Lompat ke isi

Frans Sisir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, added orphan tag
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 24: Baris 24:
'''Mesakh Frans Rumbino''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Biak|Biak]], [[Papua]]|11|2|1972}}) atau lebih dikenal dengan nama '''Frans Sisir''' adalah [[musikus]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Dia memiliki keunikan dalam melakukan pertunjukan, yaitu menggunakan sisir dan plastik sebagai alat musik yang suaranya menyerupai [[tenor]] [[saxophone]]. Ia telah melakukan pertunjukan di berbagai kota di [[Indonesia]], dan beberapa negara dengan sisirnya. Keunikannya dalam bermain musik membawanya kepada pengalaman penting yaitu tampil di ajang bergengsi, [[Java Jazz Festival]], dan tampil di hadapan sejumlah kepala negara seperti [[Soeharto]], [[Megawati Sukarnoputri]], [[Susilo Bambang Yudhoyono]], [[Ronald Reagan]], [[Xanana Gusmao]], dan [[Silvio Berlusconi]]. Stasiun televisi yang pernah mengundangnya tampil antara lain [[Metro TV]], [[Trans 7]], dan [[RCTI]].<ref>[http://www.rcti.tv Situs resmi RCTI, diakses 15 Feb 2015]</ref><ref>[http://www.metrotvnews.com Situs resmi Metro TV, diakses 15 Feb 2015]</ref>
'''Mesakh Frans Rumbino''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Biak|Biak]], [[Papua]]|11|2|1972}}) atau lebih dikenal dengan nama '''Frans Sisir''' adalah [[musikus]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Dia memiliki keunikan dalam melakukan pertunjukan, yaitu menggunakan sisir dan plastik sebagai alat musik yang suaranya menyerupai [[tenor]] [[saxophone]]. Ia telah melakukan pertunjukan di berbagai kota di [[Indonesia]], dan beberapa negara dengan sisirnya. Keunikannya dalam bermain musik membawanya kepada pengalaman penting yaitu tampil di ajang bergengsi, [[Java Jazz Festival]], dan tampil di hadapan sejumlah kepala negara seperti [[Soeharto]], [[Megawati Sukarnoputri]], [[Susilo Bambang Yudhoyono]], [[Ronald Reagan]], [[Xanana Gusmao]], dan [[Silvio Berlusconi]]. Stasiun televisi yang pernah mengundangnya tampil antara lain [[Metro TV]], [[Trans 7]], dan [[RCTI]].<ref>[http://www.rcti.tv Situs resmi RCTI, diakses 15 Feb 2015]</ref><ref>[http://www.metrotvnews.com Situs resmi Metro TV, diakses 15 Feb 2015]</ref>


==Kehidupan pribadi==
== Kehidupan pribadi ==
Frans Sisir lahir di sebuah kota kecil, Padaido, [[Kabupaten Biak]], [[Papua]]. Sejak kecil dia sudah memiliki bakat musik. Kehidupannya yang tak jauh dari pantai membuat dia dan kawan-kawannya bergaul dengan alam dan binatang laut. Dari benda-benda itulah, dia menggali kemampuan. Tiap hari dia membantu kebutuhan keluarga dengan mencari ikan. Untuk mengusir kejenuhan itu, ia meniup daun dan kerang untuk mengasilkan bunyi-bunyian, meniupkan melodi lagu-lagu daerah. Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itulah, secara tak sengaja bereksplorasi dengan sisir dan plastik kresek. Itu dia lakukan ketika mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, dalam pekan olahraga daerah (Porda) di [[Jayapura]]. Namun karena yang ada hanya sisir dan plastik, jadilah dia memanfaatkan dua benda sederhana itu untuk menyemangati tim kesebelasannya. Dari situlah dia mulai menyukai dan mendalami tekniknya sehingga menghasilkan suara mirip saxophone.<ref>[http://kesaksian-kristen.blogspot.com/2008/11/frans-sisir-rumbino-menjelajah-dunia.html Kesaksian, diakses 15 Feb 2015]</ref>
Frans Sisir lahir di sebuah kota kecil, Padaido, [[Kabupaten Biak]], [[Papua]]. Sejak kecil dia sudah memiliki bakat musik. Kehidupannya yang tak jauh dari pantai membuat dia dan kawan-kawannya bergaul dengan alam dan binatang laut. Dari benda-benda itulah, dia menggali kemampuan. Tiap hari dia membantu kebutuhan keluarga dengan mencari ikan. Untuk mengusir kejenuhan itu, ia meniup daun dan kerang untuk mengasilkan bunyi-bunyian, meniupkan melodi lagu-lagu daerah. Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itulah, secara tak sengaja bereksplorasi dengan sisir dan plastik kresek. Itu dia lakukan ketika mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, dalam pekan olahraga daerah (Porda) di [[Jayapura]]. Namun karena yang ada hanya sisir dan plastik, jadilah dia memanfaatkan dua benda sederhana itu untuk menyemangati tim kesebelasannya. Dari situlah dia mulai menyukai dan mendalami tekniknya sehingga menghasilkan suara mirip saxophone.<ref>[http://kesaksian-kristen.blogspot.com/2008/11/frans-sisir-rumbino-menjelajah-dunia.html Kesaksian, diakses 15 Feb 2015]</ref>
[[Berkas:Frans Sisir1.jpg|thumb|225x225px|Cover salah satu album lagu Frans Sisir]]
[[Berkas:Frans Sisir1.jpg|thumb|225x225px|Cover salah satu album lagu Frans Sisir]]
Baris 31: Baris 31:
Dari Supit Ministry inilah Frans terus menanjak hingga nama Frans “Sisir” mulai komersial. Setelah mulai dikenal. Dia sering menerima tawaran main musik dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai ke manca negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Papua Nugini, dan Australia.<ref>[http://satriasputra.blogspot.com/2010/04/frans-rumbinu-sang-pemain-saxophone.html Satria Putra, diakses 15 Feb 2015]</ref>
Dari Supit Ministry inilah Frans terus menanjak hingga nama Frans “Sisir” mulai komersial. Setelah mulai dikenal. Dia sering menerima tawaran main musik dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai ke manca negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Papua Nugini, dan Australia.<ref>[http://satriasputra.blogspot.com/2010/04/frans-rumbinu-sang-pemain-saxophone.html Satria Putra, diakses 15 Feb 2015]</ref>


==Satu sel dengan Xanana Gusmao==
== Satu sel dengan Xanana Gusmao ==
Kehidupan keras pernah dijalani oleh Frans Sisir tatkala dia menempuh pendidikan di [[Universitas Kristen Indonesia]], [[Jakarta]]. Sambil kuliah, dia bekerja sebagai ''debt collector'', profesi yang cukup rawan untuk dijalani. Pilihannya itu, pada tahun [[1999]] sempat membawanya ke suatu kasus yang memaksa dia berurusan dengan polisi dan mendekam di tahanan [[Polda Metro Jaya]]. Setelah dua bulan di penjara Polda, Frans dipindah ke LP Cipinang. Hidup di rutan membuatnya menyadari kesalahannya. Di situlah dia bertemu dengan [[Xanana Gusmao]], mantan presiden dan kini perdana menteri [[Timor Leste]]. Bersama Xanana, dia memberikan pelayanan kepada sesama warga binaan dalam bentuk pertunjukan musik.
Kehidupan keras pernah dijalani oleh Frans Sisir tatkala dia menempuh pendidikan di [[Universitas Kristen Indonesia]], [[Jakarta]]. Sambil kuliah, dia bekerja sebagai ''debt collector'', profesi yang cukup rawan untuk dijalani. Pilihannya itu, pada tahun [[1999]] sempat membawanya ke suatu kasus yang memaksa dia berurusan dengan polisi dan mendekam di tahanan [[Polda Metro Jaya]]. Setelah dua bulan di penjara Polda, Frans dipindah ke LP Cipinang. Hidup di rutan membuatnya menyadari kesalahannya. Di situlah dia bertemu dengan [[Xanana Gusmao]], mantan presiden dan kini perdana menteri [[Timor Leste]]. Bersama Xanana, dia memberikan pelayanan kepada sesama warga binaan dalam bentuk pertunjukan musik.


==Lihat pula==
== Lihat pula ==


* [[Metro TV]]
* [[Metro TV]]

Revisi per 3 November 2016 15.29


Templat:Infobox artis indonesia Mesakh Frans Rumbino (lahir 11 Februari 1972) atau lebih dikenal dengan nama Frans Sisir adalah musikus berkebangsaan Indonesia. Dia memiliki keunikan dalam melakukan pertunjukan, yaitu menggunakan sisir dan plastik sebagai alat musik yang suaranya menyerupai tenor saxophone. Ia telah melakukan pertunjukan di berbagai kota di Indonesia, dan beberapa negara dengan sisirnya. Keunikannya dalam bermain musik membawanya kepada pengalaman penting yaitu tampil di ajang bergengsi, Java Jazz Festival, dan tampil di hadapan sejumlah kepala negara seperti Soeharto, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Ronald Reagan, Xanana Gusmao, dan Silvio Berlusconi. Stasiun televisi yang pernah mengundangnya tampil antara lain Metro TV, Trans 7, dan RCTI.[1][2]

Kehidupan pribadi

Frans Sisir lahir di sebuah kota kecil, Padaido, Kabupaten Biak, Papua. Sejak kecil dia sudah memiliki bakat musik. Kehidupannya yang tak jauh dari pantai membuat dia dan kawan-kawannya bergaul dengan alam dan binatang laut. Dari benda-benda itulah, dia menggali kemampuan. Tiap hari dia membantu kebutuhan keluarga dengan mencari ikan. Untuk mengusir kejenuhan itu, ia meniup daun dan kerang untuk mengasilkan bunyi-bunyian, meniupkan melodi lagu-lagu daerah. Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itulah, secara tak sengaja bereksplorasi dengan sisir dan plastik kresek. Itu dia lakukan ketika mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, dalam pekan olahraga daerah (Porda) di Jayapura. Namun karena yang ada hanya sisir dan plastik, jadilah dia memanfaatkan dua benda sederhana itu untuk menyemangati tim kesebelasannya. Dari situlah dia mulai menyukai dan mendalami tekniknya sehingga menghasilkan suara mirip saxophone.[3]

Berkas:Frans Sisir1.jpg
Cover salah satu album lagu Frans Sisir

Pada era 1980-an, Frans mulai merantau ke Jakarta setelah menyelesaikan sekolahnya di SMA Negeri 8 Malang. Mengadu nasib di Jakarta pun Frans belum sepenuhnya mendapat tempat. Ia harus menyanyi dari kafe ke kafe, sampai akhirnya bertemu penyanyi Melky Goeslaw dan diajak bernyanyi di Supit Ministry.[4]

Dari Supit Ministry inilah Frans terus menanjak hingga nama Frans “Sisir” mulai komersial. Setelah mulai dikenal. Dia sering menerima tawaran main musik dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai ke manca negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Papua Nugini, dan Australia.[5]

Satu sel dengan Xanana Gusmao

Kehidupan keras pernah dijalani oleh Frans Sisir tatkala dia menempuh pendidikan di Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. Sambil kuliah, dia bekerja sebagai debt collector, profesi yang cukup rawan untuk dijalani. Pilihannya itu, pada tahun 1999 sempat membawanya ke suatu kasus yang memaksa dia berurusan dengan polisi dan mendekam di tahanan Polda Metro Jaya. Setelah dua bulan di penjara Polda, Frans dipindah ke LP Cipinang. Hidup di rutan membuatnya menyadari kesalahannya. Di situlah dia bertemu dengan Xanana Gusmao, mantan presiden dan kini perdana menteri Timor Leste. Bersama Xanana, dia memberikan pelayanan kepada sesama warga binaan dalam bentuk pertunjukan musik.

Lihat pula

Referensi