Soeman Hasiboean: Perbedaan antara revisi
Baris 31: | Baris 31: | ||
Bercita-cita menjadi guru, Soeman berupaya masuk kursus untuk menjadi guru potensial di [[Medan]], [[Sumatra Utara]], setelah lulus. Setelah ia masuk kursus, ia menjalani dua tahun belajar di kota tersebut. Salah satu gurunya adalah [[Mohammad Kasim]], yang kemudian kumpulan cerita pendek buatannya ''[[Teman Doedoek]]'' (1937) menjadi karya pertama dalam kanon sastra Indonesia.{{sfn|Kasiri|1993|pp=94–95}} Di luar kelas, Soeman menyimak cerita-cerita Kasim tentang para pengarang dan proses penulisan kreatif; hal tersebut membuatnya ingin menjadi penulis.{{sfn|Kasiri|1993|p=107}} Setelah dua tahun di Medan, Soeman melanjutkan pendidikan ke sebuah [[sekolah normal]] di [[Langsa]], [[Aceh]], dimana ia singgah selama 1923. Di sana, ia bertemu dengan calon istrinya, Siti Hasnah.{{sfn|Kasiri|1993|pp=94–95}} |
Bercita-cita menjadi guru, Soeman berupaya masuk kursus untuk menjadi guru potensial di [[Medan]], [[Sumatra Utara]], setelah lulus. Setelah ia masuk kursus, ia menjalani dua tahun belajar di kota tersebut. Salah satu gurunya adalah [[Mohammad Kasim]], yang kemudian kumpulan cerita pendek buatannya ''[[Teman Doedoek]]'' (1937) menjadi karya pertama dalam kanon sastra Indonesia.{{sfn|Kasiri|1993|pp=94–95}} Di luar kelas, Soeman menyimak cerita-cerita Kasim tentang para pengarang dan proses penulisan kreatif; hal tersebut membuatnya ingin menjadi penulis.{{sfn|Kasiri|1993|p=107}} Setelah dua tahun di Medan, Soeman melanjutkan pendidikan ke sebuah [[sekolah normal]] di [[Langsa]], [[Aceh]], dimana ia singgah selama 1923. Di sana, ia bertemu dengan calon istrinya, Siti Hasnah.{{sfn|Kasiri|1993|pp=94–95}} |
||
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah [[Hollandsch-Inlandsche School|sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi]] di [[Kesultanan Siak Sri Indrapura|Siak Sri Indrapura]], Aceh.{{sfn|Kasiri|1993|p=95}} Soeman bekerja sebagai guru bahasa Melayu disana selama tujuh tahun,<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Eneste|1981|p=92}}.</ref> sampai 1930, ketika ia bertemu dengan seorang guru muda dari [[Jawa |
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah [[Hollandsch-Inlandsche School|sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi]] di [[Kesultanan Siak Sri Indrapura|Siak Sri Indrapura]], Aceh.{{sfn|Kasiri|1993|p=95}} Soeman bekerja sebagai guru bahasa Melayu disana selama tujuh tahun,<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Eneste|1981|p=92}}.</ref> sampai 1930, ketika ia bertemu dengan seorang guru muda dari [[Jawa]] yang terlibat dalam [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan nasionalis]]. Soeman dan beberapa guru mulai bergabung dengannya untuk diskusi dan memainkan lagu "[[Indonesia Raya]]", yang berada di bawah pencekalan dari pemerintah kolonial Belanda. Saat ketahuan, Soeman dipindahkan ke Pasir Pengaraian, [[Rokan Hulu]], Riau. Meskipun menolak pindah, Soeman masih berada di Pasir Pengaraian sampai [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] pada 1942, kemudian menjadi kepala sekolah<!--Due to a lack of staff-->.<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=96–97}}.</ref> |
||
== Pendidikan == |
== Pendidikan == |
Revisi per 16 Juni 2016 03.13
Soeman Hs | |
---|---|
Lahir | Soeman Hasibuan 1904 Bengkalis, Riau |
Meninggal | 8 Mei 1999 Pekanbaru, Riau |
Kebangsaan | Indonesia |
Dikenal atas | Promosi pendidikan, penulisan |
Karya terkenal |
|
Soeman Hasibuan (EYD: Suman Hasibuan; 1904 – 8 Mei 1999), yang lebih dikenal dengan nama pena-nya Soeman Hs, adalah seorang pengarang Indonesia yang diakui karena mempelopori penulisan cerita pendek dan fiksi detektif dalam sastra negara tersebut. Lahir di Bengkalis, Riau, Hindia Belanda, dari keluarga petani, Soeman belajar untuk menjadi guru dan, di bawah bimbingan pengarang Mohammad Kasim, seorang penulis. Ia mulai bekerja sebagai guru bahasa Melayu setelah menyelesaikan sekolah normal pada 1923, mula-mula di Siak Sri Indrapura, Aceh, kemudian di Pasir Pengaraian, Rokan Hulu, Riau. Pada waktu itu, ia mulai menulis, menerbitkan novel pertamanya, Kasih Tak Terlarai, pada 1929. Selama dua belas tahun, ia menerbitkan lima novel, satu kumpulan cerita pendek, dan tiga puluh lima cerita pendek dan puisi.
Pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda (1942–1945) dan kemudian revolusi, Soeman—meskipun ia tetap seorang guru—menjadi aktif dalam politik, mula-mula menjabat pada dewan perwakilan dan kemudian sebagai bagian dari Komite Nasional Indonesia untuk Pasir Pengaraian di Pekanbaru. Setelah pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia pada 1949, Soeman menjadi kepala departemen pendidikan regional, bekerja untuk membangun kembali infrastruktur yang rusah dan mendirikan sekolah-sekolah baru, termasuk SMA pertama di Riau dan Universitas Islam Riau. Ia masih aktif dalam pendidikan sampai kematiannya.
Sebagai seorang pengarang, Soeman menulis cerita-cerita yang bertemakan suspens dan humor, menggambarkan fiksi detektif dan petualangan Barat serta sastra Melayu klasik. Karya tulis berbahasa Melayu buatannya, dengan pengucapan yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sumatra timur-nya, mudah dibaca dan terhindar dari hal yang bertele-tele secara berlebihan. Karya paling populer Soeman adalah novel Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan (1932), sementara kumpulan cerita pendek Kawan Bergeloet (1941) dianggap karyanya yang paling terkenal dari sudut pandang sastra.[3] Meskipun dianggap pengarang kecil dari periode Poedjangga Baroe, Soeman telah diakui dengan sebuah perpustakaan yang mengambil namanya dan buku-buku buatannya diajarkan di sekolah-sekolah.
Kehidupan awal
Soeman lahir di Bengkalis, Riau, Hindia Belanda, pada 1904.[a] Ayahnya, Wahid Hasibuan, dan ibunya, Turumun Lubis, lahir di Kotanopan (yang sekarang merupakan bagian dari Mandailing Natal), namun berpindah ke Bengkalis setelah pernikahan untuk menghindari konflik antara keluarga Hasibuan dan sebuah klan rival. Dalam sebuah wawancara 1989, Soeman menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu sumber konflik tersebut, namun ia menduga bahwa ayahnya, yang merupakan keturunan dari seorang raja Mandailing, merasa seolah-olah kurang dihormati.[4]
Di Bengkalis, Wahid dan Turumun menanam nanas dan kelapa. Wahid juga mengajarkan ngaji, yang membuatnya meraih pemasukan dari keluarga Muslim.[5] Karena ayahnya mengajar di rumahnya, Soeman mulei belajar ngaji pada usia muda. Selain itu, ia juga mendengar cerita-cerita kejahatan yang terjadi di kota-kota besar seperti Singapura dari para pedagang yang mengunjungi Wahid. Pada 1913, Soeman masuk sebuah sekolah Melayu lokal, dimana guru-gurunya mendorongnya untuk membaca. Soemana membaca sejumlah buku karya pengarang Melayu dan Eropa dari perpustakaan sekolah sebelum ia lulus pada 1918.[b][6]
Bercita-cita menjadi guru, Soeman berupaya masuk kursus untuk menjadi guru potensial di Medan, Sumatra Utara, setelah lulus. Setelah ia masuk kursus, ia menjalani dua tahun belajar di kota tersebut. Salah satu gurunya adalah Mohammad Kasim, yang kemudian kumpulan cerita pendek buatannya Teman Doedoek (1937) menjadi karya pertama dalam kanon sastra Indonesia.[7] Di luar kelas, Soeman menyimak cerita-cerita Kasim tentang para pengarang dan proses penulisan kreatif; hal tersebut membuatnya ingin menjadi penulis.[8] Setelah dua tahun di Medan, Soeman melanjutkan pendidikan ke sebuah sekolah normal di Langsa, Aceh, dimana ia singgah selama 1923. Di sana, ia bertemu dengan calon istrinya, Siti Hasnah.[7]
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi di Siak Sri Indrapura, Aceh.[9] Soeman bekerja sebagai guru bahasa Melayu disana selama tujuh tahun,[10] sampai 1930, ketika ia bertemu dengan seorang guru muda dari Jawa yang terlibat dalam gerakan nasionalis. Soeman dan beberapa guru mulai bergabung dengannya untuk diskusi dan memainkan lagu "Indonesia Raya", yang berada di bawah pencekalan dari pemerintah kolonial Belanda. Saat ketahuan, Soeman dipindahkan ke Pasir Pengaraian, Rokan Hulu, Riau. Meskipun menolak pindah, Soeman masih berada di Pasir Pengaraian sampai pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada 1942, kemudian menjadi kepala sekolah.[11]
Pendidikan
- Belajar di Sekolah Melayu Gouevernement Inlandsch School (GIS), sederat Sekolah Dasar tahun 1912.
- Sekolah Calon Guru (Normaal Cursus) di Medan.
- melanjutkan ke Normal School (sekolah guru yang sebenarnya) di Langsa, Aceh Timur dan selesai 1923.
Karier
- Guru Bahasa Indonesia di HIS (sekolah Belanda) di Siak Sri Indrapura. Tahun 1930.
- Menjadi Kepala Sekolah Melayu dan Penilik Sekolah di Pasir Pengarayan.
- Menjadi Komandan Pangkalan Gurilla (KPG) Rokan Kanan. Tahun 1950.
- Menjabat sebagai Kepala Jawatan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kabupaten Kampar, berakhir tahun 1960.
- Menjadi anggota Badan Pemerintahan Harian (BPH) merangkap sebagai kepala Bagian Keuangan di Kantor Gubernur Riau
Karya-karya
Suman Hs menggemari sastra ketika ia masih belajardi Sekolah Melayu dan memperoleh inspirasi dengan banyak membaca buku di perpustakaan. Akhirnya Soeman Hs memberanikan diri untu memulai menulis di beberapa majalah dan harian.
Beberapa tulisan nya berbentuk Roman dan Cerpen yang di terbitkan oleh Balai Pustaka di antara:
- Kasih Tak Terlarai, terbitan Balai Pustaka, Jakarta tahun 1930.
- Percobaan Setia, terbitan Balai Pustaka, Jakarta tahun 1931.
- Mencari Pencuri Anak Perawan, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1932.
- Kasih Tersesat, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1932.
- Kawan Bergelut (kumpulan cerpen), terbitan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1938.
- Tebusan Darah, terbitan Dunia Pengalaman, Medan tahun 1939.
- "Pertjobaan Setia" (1940)
- "Mentjari Pentjuri Anak Perawan" (1932)
- "Kasih Ta' Terlarai" (1961)
- "Kawan Bergelut" (kumpulan cerpen)
- "Tebusan Darah"
Lihat pula
Referensi
- ^ Tanjungpinang, 2014.
- ^ Kasiri 1993, hlm. 89.
- ^ Teeuw 2013, hlm. 73.
- ^ Kasiri 1993, hlm. 91.
- ^ Tanjungpinang, 2014; Muhammad 2002, hlm. 201; Kasiri 1993, hlm. 93.
- ^ Kasiri 1993, hlm. 92–93; Nasution 1998, 7:07.
- ^ a b Kasiri 1993, hlm. 94–95.
- ^ Kasiri 1993, hlm. 107.
- ^ Kasiri 1993, hlm. 95.
- ^ Rampan 2000, hlm. 455; Eneste 1981, hlm. 92.
- ^ Rampan 2000, hlm. 455; Kasiri 1993, hlm. 96–97.
Prana luar
- perjalan hidup Soeman Hs pada situs melayuonline.com
- Profil
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan