Lompat ke isi

Mangkunegara III: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 63: Baris 63:
Mangkunegara III lahir tanggal 16 Januari 1803 (Ahad Pon, 22 Siyam 1729 Wawu tahun Jawa, windu Sangara) dengan nama Bandara Radèn Mas Saréngat (julukan Glémboh)<ref name=silsilah/>. Ayahnya ialah K.P.A. Natakusuma, salah seorang cucu S.I.S.K.S. [[Pakubuwana III]] melalui putranya, K.P.A. Kusumadiningrat, dan ibunya adalah B.R.Ay. Sayati, putri pertama K.G.P.A.A. [[Mangkunegara II]] (MN II), dari permaisuri.
Mangkunegara III lahir tanggal 16 Januari 1803 (Ahad Pon, 22 Siyam 1729 Wawu tahun Jawa, windu Sangara) dengan nama Bandara Radèn Mas Saréngat (julukan Glémboh)<ref name=silsilah/>. Ayahnya ialah K.P.A. Natakusuma, salah seorang cucu S.I.S.K.S. [[Pakubuwana III]] melalui putranya, K.P.A. Kusumadiningrat, dan ibunya adalah B.R.Ay. Sayati, putri pertama K.G.P.A.A. [[Mangkunegara II]] (MN II), dari permaisuri.


Sejak kecil ia telah diangkat anak oleh MN II dan dididik untuk menjadi pemimpin. Ketika diangkat menjadi [[Lètnan Kolonel]] di [[Legiun Mangkunegaran]] pada Sabtu Pon tanggal 14 Dulkangidah 1746 Jimakir, windu Adi, ia mendapat gelar '''K.P. Riya''' pada usia 18 tahun (Jawa).
Sejak kecil ia telah diangkat anak oleh MN II dan dididik untuk menjadi pemimpin. Ketika diangkat menjadi [[Letnan Kolonel]] di [[Legiun Mangkunegaran]] pada Sabtu Pon tanggal 14 Dulkangidah 1746 Jimakir, windu Adi, ia mendapat gelar '''K.P. Riya''' pada usia 18 tahun (Jawa).


Pada hari Ahad Pon, tanggal 14 Jumadilakir 1747 tahun Alip windu Adi ia dinikahkan dengan Gusti Kj. Ratu Sekar Kedhaton, anak dari [[PakubuwanaV|PB V]]. Pernikahan ini tidak mencapai dua tahun, karena sang isteri wafat saat keguguran. Setelah menduda sebentar, ia menikahi putri K.P.A. Suryamijaya I, dan memiliki dua orang putri (B.R.Aj. Dunuk dan B.R.Aj. Dénok). Selain permaisuri, B.R.M. Saréngat juga memiliki 14 orang selir yang memiliki keturunan. Secara keseluruhan, ia memiliki 42 orang anak<ref name=silsilah/>
Pada hari Ahad Pon, tanggal 14 Jumadilakir 1747 tahun Alip windu Adi ia dinikahkan dengan Gusti Kj. Ratu Sekar Kedhaton, anak dari [[PakubuwanaV|PB V]]. Pernikahan ini tidak mencapai dua tahun, karena sang isteri wafat saat keguguran. Setelah menduda sebentar, ia menikahi putri K.P.A. Suryamijaya I, dan memiliki dua orang putri (B.R.Aj. Dunuk dan B.R.Aj. Dénok). Selain permaisuri, B.R.M. Saréngat juga memiliki 14 orang selir yang memiliki keturunan. Secara keseluruhan, ia memiliki 42 orang anak<ref name=silsilah/>

Revisi per 11 Juli 2016 12.21

K.G.P.A.A. Mangkunegara III
Berkas:MN-3.jpg
Mangkunegara III
Adipati Mangkunegaran
Masa jabatan
1835–1853
Informasi pribadi
Lahir
B.R.M. Sarengat
Suami/istriPermaisuri (2)[1]:
(1) K. Ratu Sekar Kedhaton (putri PB V)
(2) putri trah Suryamijayan (nama tak terlacak), menjadi mertua MN IV
Selir: 14 orang[1]
Anak42 orang
Orang tuaAyah: K.P.A. Natakusuma
Ibu: B.R.A. Sayati
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III adalah raja yang ketiga di Kadipaten Praja Mangkunegaran. Nama lahirnya ialah Bandara Raden Mas Sarengat, sedangkan gelar-gelar lainnya adalah "Pangeran Riya" dan "Pangeran Arya Prabu Prangwadana". Ia adalah cucu dari Mangkunegara II, melalui putrinya (dari permaisuri), B.R.Ay. Sayati, yang menikah dengan Kanjeng Pangeran Aria Natakusuma.

Pemerintahan Mangkunegara III berlangsung dari tahun 1835-1853.

Masa awal

Mangkunegara III lahir tanggal 16 Januari 1803 (Ahad Pon, 22 Siyam 1729 Wawu tahun Jawa, windu Sangara) dengan nama Bandara Radèn Mas Saréngat (julukan Glémboh)[1]. Ayahnya ialah K.P.A. Natakusuma, salah seorang cucu S.I.S.K.S. Pakubuwana III melalui putranya, K.P.A. Kusumadiningrat, dan ibunya adalah B.R.Ay. Sayati, putri pertama K.G.P.A.A. Mangkunegara II (MN II), dari permaisuri.

Sejak kecil ia telah diangkat anak oleh MN II dan dididik untuk menjadi pemimpin. Ketika diangkat menjadi Letnan Kolonel di Legiun Mangkunegaran pada Sabtu Pon tanggal 14 Dulkangidah 1746 Jimakir, windu Adi, ia mendapat gelar K.P. Riya pada usia 18 tahun (Jawa).

Pada hari Ahad Pon, tanggal 14 Jumadilakir 1747 tahun Alip windu Adi ia dinikahkan dengan Gusti Kj. Ratu Sekar Kedhaton, anak dari PB V. Pernikahan ini tidak mencapai dua tahun, karena sang isteri wafat saat keguguran. Setelah menduda sebentar, ia menikahi putri K.P.A. Suryamijaya I, dan memiliki dua orang putri (B.R.Aj. Dunuk dan B.R.Aj. Dénok). Selain permaisuri, B.R.M. Saréngat juga memiliki 14 orang selir yang memiliki keturunan. Secara keseluruhan, ia memiliki 42 orang anak[1]

Kemiliteran

RM. Sarengat memasuki pendidikan Kadet Mangkunegaran saat berusia 15 tahun. Pada umur 18 tahun, ia mendapatkan gelar Kanjeng Pangeran Riyo serta pangkat Letnan Kolonel pada Legiun Mangkunegaran. Saat berusia 21, gelarnya berubah menjadi Pangeran Arya Prabu Prangwadana, yang menandakan bahwa ia sudah disiapkan sebagai calon penerus tahta kerajaan.

Pangeran Arya Prabu Prangwadana turut serta bersama kakeknya Mangkunegara II saat berlangsungnya Perang Jawa, dan ia ditempatkan di perbatasan antara Mangkunegaran dan Yogyakarta yaitu di desa Jatinom dan Kapurun. Ia mendapat penghargaan bintang militer berpangkat empat atas kontribusinya dalam perang tersebut.

Pemerintahan

Pasca peperangan Jawa, Pangeran Arya Prabu Prangwadana kemudian bertahta pada tahun 1835 sebagai adipati di Mangkunegaran menggantikan kakeknya. Ia dinobatkan dengan KGPAA. Mangkunegara III pada tanggal 16 Januari 1843 bertepatan dengan hari kelahirannya, yaitu saat usianya 40 tahun sebagai syarat untuk gelar tersebut.

Mangkunegara III memerintah dari 29 Januari 1835 sampai dengan 27 Januari 1853. Ia digantikan oleh adik sepupu yang juga menjadi menantunya, KPH. Gandakusuma, sebagai Mangkunegara IV.

Wafat

Ia wafat dalam usia 50 tahun, dan makamnya terletak di Astana Mangadeg, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Minat terhadap kesenian

Mangkunegara III memiliki minat besar terhadap kesenian wayang purwa. Pada masa pemerintahannya, kitab serat Dewa Ruci diperintahkannya untuk disalin kembali. Minat terhadap kesenian tersebut kemudian dilanjutkan oleh para penguasa Mangkunegaran selanjutnya, yang terus mengembangkan kebudayaan Jawa terutama pewayangan dan pedhalangan di keraton Mangkunegaran.

Rujukan

  1. ^ a b c d Sumahatmaka et al. 1973. Pratelan Para Darah Dalem Soewargi Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Mangkoenagara I hing Soerakarta Hadiningrat: Asalsilah Djilid I. Mangkunegaran. Surakarta.

Lihat pula

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Mangkunegara II
Raja Mangkunegaran
1835-1853
Diteruskan oleh:
Mangkunegara IV