Lompat ke isi

Post-Marxisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP19Alvian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Sastra
Baris 15: Baris 15:
==Referensi==
==Referensi==
{{reflist}}
{{reflist}}

==Sastra==
* Imanol Galfarsoro: "(Post)Marxismoa, kultura eta eragiletasuna: Ibilbide historiko labur bat" in Alaitz Aizpuru(koord.), ''Euskal Herriko pentsamenduaren gida'', Bilbo, UEU 2012. ISBN 978-84-8438-435-9
* Simon Tormey & Jules Townshend, ''Key Thinkers from Critical Theory to Post-Marxism'', Pine Forge Press, 2006.
* Sim, Stuart. ''Post-Marxism: An Intellectual History'', Routledge, 2002.
* Shenfield, Stephen. [https://web.archive.org/web/20081112101246/http://www.cdi.org/russia/johnson/2008-204.cfm ''Vladislav Bugera: Portrait of a Post-Marxist Thinker'']
* el-Ojeili, Chamsy. ''Post-Marxism with Substance: Castoriadis and the Autonomy Project'', in New Political Science, 32:2, June 2001, pp. 225–239.
* el-Ojeili C. [http://www.victoria.ac.nz/atp/articles/pdf/ElOjeili-2011.pdf ''After post-socialism: Social theory, utopia and the work of castoriadis in a global age''], ''Antepodium: Online Journal of World Affairs'' (2011), pp. 1–16.


[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Filsafat]]

Revisi per 2 Desember 2016 11.23

Berkas:1583 Design 60.png
Ideologi Post-Marxisme

Post-Marxisme merupakan salah satu sudut pandang teoretis yang mengungkapkan pembagian seksual, ras, kelas, dan etnik dari masyarakat Barat modern. [1] Post-Marxisme juga mempertanyakan ciri Marxisme yang reduktif dan antidemokratis, serta semua gerakan politik yang berupaya menjelaskan segala perubahan dalam sejarah di dalam kerangka peranan satu kelas atau pelaku istimewa tertentu. [2] Post-Marxisme menerima ilham yang datang dari keterlibatan politik Marx, tetapi menolak penekanan Marx bahwa ekonomi adalah aspek yang paling menentukan, atau pada gagasan tentang adanya satu kelas universal. [2] Sekarang Post-Marxisme mengusulkan adanya demokrasi radikal. [2] Demokrasi radikal adalah demokrasi yang bertumpu pada ekuivalensi antar warganya, pada kesetaraan yang terbentuk lewat proses ekuivalensi diskursif (misalnya, pengakuan akan keseluruhan masyarakat sebagai sebuah masyarakat warga). [3] Post-Marxisme menjadi paham intelektual yang sesuai dengan menang atas neo-liberalism dan mundurnya kelas-kelas pekerja. [4] Kemenangan ini senantiasa diawali oleh kaum kiri Amerika latin yang berjuang penuh melawan kapitalisme, selain itu semakin didukung dengan besarnya suara teologi pembebasan yang berdengung di Amerika latin. [4]

Komponen Post-Marxisme

Penyokong para pemikir Post-Marxisme adalah kritik yang sistematis terhadap Marxisme dan situasi yang ada. [4] Terdapat lima diskursus yang menjadi penyokong hasil para pemikir Post-Marxisme:

  1. Sosialisme adalah kegagalan dan seluruh teori-teori yang umum dari masyarakat dikutuk di dalam proses ini. [4] Ideologi-ideologi selain Post-Marxisme tidak dibenarkan, karena yang lain itu merefleksikan satu dominasi ide dengan sistem ras kebudayaan. [4]
  2. Marxisme menekankan pada kelas sosial turunan, karena kelas-kelas menghancurkan: poin-poin dari prinsip politik yang berangkat merupakan kebudayaan dan akarnya di dalam identitas yang beragam (ras, gender, etnik, dan pilihan seksual). [4]
  3. Negara adalah musuh dari demokrasi dan kebebasan, serta suatu korup dan tidak sesuai dengan kesejahteraan sosial. [4] Di tempat ini, masyarakat sipil adalah pelaku utama dari demokrasi dan kemajuan sosial. [4]
  4. Perencanaan utama adalah buatan birokrasi yang mana menghalangi pertukaran yang baik di antara para produsen. [4] Pasar dan bursa pasar barangkali dengan peraturan yang terbatas mengizinkan konsumsi terbaik dan distributor yang lebih efisien. [4]
  5. Pergumulan tradisional kaum kiri atas kekuasaan adalah merusak dan membawa kepada rezim otoriter yang mendiamkan suara seorang bawahan. [4]

Referensi

  1. ^ "Post Marxist Theory". .
  2. ^ a b c (Indonesia)Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 269.
  3. ^ (Indonesia) Surajaya, Martin. Materialisme Dialektis: Kajian tentang Marxisme dan Filsafat Kontemporer. Yogyakarta: Resist book. Hal. 229.

Sastra