Lompat ke isi

Inari (Kami): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Midori (bicara | kontrib)
Midori (bicara | kontrib)
Baris 20: Baris 20:
==Inari dan rubah==
==Inari dan rubah==
[[Gambar:Fox0290.jpg|thumb|Patung rubah di Todaiji]]
[[Gambar:Fox0290.jpg|thumb|Patung rubah di Todaiji]]
Konon nama lain dari Ukanomitama (Inari) adalah Miketsu no Kami. Dalam bahasa Jepang Kuno, rubah disebut ketsu. Miketsugami {{lang|ja|御饌津神}} ditulis sebagai {{nihongo|三狐神}} (''kami'' 3 rubah), dan rubah menjadi pembawa pesan atau pendamping Inari. Di kalangan rakyat Jepang, kepercayaan rubah sebagai pembawa pesan Inari sangat populer. Kepercayaan tersebut bermula sejak akhir zaman Heian. Namun, sekitar zaman Edo terjadi kesalahpahaman di kalangan rakyat rubah (kitsune) adalah Inari. Rubah yang dimuliakan di kuil Inari adalah rubah putih, walaupun ada juga rubah emas dan rubah perak yang menjadi pendamping Dakini dalam [[Huli jing]] (kisah [[Yōkai]] berbentuk rubah).
Konon nama lain dari Ukanomitama (Inari) adalah Miketsu no Kami. Dalam bahasa Jepang Kuno, rubah disebut ketsu. Nama Miketsugami ({{lang|ja|御饌津神}}) ditulis sebagai {{lang|ja|三狐神}} (Tiga rubah ''Kami''), dan rubah adalah pembawa pesan atau pendamping Inari. Di kalangan rakyat Jepang, kepercayaan rubah sebagai pembawa pesan Inari sangat populer. Kepercayaan tersebut bermula sejak akhir zaman Heian. Namun, sekitar zaman Edo terjadi kesalahpahaman di kalangan rakyat rubah (kitsune) adalah Inari. Rubah yang dimuliakan di kuil Inari adalah rubah putih, walaupun ada juga rubah emas dan rubah perak yang menjadi pendamping Dakini dalam [[Huli jing]] (kisah [[Yōkai]] berbentuk rubah).


Sebagai pengganti [[singa batu]] (''shishizi''), sebagian besar kuil Inari meletakkan patung rubah yang membawa permata di mulutnya. Selain ''omiki'' ([[sake]]) dan ''sekihan'' (nasi merah) yang biasanya menjadi persembahan di kuil-kuil lain, persembahan untuk Inari adalah [[aburaage]] yang makanan kesukaan Inari.
Sebagai pengganti [[singa batu]] (''shishizi''), sebagian besar kuil Inari meletakkan patung rubah yang membawa permata di mulutnya. Selain ''omiki'' ([[sake]]) dan ''sekihan'' (nasi merah) yang biasanya menjadi persembahan di kuil-kuil lain, persembahan untuk Inari adalah [[aburaage]] yang makanan kesukaan Inari.

Revisi per 15 Januari 2008 15.03

Inari (稲荷) adalah salah satu Kami dalam kepercayaan Jepang. Nama penghormatan bagi Inari adalah Inari no kami, Oinari-sama, Oinari-san, atau Inari Daimyōjin (稲荷大明神). Dalam bahasa Jepang, Ine () berarti "tanaman padi". Kuil yang memuliakan Inari disebut Kuil Inari (稲荷神社, Inari Jinja). Pusat kuil Inari yang terdapat di seluruh Jepang adalah Kuil Fushimi Inari di distrik Fushimi, Kyoto.

Dalam sistem kepercayaan shinbutsu shūgō, Inari dianggap sebagai perwujudan dari Dakini. Selain itu, Inari antara lain dipercaya sebagai Ukanomitama (dewa palawija), Toyoukebime, dan Ukemochi (dewa makanan), Ōgetsuhime, dan sebagainya. Inari sebagai dewa pertanian diperkirakan berasal dari kata hasil panen "tanaman padi" (ine) yang diperlakukan sebagai "barang bawaan" (nari).

Kuil Inari

Kuil Fushimi Inari di Kyoto

Di Jepang diperkirakan terdapat sekitar 20 ribu hingga 30 ribu kuil Inari. Jumlah yang pasti kemungkinan tidak pernah bisa didata. Inari bisa saja dimuliakan dalam bentuk Yashikigami (dewa tempat) yang ada di tanah milik pribadi, atap gedung, halaman pabrik, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, Inari yang dulunya dipercaya sebagai dewa palawija dan hasil pertanian, sekarang dipercaya sebagai dewa bidang industri, perdagangan, dan lokasi yang membawa berbagai macam keberuntungan.

Kisah tentang Kuil Fushimi Inari juga ditulis dalam literatur klasik Nihon Shoki. Ketika masih kecil dan belum naik tahta (539 atau 531) sebagai Kaisar Kimmei, ia pernah bermimpi. Dalam mimpinya ia diberi tahu, "Kalau menunjuk orang bernama Hata no Ōtsuchi, maka bila sudah dewasa akan pandai memerintah negeri." Setelah dengan segera mengutus pembantu terpercaya untuk mencarinya Hata no Ōtsuchi. Kuil bagi Hata no Iroku (Hata no Irogu) akhirnya didirikan pada bulan 2 tahun 711.

Paling sedikit terdapat tiga penjelasan tentang asal-usul klan Hata. Penjelasan pertama mengatakan klan Hata berasal dari Tiongkok zaman Dinasti Qin. Klan Hata juga dikabarkan berasal dari Semenanjung Korea (Goguryeo, Konfederasi Gaya, atau Silla). Penjelasan lain mengatakan klan Hata berasal dari anggota keluarga kerajaan Zenshin (salah satu dari 16 Kerajaan di Tiongkok antara tahun 351-394).

Sejarah

Kuil Fushimi Inari di Kyoto dulunya adalah kuil keluarga milik klan Hata, dan pernah dikelola oleh keluarga Ōnishi. Dalam catatan sejarah Provinsi Yamashiro yang berjudul Yamashiro no Kuni Fudoki dikisahkan tentang moyang klan Hata bernama Hata no Irogu no. Sebagai bangsawan kaya raya, ia melakukan perbuatan terlarang menyia-nyiakan makanan. Mochi dijadikannya sasaran anak panah sewaktu berlatih memanah. Tanpa disangka-sangka, mochi yang dipanahnya berubah menjadi burung berwarna putih, dan burung putih tersebut terbang lari ke gunung. Di tempat burung tersebut hinggap, tanaman padi tumbuh sendirinya dengan subur. Tempat tersebut bernama Inenariohiki (伊弥奈利生ひき) (Inanari). Irogu no Hata merasa menyesal. Pohon yang tumbuh di sana dibawanya pulang ke rumah untuk ditanam kembali. Di tempat pohon tersebut tumbuh dibangun sebuah kuil. Penulisan Inanari (稲生り) lambat laun diganti dengan aksara kanji yang dipakai untuk menulis Inari seperti sekarang.

Sepanjang zaman Heian, klan Hata yang berbasis di Kyoto sangat berkuasa di bidang politik. Hasilnya, rakyat yang menjadi pengikut klan Inari semakin banyak. Ketika kuil bernama Tō-ji dibangun di Kyoto, klan Hata menyumbang kayu bahan bangunan dari Gunung Inari. Setelah itu, Inari dianggap sebagai dewa pelindung di Tō-ji. Kitab Nijunisha-hon-en mengisahkan bahwa Kūkai secara pribadi bertemu dan meminta Inari untuk menjadi dewa pelindung di Tō-ji.

Kepercayaan terhadap Inari semakin populer di kalangan rakyat setelah Inari dianggap sebagai manifestasi Dakini di Tōji. Dakini dipercaya sebagai Yaksa pemakan manusia atau raksasa, sehingga arwah rubah (霊孤, reiko) atau kitsune akhirnya dipercaya sebagai Dakini. Salah satu ciri khas arwah rubah adalah kemampuan tatarigami (membuat orang kerasukan). Pada zaman Meiji, kepercayaan terhadap Inari terkena dampak pelarangan Shinbutsu shūgo sehingga dewa-dewa dalam agama Buddha dan Shinto menjadi terpisah. Sebagian kuil tetap bertahan sebagai kuil Inari, sedangkan sisanya menjadi kuil Buddha yang memuja Dakini.

Inari dan rubah

Patung rubah di Todaiji

Konon nama lain dari Ukanomitama (Inari) adalah Miketsu no Kami. Dalam bahasa Jepang Kuno, rubah disebut ketsu. Nama Miketsugami (御饌津神) ditulis sebagai 三狐神 (Tiga rubah Kami), dan rubah adalah pembawa pesan atau pendamping Inari. Di kalangan rakyat Jepang, kepercayaan rubah sebagai pembawa pesan Inari sangat populer. Kepercayaan tersebut bermula sejak akhir zaman Heian. Namun, sekitar zaman Edo terjadi kesalahpahaman di kalangan rakyat rubah (kitsune) adalah Inari. Rubah yang dimuliakan di kuil Inari adalah rubah putih, walaupun ada juga rubah emas dan rubah perak yang menjadi pendamping Dakini dalam Huli jing (kisah Yōkai berbentuk rubah).

Sebagai pengganti singa batu (shishizi), sebagian besar kuil Inari meletakkan patung rubah yang membawa permata di mulutnya. Selain omiki (sake) dan sekihan (nasi merah) yang biasanya menjadi persembahan di kuil-kuil lain, persembahan untuk Inari adalah aburaage yang makanan kesukaan Inari.

Setiap bulan Februari Hari Kuda pertama, kuil Inari mengadakan perayaan bernama Hatsuuma Matsuri. Inari dipercaya pertama kali turun ke Kuil Fushimi Inari pada bulan 2 tahun 711. Tiga kuil Inari yang terbesar di Jepang adalah Kuil Fushimi Inari di Kyoto, Kuil Yūtoku Inari di Kashima (Prefektur Saga), dan Kuil Toyokawa Inari di Toyokawa (Prefektur Aichi).

Pranala luar