Lompat ke isi

Postmilenialisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k Ciri-ciri: ejaan, replaced: dari pada → daripada using AWB
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Eskatologi Kristen}}
[[Berkas:Millennial views.svg|right|thumb|360px|Perbandingan interpretasi dari aliran milenialisme Kristen]]
[[Berkas:Millennial views.svg|right|thumb|360px|Perbandingan interpretasi dari aliran milenialisme Kristen]]



Revisi per 22 Juli 2016 13.52

Perbandingan interpretasi dari aliran milenialisme Kristen

Postmillinialisme adalah sebuah konsep atau pandangan di dalam agama Kristen yang mengatakan bahwa Kristus baru akan datang untuk kedua kali ke dunia ini sesudah Kerajaan Seribu Tahun.[1][2] Kerajaan Seribu Tahun dimaknai oleh sebagian orang Kristen sebagai periode literal di mana di dalamnya terdapat situasi yang damai dan makmur yang akan terjadi selama 1000 tahun.[2] Sebagian lainnya menafsirkan Kerajaan Seribu Tahun secara simbolis dan tidak membatasinya dalam kurun waktu tertentu.[2] Mereka meyakini bahwa kerajaan 1000 tahun akan berakhir pada kedatangan Yesus yang kedua, kebangkitan orang mati, dan penghakiman terakhir.[2] Akhir zaman sudah meluas di dalam dunia melalui pemberitaan injil, dan karya penyelamatan dari Roh Kudus pada setiap pribadi yang percaya.[2] Orang-orang pun akan tampak, dan pada akhirnya dalam periode waktu yang panjang Kristus akan datang membawa damai dan sebuah kebenaran yang mutlak.[2] Kedatangan Kristus akan diikuti segera dengan kebangkitan umum, penghakiman secara umum dan dunia baru dari surga serta neraka dalam kesempurnaannya.[2] Pandangan Postmillinialisme oleh para pengikutnya didasarkan pada teks kitab Wahyu kepada Yohanes.[3]

Latar Belakang

Postmilenialisme awalnya muncul dalam komentar Daniel Whitby yang adalah pengikut gerakan Anglikan.[2] Pandangannya kemudian diadopsi oleh Jonathan Edward dan banyak pemimpin gerakan misi protestan pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.[2] Pandangan Whitby mengenai postmillenium sangat berorientasi pada kehidupan orang yahudi.[4]

Ciri-ciri

  • Pandangan Mengenai Alkitab
Penganut paham postmilenialisme alkitabiah mengakui adanya wewenang alkitab dalam kehidupan manusia.[4] Mereka atau penganut paham ini mengharapkan suatu masa yang indah pada masa depan.[4] Masa di mana keemasan hadirat Allah hadir dan terbentuk melalui usaha manusia sendiri.[4]
  • Pandangan Mengenai Kuasa Allah
Kuasa Allah mutlak adanya dalam setiap sisi dunia, yang diikuti dengan suatu talenta umum kepada setiap individu atau kelompok yang ada.[4] Janji Allah diharapkan dapat memenuhi setiap insan, dan menjadikan setiap pengharapan hidup di dalam proses millinialisme Allah.[4] Berkat dalam kuasa Allah akan digenapi di Bumi.[4] Manusia akan diselamatkan oleh karena berkat yang daripada Allah.[4]
  • Pandangan Mengenai Gereja
Gereja dianggap sebagai satu-satu alat atau perantara menghadirkan kerajaan seribu tahun di Bumi ini.[4] Kedatangan Kristus kedua kali secara fisik ke dalam dunia akan dibantu dan dibukakan oleh gereja, terkhusus melalui pemberitaan injil oleh gereja-gereja di seluruh dunia.[5]
  • Pandangan mengenai kedatangan Kristus
Penganut postmillenialisme percaya bahwa Kristus pasti datang di akhir masa seribu tahun.[4] Kedatangannya akan diikuti dengan segera oleh kebangkitan dan penghakiman secara umum.[4]
  • Pandangan mengenai Kerajaan Seribu Tahun
Dalam Postmilenialisme, kedatangan Kristus kedua kali akan didahului oleh zaman Millenium atau Kerajaan Seribu Tahun.[4] Di zaman ini, Kristus bersama-sama dengan Roh Kudus akan mewujudkan amanat agung serta berkat yang telah dijanjikan ke dalam dunia.[4] Roh kudus akan mewartakan takhta sorga di dalam Kristus melalui gereja-gereja atau manusianya sendiri.[5] Manusia yang sudah ditebus terdahulu oleh penderitaannya.[5] Secara berkala, Kerajaan Allah akan dikembangkan di Bumi.[5] Dan pemerintahan Kerajaan itu, melalui Roh Kudus, akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Henk Ten Napel. 1996. Kamus Teologi Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 250.
  2. ^ a b c d e f g h i Daniel G. Reid, dll(Eds). Dictionary of Christianity in America. Illinois:Intervarsity Press. Hlm. 919.
  3. ^ John M. Court. 2008. Approaching the Apocalypse. New York:I.B. Tauris. Hlm. 218.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m Charles C. Ryrie. Teologi Dasar: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab. Yogyakarta:Yayasan Andi. Hlm. 254.
  5. ^ a b c d e Ioanes Rakhmat. Berteologi di Tengah Perubahan: Tiga Pandangan Mengenai Kerajaan Seribu Tahun. Jakarta: KPT GKI. Hlm. 85.