Lompat ke isi

Kereta api eksekutif: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fged10 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan aplikasi seluler
Rayton89 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 24: Baris 24:


== Kelas satwa dan campuran ==
== Kelas satwa dan campuran ==
Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam [[legenda]] [[Indonesia]]. Seperti, [[Gajayana]], [[Kereta api Sembrani|Sembrani]], [[Kereta api Turangga|Turangga]], [[Kereta api Bima|Bima]], [[Kereta api Taksaka|Taksaka]] dan [[Kereta api Bangunkarta|Bangunkarta]].
Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam [[legenda]] [[Indonesia]]. Seperti, [[Kereta api Gajayana|Gajayana]], [[Kereta api Sembrani|Sembrani]], [[Kereta api Turangga|Turangga]], [[Kereta api Bima|Bima]], [[Kereta api Taksaka|Taksaka]] dan [[Kereta api Bangunkarta|Bangunkarta]].


Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.
Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.

Revisi per 22 April 2016 09.48

Eksekutif campuran Kereta api Sawunggalih Utama.
Kereta api eksekutif Bima tiba di Stasiun Gambir

Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan, penumpang dapat juga memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi (kereta makan) yang didesain sebagai mini bar yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berkaraoke.

Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206 ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC204 mulai berdinas di Sumatera Selatan.

Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.

Kelas Argo

Peta jalur kereta api kelas eksekutif Argo. Masih ada nama Argo Gede dan belum ada Argo Parahyangan (penggantinya).

Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50/52 orang per kereta. Penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan nama gunung yang berada dekat dengan kota tujuan kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek tujuan Surabaya, Gunung Bromo sangat jauh dengan kota Probolinggo, kereta api Argo Wilis tujuan Surabaya, gunung Wilis tidak jauh dengan kota Madiun, kereta api Argo Muria tujuan Semarang, gunung Muria tidak jauh dengan kota Semarang, kereta api Argo Sindoro tujuan Semarang, gunung Sindoro tidak jauh dengan kota Semarang,. Begitu pula dengan kereta api Argo Lawu tujuan Solo, Gunung Lawu tidak jauh dengan kota Solo.

Pengecualian berlaku untuk kereta api Argo Jati, Argo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosok Walisongo, Sunan Gunung Jati, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Nama Dwipangga sebenarnya berarti gajah.

Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[1] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.

Sejarah

Kelas argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede, juga munculnya Argo Lawu pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo diganti dengan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria 1 menjadi Argo Sindoro, dan lahir juga KA Argo Jati pada 2007.

Kereta dan fasilitas

KA Argo menggunakan KA terbaik dari INKA, yang dibuat antara tahun 1995 untuk KA Argo Bromo (sekarang menjadi milik KA Bima) dan Argo Gede (sekarang menjadi milik KA Argo Jati yang akhirnya menjadi milik KA Cirebon Ekspres), 1996 untuk KA Argo Lawu (sekarang dialokasikan juga ke KA Argo Dwipangga, Taksaka, dan Sancaka), 1997 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria, 1998 untuk KA Argo Wilis dan KA Argo Dwipangga, 2001 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria, 2002 untuk KA Argo Muria dan Sindoro, dan Argo Gede (sekarang Argo Parahyangan), 2008 untuk KA Argo Lawu, dan 2010 untuk KA New Argo Jati. KA Argo aslinya memiliki fasilitas yang lebih baik dari KA eksekutif satwa maupun campuran, tetapi sekarang semua KA eksekutif pelayanannya sama saja, perbedaan hanya tidak adanya TV di beberapa KA eksekutif campuran.

Kelas satwa dan campuran

Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam legenda Indonesia. Seperti, Gajayana, Sembrani, Turangga, Bima, Taksaka dan Bangunkarta.

Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.

Pengoperasian dan fasilitas

Pelayanan kelas argo di atas yang lain, seperti TV, meja makan, pintu otomatis, dan terkadang jendela pesawat dan rak bagasi seperti pesawat. Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, dapat dilihat dari skema warna kereta. Meskipun begitu, pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang sama saja, dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya. (kereta yang dulunya dicat warna campuran, dan sekarang dicat warna argo, bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll.). Namun semua kereta eksekutif mulai dicat dengan livery seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.

Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupun emergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi.

Peremajaan

Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian gerbong eksekutif dan gerbong ekonomi AC baru buatan PT Inka Madiun[2] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian gerbong eksekutif baru ini menggantikan gerbong eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah.

Ada pula gerbong retrofit, namun gerbong retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada di kereta api Cirebon Ekspres baru.[3]

Balai Yasa Manggarai dan Surabaya Gubeng adalah balai yasa yang mendapat tugas untuk mengubah atau dimodifikasi kereta bisnis menjadi kereta eksekutif, misalnya Gerbong K1 0 15 01 Sampai dengan K1 0 15 19. Selain itu, beberapa kereta bisnis juga diretrofit menjadi kereta pembangkit dan kereta makan baru.

Saat ini beberapa set kereta eksekutif baru sudah mulai keluar dari PT INKA, dan mulai diuji di lintas. Kereta ini juga menggunakan bogie terbaru tipe K10, yang desainnya merupakan gabungan dari bogie K5 dan K8. Interior kereta baru ini juga tidak berbeda jauh dengan Argo Bromo Anggrek baru sebelumnya, namun adanya footrest dapat menambah kenyamanan.

Peremajaan dimulai dengan beroperasinya KA Cirebon Ekspres baru, dengan kereta eksekutif retrofit tahun 2014-2015. Kemudian menyusul Argo Bromo Anggrek dengan kereta kelas Anggrek yang sudah diretrofit di PT INKA dan menggunakan livery kesepakatan. Argo Jati pun kedapatan K1 retrofit Balai Yasa Gubeng tahun 2015, semenjak K1 tahun 2010 dimutasi ke Purwojaya sejak tahun 2016. Satu persatu set yang dibuat di INKA pun mulai beroperasi dengan set pertama untuk Dipo Solobalapan (SLO).

Penomoran

Salah satu rangkaian kereta api eksekutif mirip kaca pesawat

Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997 dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulik; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Contoh: K1 0 16 01, artinya gerbong eksekutif yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun 2016 (16), memiliki nomor urut 01.

Kereta api kelas eksekutif di Indonesia

Layanan kereta api kelas eksekutif (argo & satwa) di Pulau Jawa

Nama Kereta Api Relasi Dipo Kereta
Argo Bromo Anggrek Gambir - Surabaya Pasar Turi Surabaya Pasar Turi (SBI)
Argo Dwipangga dan Argo Lawu Gambir - Solo Balapan Solo Balapan (SLO)
Argo Muria dan Argo Sindoro Gambir - Semarang Tawang Semarang Poncol (SMC)
New Argo Jati Gambir - Cirebon Cirebon (CN)
Argo Wilis Bandung - Surabaya Gubeng Bandung (BD)
Gajayana Gambir - Malang Malang (ML)
Sembrani Gambir - Surabaya Pasar Turi Jakarta Kota (JAKK)
Bima Gambir - Malang Jakarta Kota (JAKK)
Taksaka Gambir - Yogyakarta Yogyakarta (YK)
Turangga Bandung - Surabaya Gubeng Sidotopo (SDT)
Bangunkarta Gambir - Surabaya Gubeng Sidotopo (SDT)

Layanan kereta api kelas eksekutif di Pulau Sumatera

Nama Kereta Api Relasi Dipo Kereta
Limex Sriwijaya Kertapati - Stasiun Tanjung Karang Tanjung Karang (TNK)
Sribilah Stasiun Medan - Stasiun Rantau Prapat Medan (MDN)
Sindang Marga Lubuk Linggau Kertapati - Lubuk Linggau Kertapati (KPT)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lirik dan Kunci Gitar untuk lagu "Sepur Argo Lawu"
  2. ^ Majalah KA Edisi November 2014
  3. ^ Majalah KA Edisi Maret 2015

Pranala luar