category:Ekonomi Filipina]]
[[Kategori:Ekonomi Filipina]]
[[Category:Ekonomi Thailand]]
[[Kategori:Ekonomi Thailand]]

Revisi per 7 April 2016 05.26

Ekonomi Anak Macan (kuning) terdiri dari empat negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Ditunjukkan pula Empat Macan Asia (merah).

Istilah Ekonomi Anak Macan secara kolektif mengacu pada ekonomi Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, empat negara yang mendominasi Asia Tenggara.[1]

Ekonomi Anak Macan diberi nama demikian karena keempat negara ini mengikuti model pembangunan ekonomi berorientasi ekspor yang dijalankan Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan yang secara kolektif disebut Empat Macan Asia. Keempat negara industri baru tersebut disebut anak macan karena memiliki potensi untuk bangkit menjadi macan dewasa atau negara maju.[2] Faktanya, empat negara ini masuk dalam daftar 50 ekonomi terbaik dunia tahun 2050 versi HSBC,[3] sedangkan Indonesia dan Filipina masuk dalam daftar Next Eleven versi Goldman Sachs berkat pertumbuhan cepat dan jumlah penduduknya yang besar.

Pengusaha Tionghoa di luar negeri memainkan peran penting dalam pembangunan sektor swasta di kawasan ini. Bisnis mereka merupakan bagian dari jaringan bambu, yaitu jaringan bisnis Tionghoa luar negeri yang beroperasi di pasar Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Filipina dengan ikatan keluarga dan budaya yang sama.[4] Transformasi Cina menjadi kekuatan ekonomi besar pada abad ke-21 mendorong peningkatan investasi di negara-negara Asia Tenggara yang memiliki jaringan bambu.[5]

Data wilayah

Demografi

Negara atau
teritori
Luas km² Populasi Kepadatan penduduk
per km²
Indeks Pembangunan Manusia
(2012)
Ibu kota
 Indonesia 1.904.569 237.424.363 124,66 0,629 (ke-121) Jakarta
 Malaysia 329.847 28.334.135 86 0,769 (ke-64) Kuala Lumpur
 Filipina 300.000 103.775.517 308,0 0,654 (ke-114) Manila
 Thailand 513.120 66.720.153 132,1 0,690 (ke-103) Bangkok

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Rod Davies (16 June 2002). "Asian Marketing, Market Research and Economic Capsule Review". Asia Market Research. Diakses tanggal 20 February 2013. 
  2. ^ "The East Asian Miracle Economic Growth and Public Policy". World Bank. 30 September 1993. Diakses tanggal 20 February 2013. 
  3. ^ Kevin Voigt (12 January 2012). "World's top economies in 2050 will be..." CNN. Diakses tanggal 20 February 2013. 
  4. ^ Murray L Weidenbaum (1 January 1996). The Bamboo Network: How Expatriate Chinese Entrepreneurs are Creating a New Economic Superpower in Asia. Martin Kessler Books, Free Press. hlm. 4–8. ISBN 978-0-684-82289-1. 
  5. ^ Quinlan, Joe (November 13, 2007). "Insight: China's capital targets Asia's bamboo network". Financial Times.