Lompat ke isi

Semur jengkol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Renaldiuj (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Renaldiuj (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
{{copy edit|date=Oktober 2016}}
{{copy edit|date=Oktober 2016}}
{{refimprove|date=Oktober 2016}}
{{refimprove|date=Oktober 2016}}
'''Semur jengkol''' adalah makanan asli khas [[Betawi]],[[Jakarta]]. Semur jengkol ini adalah makanan yang benar benar popular di kawasan Jakarta sehingga telah menyebar ke wilayah Indonesia . Serta yang paling penting dalam sistem pembuatan semur ini yakni ketepatan bumbu untuk membuahkan rasa semur jengkol yang pas dan menyatu dengan bahan-bahan bumbu.
'''Semur jengkol''' adalah makanan asli khas [[Betawi]],[[Jakarta]]. Semur jengkol ini adalah makanan yang benar benar popular di kawasan kota [[Jakarta]] sehingga telah menyebar ke wilayah [[Indonesia]] .Yang terpenting dalam sistem pembuatan semur ini yakni ketepatan bumbu untuk membuahkan rasa semur jengkol yang pas dan menyatu dengan bahan-bahan bumbu.


==Etimologi==
==Etimologi==
Baris 8: Baris 8:


==Sejarah dan asal mula==
==Sejarah dan asal mula==
Jengkol merupakan tumbuhan asli daerah tropis di [[Asia Tenggara]]. Selain di [[Indonesia]], ia tumbuh di [[Malaysia]] (disebut jering, jiring), [[Thailand]] (cha niang), [[Myanmar]] (danyin), dan [[Nepal]] (dhinyindi).


Kegemaran masyarakat Nusantara memakan jengkol sudah terjejaki lama. Letnan Gubernur Hindia Belanda [[Thomas Stamford Raffles]] dalam [[The History of Java (1817)]], misalnya, sudah menyebut jengkol sebagai bahan makanan di [[Jawa]], selain petai dan komlandingan (lamtoro).
Hidangan semur yang kaya akan rempah-rempah dipengaruhi oleh cara bangsa India dan Timur Tengah mengolah masakannya. Sedangkan cita rasa kecap dan bentuk masakannya dipengaruhi oleh masakan Tionghoa peranakan.


[[Karel Heyne]], ahli botani Belanda, juga menyebutkan soal jengkol dalam karyanya, yang terbit pada 1913, [[De nuttige palnten van Nederlandsch Indie]], berisi tumbuh-tumbuhan yang banyak digunakan dan memiliki nilai komersial di Hindia Belanda. Dalam buku yang kemudian diterbitkan Departemen Kehutanan dengan judul 'Tumbuhan Berguna Indonesia' (1988), dia menulis jengkol dengan tinggi hingga 26 meter tumbuh di bagian barat Nusantara, dibudidayakan penduduk di pulau [[Jawa]] atau tumbuh liar di beberapa daerah. Jengkol bisa tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau sedang sampai keras,tetapi tak tahan musim kemarau panjang.
Namun sebetulnya cara mengolah daging atau protein hewani lainnya yang harus dimasak lama sudah dilakukan bangsa Indonesia sejak lama. Seperti pada pengolahan semur berbahan dasar daging dan lainnya.


Ahli botani [[Jerman]] [[Justus Karl Hasskarl]], sebagaimana dikutip Heyne, mengemukakan bahwa menurut penilaian orang Eropa biji jengkol tak enak rasanya; tapi penduduk senang sekali biji ini. “Bau air kencing orang yang makan biji ini memiliki bau yang keras,” kata Hasskarl, “bau yang keras ini di tempat kencing selama beberapa hari tidak hilang.”
Semur kemudian melekat menjadi tradisi bangsa Indonesia, dan menjadi menu favorit setiap keluarga Indonesia. Menu ini hadir dengan inovasi bumbu dan topping yang beraneka ragam.


Seperti penulis lainnya, [[Hasskarl]] menyebut bahwa kesenangan makan jengkol bisa mengakibatkan bisul dan penyakit kajengkolan (susah dan sakit ketika buang air kecil).
Jika awalnya semur identik dengan daging sapi, kita sekarang bisa menemukan semur daging kambing, ayam, telur, tahu, tempe, jengkol,terong, dan bahkan ikan.


Dokter dan ilmuwan Belanda [[AG Vorderman]], memberikan keterangan tentang jengkol: “Bijinya disamping banyak karbohidrat (Zetmeel) mengandung juga minyak atsiri, kalau orang makan biji ini dapat menyebabkan keracunan, menyebabkan hyperaemie ginjal atau pendarahan ginjal dan pengurangan atau penghentian keluarnya air kencing serta kejang kandung kencing (Blaaskrampen).”
Mengenai mengapa semur jengkol akhirnya menjadi kuliner khas Betawi. Karena dahulu, hampir di setiap pekarangan rumah orang Betawi pasti ditemukan jengkol. Jengkol menjadi bahan panganan lezat yang berharga murah. Dengan demikian orang-orang Betawi lebih suka menggunakan jengkol, tahu, tempe sebagai bahan dasar semur daripada daging yang pada kenyataannya lebih mahal.

Menurut [[Vorderman]], jengkol beweh memiliki sifat yang merugikan –di kota [[Bogor]] disebut jengkol sepi. “Jengkol beweh adalah biji yang telah tua setelah dibenam dalam tanah selama 14 hari sampai mulai berkecambah,” kata Vorderman, sebagaimana dikutip Heyne.

Menurut [[Heyne]], keterangan itu kurang tepat karena tujuan membenam biji jengkol yang sudah tua justru untuk mengurangi sifat-sifat merugikan. Sifat merugikan dari jengkol juga dapat berkurang dengan cara dibuat keripik jengkol. Caranya: biji yang tua direbus, dipukul palu hingga tipis, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah itu tinggal digoreng dengan sedikit tambahan garam. “Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perlakuan demikian akan mengurangi bahaya karena minyak atsirinya akan menguap sebagai akibat cara pengolahan ini,” tulis [[Heyne]].

Dan tentu saja olahan dari jengkol yang paling populer adalah semur jengkol. Caranya biasanya sama seperti membuat keripik jengkol. Tapi setelah dipipihkan kemudian dimasak dengan bumbu semur yang telah disiapkan. Namun sebetulnya cara mengolah daging atau protein hewani lainnya yang harus dimasak lama sudah dilakukan bangsa Indonesia sejak lama. Seperti pada pengolahan semur berbahan dasar daging dan lainnya. Jika awalnya semur identik dengan daging sapi, kita sekarang bisa menemukan semur daging kambing, [[ayam]], [[telur]],[[tahu]],[[tempe]],[[jengkol]],[[terong]], dan bahkan [[ikan]].

Mengenai mengapa semur jengkol akhirnya menjadi kuliner khas suku [[Betawi]]. Karena dahulu, hampir di setiap kebun rumah penduduk Betawi pasti ditemukan jengkol. Jengkol menjadi bahan panganan lezat yang berharga murah. Dengan demikian orang-orang Betawi lebih suka menggunakan jengkol, tahu, tempe sebagai bahan dasar semur daripada daging yang pada kenyataannya lebih mahal. Semur Jengkol kemudian melekat menjadi tradisi khas suku Betawi, dan menjadi menu favorit setiap keluarga di suku Betawi khususnya kota [[Jakarta]].


==Variasi Semur Jengkol==
==Variasi Semur Jengkol==
Baris 29: Baris 38:
==Resep==
==Resep==


Banyak sekali variasi yang pembuatan masakan Semur Jengkol , namun pada dasarnya, resep Semur Jengkol ini adalah:
Banyak sekali variasi pembuatan masakan Semur Jengkol , namun pada dasarnya, resep Semur Jengkol ini adalah:


===Bahan yang diperlukan===
===Bahan yang diperlukan===
Baris 49: Baris 58:
===Bumbu-bumbu yang diperlukan===
===Bumbu-bumbu yang diperlukan===


1. 8 siung bawang merah
1. 8 Siung bawang merah


2. 4 siung bawah putih
2. 4 Siung bawah putih


3. 5 butir kemiri
3. 5 Butir kemiri


4. 5 buah cabai merah
4. 5 Buah cabai merah


5. 1 ½ sendok makan pala bubuk
5. 1 ½ Sendok makan pala bubuk


6. ½ sendok teh merica bubuk
6. ½ Sendok teh merica bubuk


7. 1 sendok teh garam
7. 1 Sendok teh garam


===Cara Pembuatannya===
===Cara Pembuatannya===
Baris 79: Baris 88:
7.       Tambahkan air masak dengan cara perlahan-lahan
7.       Tambahkan air masak dengan cara perlahan-lahan


8.       Diamkan sampai air dan bumbu meresap kedalam jengkol,Sesudah meresap angkat semur jengkol dan siap dihidangkan
8.       Diamkan sampai air dan bumbu meresap kedalam jengkol,sesudah meresap angkat semur jengkol dan siap dihidangkan


9. Sajikan semur jengkol sesuai selera
9. Sajikan semur jengkol sesuai selera
Baris 93: Baris 102:


https://countyfood.blogspot.co.id/2013/03/resep-semur-jengkol-betawi.html
https://countyfood.blogspot.co.id/2013/03/resep-semur-jengkol-betawi.html

*
http://www.resepkulinerkreatif.com/2014/06/cara-membuat-semur-jengkol-betawi.html
*
*

Revisi per 3 November 2016 00.24

Semur jengkol adalah makanan asli khas Betawi,Jakarta. Semur jengkol ini adalah makanan yang benar benar popular di kawasan kota Jakarta sehingga telah menyebar ke wilayah Indonesia .Yang terpenting dalam sistem pembuatan semur ini yakni ketepatan bumbu untuk membuahkan rasa semur jengkol yang pas dan menyatu dengan bahan-bahan bumbu.

Etimologi

Semur berasal dari bahasa Belanda yaitu "Smoor" yang berarti masakan itu telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan-lahan."Smoor" dalam bahasa Belanda juga berarti braising atau teknik masak dengan cara merebus lama dengan api kecil hingga daging empuk .Maka semur jengkol adalah teknik masak dengan cara merebus lama dengan api yang kecil hingga jengkol menjadi empuk.

Sejarah dan asal mula

Jengkol merupakan tumbuhan asli daerah tropis di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, ia tumbuh di Malaysia (disebut jering, jiring), Thailand (cha niang), Myanmar (danyin), dan Nepal (dhinyindi).

Kegemaran masyarakat Nusantara memakan jengkol sudah terjejaki lama. Letnan Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java (1817), misalnya, sudah menyebut jengkol sebagai bahan makanan di Jawa, selain petai dan komlandingan (lamtoro).

Karel Heyne, ahli botani Belanda, juga menyebutkan soal jengkol dalam karyanya, yang terbit pada 1913, De nuttige palnten van Nederlandsch Indie, berisi tumbuh-tumbuhan yang banyak digunakan dan memiliki nilai komersial di Hindia Belanda. Dalam buku yang kemudian diterbitkan Departemen Kehutanan dengan judul 'Tumbuhan Berguna Indonesia' (1988), dia menulis jengkol dengan tinggi hingga 26 meter tumbuh di bagian barat Nusantara, dibudidayakan penduduk di pulau Jawa atau tumbuh liar di beberapa daerah. Jengkol bisa tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau sedang sampai keras,tetapi tak tahan musim kemarau panjang.

Ahli botani Jerman Justus Karl Hasskarl, sebagaimana dikutip Heyne, mengemukakan bahwa menurut penilaian orang Eropa biji jengkol tak enak rasanya; tapi penduduk senang sekali biji ini. “Bau air kencing orang yang makan biji ini memiliki bau yang keras,” kata Hasskarl, “bau yang keras ini di tempat kencing selama beberapa hari tidak hilang.”

Seperti penulis lainnya, Hasskarl menyebut bahwa kesenangan makan jengkol bisa mengakibatkan bisul dan penyakit kajengkolan (susah dan sakit ketika buang air kecil).

Dokter dan ilmuwan Belanda AG Vorderman, memberikan keterangan tentang jengkol: “Bijinya disamping banyak karbohidrat (Zetmeel) mengandung juga minyak atsiri, kalau orang makan biji ini dapat menyebabkan keracunan, menyebabkan hyperaemie ginjal atau pendarahan ginjal dan pengurangan atau penghentian keluarnya air kencing serta kejang kandung kencing (Blaaskrampen).”

Menurut Vorderman, jengkol beweh memiliki sifat yang merugikan –di kota Bogor disebut jengkol sepi. “Jengkol beweh adalah biji yang telah tua setelah dibenam dalam tanah selama 14 hari sampai mulai berkecambah,” kata Vorderman, sebagaimana dikutip Heyne.

Menurut Heyne, keterangan itu kurang tepat karena tujuan membenam biji jengkol yang sudah tua justru untuk mengurangi sifat-sifat merugikan. Sifat merugikan dari jengkol juga dapat berkurang dengan cara dibuat keripik jengkol. Caranya: biji yang tua direbus, dipukul palu hingga tipis, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah itu tinggal digoreng dengan sedikit tambahan garam. “Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perlakuan demikian akan mengurangi bahaya karena minyak atsirinya akan menguap sebagai akibat cara pengolahan ini,” tulis Heyne.

Dan tentu saja olahan dari jengkol yang paling populer adalah semur jengkol. Caranya biasanya sama seperti membuat keripik jengkol. Tapi setelah dipipihkan kemudian dimasak dengan bumbu semur yang telah disiapkan. Namun sebetulnya cara mengolah daging atau protein hewani lainnya yang harus dimasak lama sudah dilakukan bangsa Indonesia sejak lama. Seperti pada pengolahan semur berbahan dasar daging dan lainnya. Jika awalnya semur identik dengan daging sapi, kita sekarang bisa menemukan semur daging kambing, ayam, telur,tahu,tempe,jengkol,terong, dan bahkan ikan.

Mengenai mengapa semur jengkol akhirnya menjadi kuliner khas suku Betawi. Karena dahulu, hampir di setiap kebun rumah penduduk Betawi pasti ditemukan jengkol. Jengkol menjadi bahan panganan lezat yang berharga murah. Dengan demikian orang-orang Betawi lebih suka menggunakan jengkol, tahu, tempe sebagai bahan dasar semur daripada daging yang pada kenyataannya lebih mahal. Semur Jengkol kemudian melekat menjadi tradisi khas suku Betawi, dan menjadi menu favorit setiap keluarga di suku Betawi khususnya kota Jakarta.

Variasi Semur Jengkol

1. Semur Jengkol Pedas Kering

2. Semur Jengkol Manis Berkuah

3. Semur Jengkol Pedas Berkuah

Resep

Banyak sekali variasi pembuatan masakan Semur Jengkol , namun pada dasarnya, resep Semur Jengkol ini adalah:

Bahan yang diperlukan

1. 1 kg jengkol

2. 1 batang serai

3. 4cm lengkuas

4. 3 lembar daun salam

5. 3 sendok makan minyak goreng

6. ½ liter air masak

7. 5-6 sendok makan kecap manis

Bumbu-bumbu yang diperlukan

1. 8 Siung bawang merah

2. 4 Siung bawah putih

3. 5 Butir kemiri

4. 5 Buah cabai merah

5. 1 ½ Sendok makan pala bubuk

6. ½ Sendok teh merica bubuk

7. 1 Sendok teh garam

Cara Pembuatannya

1.       Kupas kulit jengkol lalu ambil isi jengkol

2.       Rendam jengkol selama 1 hari supaya tidak terampau bau

3.       Rebus Jengkol sampai masak

4.       Setelah dimasak , geprek serta pipihkan jengkol yang sudak dimasak

5.       Haluskan semua bumbu, tumis bumbu-bumbu yang telah dihaluskan , tambahkan serai , lengkuas , serta daun salam lalu tumis bumbu sampai harum

6.       Masukan jengkol kedalam tumisan , lalu aduk sampai rata

7.       Tambahkan air masak dengan cara perlahan-lahan

8.       Diamkan sampai air dan bumbu meresap kedalam jengkol,sesudah meresap angkat semur jengkol dan siap dihidangkan

9. Sajikan semur jengkol sesuai selera


Referensi

https://www.youtube.com/watch?v=u-xC50SUDmc

http://jakartakita.com/2015/11/03/asal-usul-semur-jengkol-ternyata-dari-belanda/

http://dokumen.tips/documents/sejarah-kuliner-betawi.html

https://countyfood.blogspot.co.id/2013/03/resep-semur-jengkol-betawi.html

http://www.resepkulinerkreatif.com/2014/06/cara-membuat-semur-jengkol-betawi.html