Lompat ke isi

Dimas Oky Nugroho: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
update berita dan perkembangan terkait Dimas Oky Nugroho terbaru 2016
Airmob (bicara | kontrib)
k Update referensi
Baris 2: Baris 2:
{{unreferenced|date=April 2016}}
{{unreferenced|date=April 2016}}
[[Berkas:Dimas Oky Nugroho.jpg|thumb|Dimas Oky Nugroho]]
[[Berkas:Dimas Oky Nugroho.jpg|thumb|Dimas Oky Nugroho]]
'''Dimas Oky Nugroho''' adalah pria keturunan Jawa-Melayu kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 7 Februari 1978. Dimas Oky Nugroho (39), putra dari pasangan Abdul Rahim (alm.) dan Hanny Abdullah (alm.) ini, memiliki perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sampai pada saat ini. Beragam profesi telah ia jalani, mulai dari ketua senat dan aktivis ketika masih duduk di bangku kuliah, jurnalis, peneliti, pengajar, bekerja di organisasi internasional, analis kebijakan publik, konsultan politik, hingga yang pada 2015 lalu, saat musim pilkada serentak, namanya ditetapkan menjadi calon walikota dalam Pilkada Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem.
'''Dimas Oky Nugroho''' adalah pria keturunan Jawa-Melayu kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 7 Februari 1978. Dimas Oky Nugroho (39), putra dari pasangan Abdul Rahim (alm.) dan Hanny Abdullah (alm.) ini, memiliki perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sampai pada saat ini. Beragam profesi telah ia jalani, mulai dari ketua senat dan aktivis ketika masih duduk di bangku kuliah, jurnalis, peneliti, pengajar, bekerja di organisasi internasional, analis kebijakan publik, konsultan politik, hingga yang pada 2015 lalu, saat musim pilkada serentak, namanya ditetapkan menjadi calon walikota dalam Pilkada Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem.<ref>http://dimasokynugroho.com/biografi-2/</ref>


Dimas menghabiskan masa kecil dan remajanya di Sumatera Utara. Ia kemudian memutuskan ke Jawa setamat SMA untuk menuntut ilmu di Ilmu Politik, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya. Setamatnya dari Unair, ia bekerja sebagai jurnalis di TV 7, stasiun televisi swasta milik Grup Kompas Gramedia. Setelah itu, pada awal tahun 2014, Dimas berhasil mendapat beasiswa berupa pelatihan produksi TV dan berita di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda (2014). Balik dari Belanda, ia sempat pula mendapat beasiswa Stuned dari Belanda untuk melanjutkan studi di Utrecht Universiteit untuk jurusan Conflict Studies. Namun bersamaan dengan itu ia mendapatkan tawaran beasiswa program master dari British Chevening Award untuk studi International Politics di University of Glasgow, Skotlandia, Britania Raya. Ia akhirnya memilih Glasgow, sekaligus mendapatkan dukungan dan kursus penelitian singkat dari Open Society Institute, Budapest (2004-2005). Di Inggris, Dimas sempat pula menjadi Wakil Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Britania Raya dan saat menjadi pengurus PPI UK, terjadi tragedi bencana tsunami di Aceh dan beberapa daerah sekitarnya, Dimas terlibat dalam proses penggalangan bantuan untuk para korban tsunami khususnya para mahasiswa Aceh di Inggris yang terputus bantuan beasiswanya.
Dimas menghabiskan masa kecil dan remajanya di Sumatera Utara. Ia kemudian memutuskan ke Jawa setamat SMA untuk menuntut ilmu di Ilmu Politik, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya. Setamatnya dari Unair, ia bekerja sebagai jurnalis di TV 7, stasiun televisi swasta milik Grup Kompas Gramedia. Setelah itu, pada awal tahun 2014, Dimas berhasil mendapat beasiswa berupa pelatihan produksi TV dan berita di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda (2014). Balik dari Belanda, ia sempat pula mendapat beasiswa Stuned dari Belanda untuk melanjutkan studi di Utrecht Universiteit untuk jurusan Conflict Studies. Namun bersamaan dengan itu ia mendapatkan tawaran beasiswa program master dari British Chevening Award untuk studi International Politics di University of Glasgow, Skotlandia, Britania Raya. Ia akhirnya memilih Glasgow, sekaligus mendapatkan dukungan dan kursus penelitian singkat dari Open Society Institute, Budapest (2004-2005). Di Inggris, Dimas sempat pula menjadi Wakil Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Britania Raya dan saat menjadi pengurus PPI UK, terjadi tragedi bencana tsunami di Aceh dan beberapa daerah sekitarnya, Dimas terlibat dalam proses penggalangan bantuan untuk para korban tsunami khususnya para mahasiswa Aceh di Inggris yang terputus bantuan beasiswanya.
Baris 8: Baris 8:
Paska menyelesaikan studinya di Inggris, semangat besar untuk memperbaiki bangsa, membawa Dimas menangani ikut bekerja dalam misi perdamaian UNDP untuk program perdamaian dan rekonsiliasi di Aceh paska MOU Helsinki (2006-2008). Pada tahun 2008, Dimas mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan program doktoral di bidang antropologi politik dari University of New South Wales, Sydney, Australia.
Paska menyelesaikan studinya di Inggris, semangat besar untuk memperbaiki bangsa, membawa Dimas menangani ikut bekerja dalam misi perdamaian UNDP untuk program perdamaian dan rekonsiliasi di Aceh paska MOU Helsinki (2006-2008). Pada tahun 2008, Dimas mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan program doktoral di bidang antropologi politik dari University of New South Wales, Sydney, Australia.


Pada tahun 2010, di tengah-tengfah studi doktoralnya, Dimas bersama teman-teman seperjuangannya, mendirikan sebuah gerakan bernama Sukarelawan Indonesia Untuk Perubahan (SIPerubahan) yang terdiri dari para akademisi muda, aktivis, budayawan, jurnalis, pimpinan komunitas kreatif, pengusaha muda dari Aceh sampai Papua. Mereka rata-rata di bawah usia 40 tahun, aktif, kritis dan ingin melihat Indonesia menjadi lebih baik. Melalui jaringan ini, Dimas juga membuat semacam inovasi sosial, berupa pelatihan kepemimpinan kebangsaan bernama 'Kader Bangsa Fellowship Program' atau KBFP, bersama-sama sejumlah tokoh seperti Jend. TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Dr Muslim Abdurrahman (alm.), Prof. Dr Gunawan Sumodiningrat, Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo. Melalui program KBFP ini, Dimas membuat program pelatihan kepemimpinan anak muda secara selektif dengan melakukan proses rekrutmen yang ketat dari Banda Aceh sampai Jayapura, melibatkan pendekatan pelatiuhan di dalam kelas oleh sejumlah tokoh maupun audiensi kepada dengan pimpinan lembaga publik maupun politik, saat itu seperti mantan Walikota Solo (saat ini Presiden RI 2014-2019) Joko Widodo, Ketua Mahkamah Konstitusi (saat itu) Mahfud MD dan sejumlah ketua umum partai politik.
Pada tahun 2010, di tengah-tengfah studi doktoralnya, Dimas bersama teman-teman seperjuangannya, mendirikan sebuah gerakan bernama Sukarelawan Indonesia Untuk Perubahan (SIPerubahan) yang terdiri dari para akademisi muda, aktivis, budayawan, jurnalis, pimpinan komunitas kreatif, pengusaha muda dari Aceh sampai Papua. Mereka rata-rata di bawah usia 40 tahun, aktif, kritis dan ingin melihat Indonesia menjadi lebih baik. Melalui jaringan ini, Dimas juga membuat semacam inovasi sosial, berupa pelatihan kepemimpinan kebangsaan bernama 'Kader Bangsa Fellowship Program' atau KBFP, bersama-sama sejumlah tokoh seperti Jend. TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Dr Muslim Abdurrahman (alm.), Prof. Dr Gunawan Sumodiningrat, Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo. Melalui program KBFP ini, Dimas membuat program pelatihan kepemimpinan anak muda secara selektif dengan melakukan proses rekrutmen yang ketat dari Banda Aceh sampai Jayapura, melibatkan pendekatan pelatiuhan di dalam kelas oleh sejumlah tokoh maupun audiensi kepada dengan pimpinan lembaga publik maupun politik, saat itu seperti mantan Walikota Solo (saat ini Presiden RI 2014-2019) Joko Widodo, Ketua Mahkamah Konstitusi (saat itu) Mahfud MD dan sejumlah ketua umum partai politik.<ref>http://www.siperubahan.com/read/1708/Dimas-Oky-Nugroho-Membentuk-Simpul-Kaum-Muda-Progresif-dan-Kreatif</ref>


Dimas bercita-cita untuk melahirkan pemimpin-pemimpin muda di seluruh daerah yang memiliki kapasitas, integritas, pemahaman dan kesadaran yang sama, yang mencintai bangsanya, mengusung visi progresif dengan menghadirkan perubahan secara demokratis, kreatif dan inovatif. “Indonesia ini bukan hanya Jakarta, Indonesia bukan hanya milik orang kaya, Indonesia bukan 'milik' suku atau agama tertentu semata. Indonesia adalah sebuah cita-cita bersama, milik Aceh sampai Papua, semua untuk semua”, kata Dimas yang juga pengajar di sejumlah universitas ini. Pada saat pilgub DKI 2012, Dimas membantu kampanye calon gubernur Jokowi-Basuki dengan ikut mendirikan Jokowi Center bersama Ibu Mooryati Soedibjo dan Prof Dr Gunawan Sumodiningrat. Sementara saat pilpres 2014, Dimas bersama koleganya di SIPerubahan juga menjadi pendukung pasangan Jokowi-JK.
Dimas bercita-cita untuk melahirkan pemimpin-pemimpin muda di seluruh daerah yang memiliki kapasitas, integritas, pemahaman dan kesadaran yang sama, yang mencintai bangsanya, mengusung visi progresif dengan menghadirkan perubahan secara demokratis, kreatif dan inovatif. “Indonesia ini bukan hanya Jakarta, Indonesia bukan hanya milik orang kaya, Indonesia bukan 'milik' suku atau agama tertentu semata. Indonesia adalah sebuah cita-cita bersama, milik Aceh sampai Papua, semua untuk semua”, kata Dimas yang juga pengajar di sejumlah universitas ini. Pada saat pilgub DKI 2012, Dimas membantu kampanye calon gubernur Jokowi-Basuki dengan ikut mendirikan Jokowi Center bersama Ibu Mooryati Soedibjo dan Prof Dr Gunawan Sumodiningrat. Sementara saat pilpres 2014, Dimas bersama koleganya di SIPerubahan juga menjadi pendukung pasangan Jokowi-JK.<ref>http://internasional.kompas.com/read/2012/09/22/02005280/Disiplinkan.Negara.dengan.Gerakan</ref>


Suami dari Erma Dewi Endriasari ini pada tahun 2012 mendirikan lembaga konsultan yang bergerak di bidang politik, komunikasi dan media sosial bernama Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). Tidak hanya disitu, ayah dari Filza Kasyifah Adzani Nugroho dan Muhammad Torin Rafif Nugroho ini juga mendirikan usaha yang bergerak di produksi konten kreatif, antara lain AirMob dan Archer. Dalam menjalankan usahanya, ia bekerja sama dan mengajak serta anak-anak muda dan komunitas-komunitas kreatif dari berbagai daerah. Terakhir Dimas dan teman-temannya yang berlatar belakang media juga mendirikan portal jurnalisme warga, www.siperubahan.com.
Suami dari Erma Dewi Endriasari ini pada tahun 2012 mendirikan lembaga konsultan yang bergerak di bidang politik, komunikasi dan media sosial bernama Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). Tidak hanya disitu, ayah dari Filza Kasyifah Adzani Nugroho dan Muhammad Torin Rafif Nugroho ini juga mendirikan usaha yang bergerak di produksi konten kreatif, antara lain AirMob dan Archer. Dalam menjalankan usahanya, ia bekerja sama dan mengajak serta anak-anak muda dan komunitas-komunitas kreatif dari berbagai daerah. Terakhir Dimas dan teman-temannya yang berlatar belakang media juga mendirikan portal jurnalisme warga, www.siperubahan.com.<ref>http://nasional.sindonews.com/read/949028/149/jaring-pemuda-untuk-perubahan-indonesia-1420958107</ref>


Pada tahun 2015, saat pilkada serentak, Dimas dipilih untuk menjadi calon wali kota Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem. Saat pilkada tersebut, Dimas yang berpasangan dengan Babai Suhaimi sebagai calon wakil walikota, dikalahkan oleh pasangan Idris-Pradi yang diusung oleh PKS, Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Pada tahun 2016, Dimas bersama-sama sejumlah sahabat komunitasnya, mendirikan Gerakan AMPUH (Anak Muda Punya Usaha) yang fokus untuk mensosialisasikan berani berwirausaha bagi anak muda khususnya di bidang ekonomi digital. Bagi Dimas, era globalisasi sebagaimana MEA ini adalah era kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia untuk melangkah lebih maju. Anak-anak muda dan kelas menengah Indonesia yang kuat akan membuat bangsa ini juga menjadi kuat. Tujuannya adalah kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2015, saat pilkada serentak, Dimas dipilih untuk menjadi calon wali kota Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem. Saat pilkada tersebut, Dimas yang berpasangan dengan Babai Suhaimi sebagai calon wakil walikota, dikalahkan oleh pasangan Idris-Pradi yang diusung oleh PKS, Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Pada tahun 2016, Dimas bersama-sama sejumlah sahabat komunitasnya, mendirikan Gerakan AMPUH (Anak Muda Punya Usaha) yang fokus untuk mensosialisasikan berani berwirausaha bagi anak muda khususnya di bidang ekonomi digital. Bagi Dimas, era globalisasi sebagaimana MEA ini adalah era kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia untuk melangkah lebih maju. Anak-anak muda dan kelas menengah Indonesia yang kuat akan membuat bangsa ini juga menjadi kuat. Tujuannya adalah kesejahteraan rakyat.<ref>http://www.rappler.com/indonesia/100892-pilkada-2015-depok-dimas-oky-babai-suhaimi-idris-pradi</ref>


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Baris 20: Baris 20:


Rujukan:
Rujukan:
<references />

http://internasional.kompas.com/read/2012/09/22/02005280/Disiplinkan.Negara.dengan.Gerakan

http://nasional.sindonews.com/read/949028/149/jaring-pemuda-untuk-perubahan-indonesia-1420958107

http://nasional.kompas.com/read/2016/02/22/13135651/Memerintah.Bersama.Rakyat

http://www.siperubahan.com/read/1708/Dimas-Oky-Nugroho-Membentuk-Simpul-Kaum-Muda-Progresif-dan-Kreatif

http://www.rappler.com/indonesia/100892-pilkada-2015-depok-dimas-oky-babai-suhaimi-idris-pradi


[[Kategori: Calon Wali Kota Depok 2016-2021]]
[[Kategori: Calon Wali Kota Depok 2016-2021]]

Revisi per 30 Mei 2016 10.24

Dimas Oky Nugroho

Dimas Oky Nugroho adalah pria keturunan Jawa-Melayu kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 7 Februari 1978. Dimas Oky Nugroho (39), putra dari pasangan Abdul Rahim (alm.) dan Hanny Abdullah (alm.) ini, memiliki perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sampai pada saat ini. Beragam profesi telah ia jalani, mulai dari ketua senat dan aktivis ketika masih duduk di bangku kuliah, jurnalis, peneliti, pengajar, bekerja di organisasi internasional, analis kebijakan publik, konsultan politik, hingga yang pada 2015 lalu, saat musim pilkada serentak, namanya ditetapkan menjadi calon walikota dalam Pilkada Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem.[1]

Dimas menghabiskan masa kecil dan remajanya di Sumatera Utara. Ia kemudian memutuskan ke Jawa setamat SMA untuk menuntut ilmu di Ilmu Politik, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya. Setamatnya dari Unair, ia bekerja sebagai jurnalis di TV 7, stasiun televisi swasta milik Grup Kompas Gramedia. Setelah itu, pada awal tahun 2014, Dimas berhasil mendapat beasiswa berupa pelatihan produksi TV dan berita di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda (2014). Balik dari Belanda, ia sempat pula mendapat beasiswa Stuned dari Belanda untuk melanjutkan studi di Utrecht Universiteit untuk jurusan Conflict Studies. Namun bersamaan dengan itu ia mendapatkan tawaran beasiswa program master dari British Chevening Award untuk studi International Politics di University of Glasgow, Skotlandia, Britania Raya. Ia akhirnya memilih Glasgow, sekaligus mendapatkan dukungan dan kursus penelitian singkat dari Open Society Institute, Budapest (2004-2005). Di Inggris, Dimas sempat pula menjadi Wakil Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) se-Britania Raya dan saat menjadi pengurus PPI UK, terjadi tragedi bencana tsunami di Aceh dan beberapa daerah sekitarnya, Dimas terlibat dalam proses penggalangan bantuan untuk para korban tsunami khususnya para mahasiswa Aceh di Inggris yang terputus bantuan beasiswanya.

Paska menyelesaikan studinya di Inggris, semangat besar untuk memperbaiki bangsa, membawa Dimas menangani ikut bekerja dalam misi perdamaian UNDP untuk program perdamaian dan rekonsiliasi di Aceh paska MOU Helsinki (2006-2008). Pada tahun 2008, Dimas mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan program doktoral di bidang antropologi politik dari University of New South Wales, Sydney, Australia.

Pada tahun 2010, di tengah-tengfah studi doktoralnya, Dimas bersama teman-teman seperjuangannya, mendirikan sebuah gerakan bernama Sukarelawan Indonesia Untuk Perubahan (SIPerubahan) yang terdiri dari para akademisi muda, aktivis, budayawan, jurnalis, pimpinan komunitas kreatif, pengusaha muda dari Aceh sampai Papua. Mereka rata-rata di bawah usia 40 tahun, aktif, kritis dan ingin melihat Indonesia menjadi lebih baik. Melalui jaringan ini, Dimas juga membuat semacam inovasi sosial, berupa pelatihan kepemimpinan kebangsaan bernama 'Kader Bangsa Fellowship Program' atau KBFP, bersama-sama sejumlah tokoh seperti Jend. TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Dr Muslim Abdurrahman (alm.), Prof. Dr Gunawan Sumodiningrat, Ibu Khofifah Indar Parawansa dan Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo. Melalui program KBFP ini, Dimas membuat program pelatihan kepemimpinan anak muda secara selektif dengan melakukan proses rekrutmen yang ketat dari Banda Aceh sampai Jayapura, melibatkan pendekatan pelatiuhan di dalam kelas oleh sejumlah tokoh maupun audiensi kepada dengan pimpinan lembaga publik maupun politik, saat itu seperti mantan Walikota Solo (saat ini Presiden RI 2014-2019) Joko Widodo, Ketua Mahkamah Konstitusi (saat itu) Mahfud MD dan sejumlah ketua umum partai politik.[2]

Dimas bercita-cita untuk melahirkan pemimpin-pemimpin muda di seluruh daerah yang memiliki kapasitas, integritas, pemahaman dan kesadaran yang sama, yang mencintai bangsanya, mengusung visi progresif dengan menghadirkan perubahan secara demokratis, kreatif dan inovatif. “Indonesia ini bukan hanya Jakarta, Indonesia bukan hanya milik orang kaya, Indonesia bukan 'milik' suku atau agama tertentu semata. Indonesia adalah sebuah cita-cita bersama, milik Aceh sampai Papua, semua untuk semua”, kata Dimas yang juga pengajar di sejumlah universitas ini. Pada saat pilgub DKI 2012, Dimas membantu kampanye calon gubernur Jokowi-Basuki dengan ikut mendirikan Jokowi Center bersama Ibu Mooryati Soedibjo dan Prof Dr Gunawan Sumodiningrat. Sementara saat pilpres 2014, Dimas bersama koleganya di SIPerubahan juga menjadi pendukung pasangan Jokowi-JK.[3]

Suami dari Erma Dewi Endriasari ini pada tahun 2012 mendirikan lembaga konsultan yang bergerak di bidang politik, komunikasi dan media sosial bernama Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). Tidak hanya disitu, ayah dari Filza Kasyifah Adzani Nugroho dan Muhammad Torin Rafif Nugroho ini juga mendirikan usaha yang bergerak di produksi konten kreatif, antara lain AirMob dan Archer. Dalam menjalankan usahanya, ia bekerja sama dan mengajak serta anak-anak muda dan komunitas-komunitas kreatif dari berbagai daerah. Terakhir Dimas dan teman-temannya yang berlatar belakang media juga mendirikan portal jurnalisme warga, www.siperubahan.com.[4]

Pada tahun 2015, saat pilkada serentak, Dimas dipilih untuk menjadi calon wali kota Depok oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem. Saat pilkada tersebut, Dimas yang berpasangan dengan Babai Suhaimi sebagai calon wakil walikota, dikalahkan oleh pasangan Idris-Pradi yang diusung oleh PKS, Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Pada tahun 2016, Dimas bersama-sama sejumlah sahabat komunitasnya, mendirikan Gerakan AMPUH (Anak Muda Punya Usaha) yang fokus untuk mensosialisasikan berani berwirausaha bagi anak muda khususnya di bidang ekonomi digital. Bagi Dimas, era globalisasi sebagaimana MEA ini adalah era kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia untuk melangkah lebih maju. Anak-anak muda dan kelas menengah Indonesia yang kuat akan membuat bangsa ini juga menjadi kuat. Tujuannya adalah kesejahteraan rakyat.[5]

Penghargaan

Dalam perjalanan hidupnya adapun beberapa penghargaan yang telah diraih Dimas diantaranya: Emerging Indonesian Political Leaders (Australia, 2016), American Council of Young Political (US, 2010), Tsinghua University Executive Fellowship Program (2008), British Chevening Awards (2004), Netherlands Fellowship Programmes (2004)

Rujukan:

  1. ^ http://dimasokynugroho.com/biografi-2/
  2. ^ http://www.siperubahan.com/read/1708/Dimas-Oky-Nugroho-Membentuk-Simpul-Kaum-Muda-Progresif-dan-Kreatif
  3. ^ http://internasional.kompas.com/read/2012/09/22/02005280/Disiplinkan.Negara.dengan.Gerakan
  4. ^ http://nasional.sindonews.com/read/949028/149/jaring-pemuda-untuk-perubahan-indonesia-1420958107
  5. ^ http://www.rappler.com/indonesia/100892-pilkada-2015-depok-dimas-oky-babai-suhaimi-idris-pradi