Lompat ke isi

Kunarto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Referensi: minor cosmetic change
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 45: Baris 45:
Selama tahun 1971 sampai tahun 1973, dia dipercaya menjabat Dansikko 753 (Kepala Kepolisian Sektor) Matraman, Jakarta Timur. Setelah itu, ditugaskan menjadi Kepala Sekretariat Komdak (Kasetda) Metro Jaya (1973-1975). Pada tahun inilah dia mengikuti pendidikan di Seskopol, yang kemudian menjadi Sespri Kasops Hankam dengan pangkat Letnan Kolonel (1975-1979). Pada tahap akhir jabatannya di Kasops, dia memperoleh kesempatan untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando Gabu-ngan ABRI (Seskogab). Setamat dari Seskogab, Kunarto mendapat tugas cukup berat, yakni menjadi perwira intelijen di Mabes Hankam/ABRI, yang kemudian diangkat sebagai Ajudan Presiden (1979-1986). Setelah itu menjadi Wakapolda Metro Jaya dengan pangkat Brigjen (1986), Kapolda Sumatera Utara (1987-1989), dan menjabat Kapolda Nusa Tenggara berpangkat Mayjen (1989-1990). Kunarto pun menjadi semakin matang dalam memimpin para anggotanya.
Selama tahun 1971 sampai tahun 1973, dia dipercaya menjabat Dansikko 753 (Kepala Kepolisian Sektor) Matraman, Jakarta Timur. Setelah itu, ditugaskan menjadi Kepala Sekretariat Komdak (Kasetda) Metro Jaya (1973-1975). Pada tahun inilah dia mengikuti pendidikan di Seskopol, yang kemudian menjadi Sespri Kasops Hankam dengan pangkat Letnan Kolonel (1975-1979). Pada tahap akhir jabatannya di Kasops, dia memperoleh kesempatan untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando Gabu-ngan ABRI (Seskogab). Setamat dari Seskogab, Kunarto mendapat tugas cukup berat, yakni menjadi perwira intelijen di Mabes Hankam/ABRI, yang kemudian diangkat sebagai Ajudan Presiden (1979-1986). Setelah itu menjadi Wakapolda Metro Jaya dengan pangkat Brigjen (1986), Kapolda Sumatera Utara (1987-1989), dan menjabat Kapolda Nusa Tenggara berpangkat Mayjen (1989-1990). Kunarto pun menjadi semakin matang dalam memimpin para anggotanya.


Setelah 11 bulan menjadi Kapolda Nusra, pada 1990 diangkat menjadi Askamtibmas Kasum ABRI. Akhir-nya, persis pada tanggal 20 Februari 1991, Kunarto, yang waktu itu berpangkat Letjen, dilantik oleh Presiden Soeharto menjadi Kapolri, di Istana Negara. Selanjutnya, pada 27 Februari 1991 pagi, dilangsungkan serah terima jabatan Kapolri dari Jenderal Polisi Drs Sanoesi kepada Letjen Polisi Drs Kunarto. Masa kepemimpinan Kunarto, dinamika masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai kemajuan sosial, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan nasional.
Setelah 11 bulan menjadi Kapolda Nusra, pada 1990 diangkat menjadi Askamtibmas Kasum ABRI. Akhir-nya, persis pada tanggal 20 Februari 1991, Kunarto, yang waktu itu berpangkat Letjen, dilantik oleh Presiden Soeharto menjadi Kapolri, di Istana Negara. Selanjutnya, pada 27 Februari 1991 pagi, dilangsungkan serah terima jabatan Kapolri dari Jenderal Polisi Drs Sanoesi kepada Letjen Polisi Drs Kunarto. Masa kepemimpinan Kunarto, dinamika masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai kemajuan sosial, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan nasional.


Memang, selain memberikan sumbangan positif, kemajuan itu juga memiliki dampak yang antara lain berupa semakin meningkatnya kualitas kejahatan. Dan, inilah tantangan Polri, yang telah diantisipasi Kapolri Kunarto dengan cara meng-gelar berbagai pertemuan, studi dan pengkajian serta serangkaian operasi strategis kepolisian. Hasilnya memang cukup mengesankan, kondisi dan situasi Kamtibmas selama kepemimpinan Kunarto, terutama terhadap berbagai peristiwa kejahatan kontemporer, tetap bisa ditanggulangi oleh aparat Polri.
Memang, selain memberikan sumbangan positif, kemajuan itu juga memiliki dampak yang antara lain berupa semakin meningkatnya kualitas kejahatan. Dan, inilah tantangan Polri, yang telah diantisipasi Kapolri Kunarto dengan cara meng-gelar berbagai pertemuan, studi dan pengkajian serta serangkaian operasi strategis kepolisian. Hasilnya memang cukup mengesankan, kondisi dan situasi Kamtibmas selama kepemimpinan Kunarto, terutama terhadap berbagai peristiwa kejahatan kontemporer, tetap bisa ditanggulangi oleh aparat Polri.
Baris 57: Baris 57:


{{DEFAULTSORT:Kunarto, Kunarto}}
{{DEFAULTSORT:Kunarto, Kunarto}}

[[Kategori:Kapolri]]
[[Kategori:Kapolri]]
[[Kategori:Tokoh Polri]]
[[Kategori:Tokoh Polri]]

Revisi per 21 Mei 2016 06.50

Kunarto
Berkas:Kunarto.jpg
[[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] 11
Masa jabatan
20 Februari 1991 – 5 April 1993
PresidenSoeharto
Informasi pribadi
Lahir(1940-06-08)8 Juni 1940
Yogyakarta
Meninggal28 September 2011(2011-09-28) (umur 71)
Surabaya
KebangsaanIndonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Jenderal Polisi (Purn.) Kunarto (8 Juni 1940 – 28 September 2011) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia periode 1991-1993. Ia masuk pendidikan polisi, PTIK angkatan IX pada tahun 1961. Ia pernah menjabat sebagai ajudan mantan Presiden Soeharto dari tahun 1979 hingga tahun 1986, kemudian Wakil Kepala Polda Metro Jaya dari tanggal 1 September 1986 hingga Desember 1987 serta sebagai Kapolda Sumatera Utara periode tahun 1987-1989.

Kehidupan pribadi

Ia menikah dengan Warsiyah dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Rino Adi Kuswaryono dan Hariadi Kuswaryono.

Meninggal

Jenderal (Purn) Kunarto meninggal dunia di Rumah Sakit Internasional Surabaya, 28 September 2011 pada pukul 04.00 WIB. Jenazah disemayamkan di STIK-PTIK Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta-Selatan dengan Acara Kemiliteran.[1]

Referensi

  1. ^ Mantan Kapolri Kunarto Tutup Usia, diakses pada 29 September 2011.


Jabatan kepolisian
Didahului oleh:
Moch. Sanoesi
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
1991–1993
Diteruskan oleh:
Banurusman Astrosemitro