Lompat ke isi

Gebug ende: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andreas Sihono (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 118.97.95.191 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh TjBot
Tag: Suntingan perangkat seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:


Di daerah Lombok pun terdapat ritual serupa yg dinamakan [[Peresean]]. Dengan mensyaratkan tetesan darah akibat hantaman rotan. Semakin banyak darah yang menetes maka semakin besar kemungkinan hujan turun.
Di daerah Lombok pun terdapat ritual serupa yg dinamakan [[Peresean]]. Dengan mensyaratkan tetesan darah akibat hantaman rotan. Semakin banyak darah yang menetes maka semakin besar kemungkinan hujan turun.

Tradisi Gebug Ende adalah 1 diantara banyak cara untuk memuja Dewa Indra. Pemain Gebug ende tidak boleh memiliki rasa marah rakus iri dan dendam.


{{budaya-stub}}
{{budaya-stub}}

Revisi per 30 Oktober 2016 09.09

Gebug ende adalah ritual pemanggilan hujan yang biasanya digelar antara Oktober dan Desember pada saat warga baru saja menanam jagung di pelosok Desa Seraya, Bali.

Warga desa akan berkumpul, menari-nari dan bersiap-siap untuk memukul lawan dengan tongkat rotan atau menangkis serangan lawan dengan tameng.

Di daerah Lombok pun terdapat ritual serupa yg dinamakan Peresean. Dengan mensyaratkan tetesan darah akibat hantaman rotan. Semakin banyak darah yang menetes maka semakin besar kemungkinan hujan turun.

Tradisi Gebug Ende adalah 1 diantara banyak cara untuk memuja Dewa Indra. Pemain Gebug ende tidak boleh memiliki rasa marah rakus iri dan dendam.