Lompat ke isi

Anton Pieter Franz van Velsen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 39: Baris 39:


== Karya ==
== Karya ==
Ia ditahbiskan menjadi Imam [[Yesuit]] pada tahun 1895. Pada awal karyanya, ia bertugas di Sulawesi Utara, yang ia jalani selana 23 tahun. Ia tiba di sana pada tahun 1900 di daerah Woloan.<ref>http://jmentang.blogspot.co.id/2011_02_01_archive.html</ref> Salah satu hal yang dilakukannya adalah mempelajari bahasa Tombulu untuk mempermudah dalam berkomunikasi dalam pelayanan. Ia berusaha menerjemahkan katekismus, doa-doa, dan juga lagu-lagu Katolik ke dalam bahasa Tombulu, agar umat setempat mudah untuk mengerti. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyatuan umat. Tantangan lainnya saat itu adalah adanya kepercayaan alifuru yang telah dianut dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Sejak masuknya Gereja Katolik, hal itu mulai tergeser.<ref>http://zeptiano79.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-keuskupan-manado.html</ref> Pada tanggal 15 Januari 1912, ia diangkat sebagai Kepala Misi di Minahasa dan berkedudukan di Woloan.<ref>https://books.google.co.id/books?id=4KLos3mZemUC&pg=PA128&lpg=PA128&dq=velsen+%22sulawesi+utara%22&source=bl&ots=nK0sgVRVED&sig=Uk2eG6RE5B7wspSESljRo5z_DKE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ6aeHo67OAhWJvI8KHW6sDfIQ6AEIKDAD#v=onepage&q=velsen%20%22sulawesi%20utara%22&f=false</ref>
Tahbisan Imam Serikat Jesus (Jesuit): 1895.
Sebelumnya Mgr Velsen berkarya di Sulawesi Utara selama 23 tahun.<ref>https://books.google.co.id/books?id=4KLos3mZemUC&pg=PA128&lpg=PA128&dq=velsen+%22sulawesi+utara%22&source=bl&ots=nK0sgVRVED&sig=Uk2eG6RE5B7wspSESljRo5z_DKE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ6aeHo67OAhWJvI8KHW6sDfIQ6AEIKDAD#v=onepage&q=velsen%20%22sulawesi%20utara%22&f=false</ref> Pastor van Velsen berusaha menerjemahkan katekismus, doa-doa, dan juga lagu-lagu Katolik ke dalam bahasa Tombulu, agar umat setempat mudah untuk mengertik.
Tantangan lainnya, selain bahasa setempat, yang dihadapi oleh para misionaris, dalam mewartakan Kabar Baik di kalangan masyarakat Sulawesi Utara adalah adanya kepercayaa alifuru yang sejak semula telah dianut dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Sejak masuknya Gereja Katolik dan dengan adanya pengaruh dengan dunia luar sejak abad ke-19, mulai menggeser kebudayaan alifuru ini.<ref>http://zeptiano79.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-keuskupan-manado.html</ref><ref>http://jmentang.blogspot.co.id/2011_02_01_archive.html</ref>
Pada tahun 1900 merupakan suatu kebanggaan bagi umat katolik Woloan karena mulai ada pastor yang menetap di Woloan yakni Pastor van Velsen. Salah satu upaya yang ditempuh oleh Pastor van Velsen untuk menyatukan umat yakni dipelajarinya bahasa daerah/bahasa Tombulu sehingga mempermudah komunikasi dan pelayanan. Dalam segala usaha dan keberhasilannya, Pastor van Velsen pada tanggal 15 Januari 1912 diangkat sebagai Kepala Misi di Minahasa dan berkedudukan di Woloan.


Pastor Stasi Misi Tetap Bogor (menggantikan Pater M.Y.D. Claessens, imam Praja Belanda yang sudah bermisi di Bogor selama 30 tahun): 1907-1924.
Pastor Stasi Misi Tetap Bogor (menggantikan Pater M.Y.D. Claessens, imam Praja Belanda yang sudah bermisi di Bogor selama 30 tahun): 1907-1924.

Revisi per 7 Agustus 2016 04.28

Mgr.

Anton Pieter Franz van Velsen

Vikaris Apostolik Emeritus Batavia
GerejaGereja Katolik Roma
KeuskupanVikariat Apostolik Batavia
TakhtaAezani
Penunjukan21 Januari 1924
Masa jabatan berakhir
Maret 1933
PendahuluEdmundus Luypen, S.J.
PenerusPieter Jan Willekens, S.J.
Imamat
Tahbisan imam
1895
Tahbisan uskup
13 Mei 1924
oleh Jan Pacificus Bos, O.F.M. Cap.
Informasi pribadi
Nama lahirAnton Pieter Franz van Velsen
Lahir(1865-02-08)8 Februari 1865
Belanda Overveen, Bloemendaal, Holland Utara, Belanda
Meninggal6 Mei 1936(1936-05-06) (umur 71)
Kewarganegaraan Belanda
DenominasiKatolik Roma

Mgr. Anton Pieter Franz van Velsen, S.J. (8 Februari 1865 – 6 Mei 1936) adalah Vikaris Apostolik Batavia sejak ditunjuk pada 21 Januari 1924 hingga mengundurkan diri pada Maret 1933.

Karya

Ia ditahbiskan menjadi Imam Yesuit pada tahun 1895. Pada awal karyanya, ia bertugas di Sulawesi Utara, yang ia jalani selana 23 tahun. Ia tiba di sana pada tahun 1900 di daerah Woloan.[1] Salah satu hal yang dilakukannya adalah mempelajari bahasa Tombulu untuk mempermudah dalam berkomunikasi dalam pelayanan. Ia berusaha menerjemahkan katekismus, doa-doa, dan juga lagu-lagu Katolik ke dalam bahasa Tombulu, agar umat setempat mudah untuk mengerti. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyatuan umat. Tantangan lainnya saat itu adalah adanya kepercayaan alifuru yang telah dianut dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Sejak masuknya Gereja Katolik, hal itu mulai tergeser.[2] Pada tanggal 15 Januari 1912, ia diangkat sebagai Kepala Misi di Minahasa dan berkedudukan di Woloan.[3]

Pastor Stasi Misi Tetap Bogor (menggantikan Pater M.Y.D. Claessens, imam Praja Belanda yang sudah bermisi di Bogor selama 30 tahun): 1907-1924. Kemudian ia berkarya di Panti Asuhan di Bogor dari tahun 1912 - 1924.

Ditunjuk Vikaris Apostolik Batavia (kini Keuskupan Agung Jakarta): 21 Januari 1924, dengan dianugerahi gelar Uskup Tituler Aezani.

Memberkati Gereja Santo Joseph Matraman, Jakarta Timur, DKI Jakarta, 6 April 1924.


Tahbisan Uskup Tituler Aezani: 13 Mei 1924, di Gereja Katedral St Perawan Maria Diangkat ke Surga Jakarta. Saat itulah untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja Katedral. Pentahbis Utama: Mgr Jan Pacificus Bos OFMCap, Vikaris Apostolik Borneo Olandese (kini Keuskupan Agung Pontianak) yang bergelar Uskup Tituler Capitolias. Pentahbis Pendamping: Mgr Arnoldus Johannes Hubertus Aerts MSC, Vikaris Apostolik Nuova Guinea Olandese (kini Keuskupan Amboina) yang bergelar Uskup Tituler Apollonia; dan Mgr Arnold Verstraelen SVD, Vikaris Apostolik Isole della Piccola Sonda (kini Keuskupan Agung Ende) yang bergelar Uskup Tituler Myriophytos.


{1924} Cita-cita itu baru terwujud beberapa tahun kemudian dengan memanfaatkan momentum penahbisan Uskup Mgr. A. van Velsen SJ, yang oleh Paus diangkat menjadi Vikaris Apostolik Jakarta menggantikan Mgr. Luypen yang meninggal 1 Mei 1923. Peristiwa penahbisan pada tanggal 13 Mei 1924 digunakan oleh para Waligereja waktu itu untuk berkumpul dan meneruskannya dengan sidang pertama yang diselenggarakan tanggal 15-16 Mei 1924 di pastoran Katedral Jakarta. Sidang pertama ini diketuai oleh Mgr. A. van Velsen SJ. Itulah cikal bakal tanggal dan tahun yang hingga sekarang dijadikan rujukan untuk berdirinya MAWI-KWI.[4][5]

{1924} Pada masa Mgr Velsen SJ menjadi Vikaris Apostolik, berdiri Perkumpulan Strada (24 Mei 1924).

{1924} Memberkati Altar Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Yogyakarta pada 20 Agustus 1924, beberapa bulan pasca pembangunan gereja yang selesai dibangun pada 16 April 1924.

{1926} Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru selesai dibangun dan diberkati pada hari Minggu, tanggal 26 September 1926, oleh Mgr. A. van Velsen SJ, Uskup Jakarta.

{1927} Menanggapi undangan Mgr Van Velsen, 27 April 1927, Vikaris Apostolik Batavia ( sekarang Jakarta ), mereka [KONGREGASI SUSTER - SUSTER GEMBALA BAIK] membuka rumah pertama di Jl. Hayam Wuruk ( dulu disebut Molenvliet ).[6]

{1927} Bertepatan dengan pesta St. Lucas sebagai pelindung profesi kedokteran tanggal 18 Oktober 1927, RS St. Elisabeth resmi dibuka oleh Mgr. Van Velsen, Sj didampingi Rm. P. Hoeberechts, SJ dan Residen Semarang Van Gulk.[7]

{1927} Gedung seminari kedua Kolsani dibangun di Barat Kolsani dan saat ini berfungsi sebagai kampus pendidikan guru agama Katolik Universitas Sanata Dharma (IPPAK). Gedung ini diberkati Mgr van Velsen SJ pada 1927. Memberkati Seminari Kecil Santo Petrus Kanisius Yogyakarta (1925-1941), yang gedungnya terletak di sebelah Barat Kolese Santo Ignatius (Kolsani) Yogyakarta pada 19 Desember 1927 (kini gedung ini digunakan sebagai Kampus Pendidikan Guru Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, IPPAK). Seminari ini menerima anak-anak lulusan Hollands Inlandse School (HIS) dan Europesche Lagere School (ELS), sebelum akhirny pindah ke Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, tahun 1941; yang pelajaran pertama di Mertoyudan mulai pada 13 Januari 1941.

{1927} Peletakan batu pertama pembangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Yogyakarta, pada 26 Desember 1927. Ketika sudah selesai dibangun, candi ini juga diberkati oleh Mgr Anton Pieter Franz van Velsen SJ pada 11 Februari 1930, yang bertepatan dengan penampakan Bunda Maria di Lourdes, Perancis.

{1929} Gedung rumah sakit baru selesai dibangun secara keseluruhan tanggal 25 Agustus 1929. Hal ini ditandai dengan pemberkatan gedung oleh uskup Katolik Mgr. Anton Pieter Franz van Velsen, S.J

{1930} Pada tanggal 12 April 1930 Dewan Jenderal MSF memutuskan untuk membantu Ordo SJ di Jawa. Keputusan ini ditulis dalam surat Pater Trampe kepada Mgr.van Velsen di Batavia.[8]

{1933} Selama menjadi Uskup, Mgr Anton Pieter Franz van Velsen SJ menjadi Uskup Pentahbis Pendamping bagi: Mgr Mathias Leonardus Trudon Brans OFMCap (kelak menjadi Vikaris Apostolik Medan setelah Vikariat Apostolik Padang berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Medan pada 23 Desember 1941) sebagai Uskup Tituler Corna ketika diangkat menjadi Vikaris Apostolik Padang (kini Keuskupan Agung Medan) (5 Februari 1933).

{Resign} Ketika diangkat menjadi Vikaris Apostolik usia Mgr Velsen sudah 59 tahun. Setelah menjabat selama 9 tahun, ia mengundurkan diri dari jabatan Vikaris Apostolik karena dianggap terlalu berat dan penglihatannya sudah buruk sekali.

Sesudah ia mundur pada Maret 1933, Vikariat dipimpin sementara oleh Pastor A Th. Van Hoof SJ selaku Pro-Vikaris. Mengundurkan diri sebagai Vikaris Apostolik Batavia pada usia 68 tahun: Maret 1933. Wafat sebagai Vikaris Apostolik Emeritus Batavia pada usia 71 tahun: 6 Mei 1936


Rujukan

Pranala luar

Jabatan Gereja Katolik