Lompat ke isi

Rajasawardhana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 4: Baris 4:
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', Rajasawardhana alias '''Bhre Matahun''' adalah suami dari '''Indudewi''' alias '''Bhre Lasem''' putri [[Rajadewi]] dan Wijayarajasa. Dari perkawinan itu, lahir '''Nagarawardhani''' yang menikah dengan [[Bhre Wirabhumi]] putra [[Hayam Wuruk]], raja [[Majapahit]] saat itu (1351-1389).
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', Rajasawardhana alias '''Bhre Matahun''' adalah suami dari '''Indudewi''' alias '''Bhre Lasem''' putri [[Rajadewi]] dan Wijayarajasa. Dari perkawinan itu, lahir '''Nagarawardhani''' yang menikah dengan [[Bhre Wirabhumi]] putra [[Hayam Wuruk]], raja [[Majapahit]] saat itu (1351-1389).


Pejabat Bhre Matahun yang identik dengan Rajasawardhana dalam ''[[Pararaton]]'' adalah '''Raden Larang'''. Istrinya adalah adik kandung [[Hayam Wuruk]]. Perkawinan tersebut tidak menghasilkan keturunan, karena istri [[Bhre Wirabhumi]] versi ''[[Pararaton]]'' adalah putri Raden Sumana alias Bhre Paguhan, bukan putri Raden Larang.
Pejabat Bhre Matahun yang identik dengan Rajasawardhana dalam ''[[Pararaton]]'' adalah '''Raden Larang'''. Istrinya adalah adik kandung [[Hayam Wuruk]]. Perkawinan tersebut tidak menghasilkan keturunan, karena istri [[Bhre Wirabhumi]] versi ''[[Pararaton]]'' adalah putri Raden Sumana alias Bhre Paguhan, bukan putri Raden Larang.


Dalam hal ini, berita dalam ''[[Nagarakretagama]]'' lebih dapat dipercaya, karena ditulis tahun 1365, saat Rajasawardhana masih hidup.
Dalam hal ini, berita dalam ''[[Nagarakretagama]]'' lebih dapat dipercaya, karena ditulis tahun 1365, saat Rajasawardhana masih hidup.
Baris 11: Baris 11:
Rajasawardhana yang kedua muncul dalam ''[[Pararaton]]'' sebagai raja [[Majapahit]] yang naik takhta tahun 1451. Disebutkan bahwa, sebelum menjadi raja ia pernah menjabat sebagai Bhre Pamotan, Bhre Keling, kemudian Bhre Kahuripan.
Rajasawardhana yang kedua muncul dalam ''[[Pararaton]]'' sebagai raja [[Majapahit]] yang naik takhta tahun 1451. Disebutkan bahwa, sebelum menjadi raja ia pernah menjabat sebagai Bhre Pamotan, Bhre Keling, kemudian Bhre Kahuripan.


Rajasawardhana naik takhta menggantikan [[Dyah Kertawijaya]]. Hubungan antara keduanya tidak disebut dengan jelas dalam ''[[Pararaton]]'', sehingga muncul pendapat bahwa, Rajasawardhana adalah adik [[Dyah Kertawijaya]] yang melakukan [[kudeta]] disertai pembunuhan terhadap kakaknya tersebut.
Rajasawardhana naik takhta menggantikan [[Dyah Kertawijaya]]. Hubungan antara keduanya tidak disebut dengan jelas dalam ''[[Pararaton]]'', sehingga muncul pendapat bahwa, Rajasawardhana adalah adik [[Dyah Kertawijaya]] yang melakukan [[kudeta]] disertai pembunuhan terhadap kakaknya tersebut.


Pendapat di atas perlu diselidiki kebenarannya, karena ''[[Pararaton]]'' menyebutkan, [[Dyah Kertawijaya]] adalah putra bungsu dalam keluarga [[Wikramawardhana]].
Pendapat di atas perlu diselidiki kebenarannya, karena ''[[Pararaton]]'' menyebutkan, [[Dyah Kertawijaya]] adalah putra bungsu dalam keluarga [[Wikramawardhana]].


Pendapat lain mengatakan, Rajasawardhana identik dengan '''Dyah Wijayakumara''', yaitu putra sulung [[Dyah Kertawijaya]] yang namanya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu (1447).
Pendapat lain mengatakan, Rajasawardhana identik dengan '''Dyah Wijayakumara''', yaitu putra sulung [[Dyah Kertawijaya]] yang namanya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu (1447).


Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama '''Manggalawardhani Bhre Tanjungpura'''. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu '''Dyah Samarawijaya''' dan '''Dyah Wijayakarana'''.
Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama '''Manggalawardhani Bhre Tanjungpura'''. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu '''Dyah Samarawijaya''' dan '''Dyah Wijayakarana'''.


Sementara itu, '''Rajasawardhana Sang Sinagara''' dalam [[Pararaton]] memiliki empat orang anak, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan [[Bhre Kertabhumi]]. Jika Rajasawardhana benar identik dengan Wijayakumara, berarti Bhre Kahuripan dan Bhre Mataram juga identik dengan Samarawijaya dan Wijayakarana. Mungkin, saat prasasti Waringin Pitu dikeluarkan (1447), Bhre Pamotan dan [[Bhre Kertabhumi]] belum lahir.
Sementara itu, '''Rajasawardhana Sang Sinagara''' dalam [[Pararaton]] memiliki empat orang anak, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan [[Bhre Kertabhumi]]. Jika Rajasawardhana benar identik dengan Wijayakumara, berarti Bhre Kahuripan dan Bhre Mataram juga identik dengan Samarawijaya dan Wijayakarana. Mungkin, saat prasasti Waringin Pitu dikeluarkan (1447), Bhre Pamotan dan [[Bhre Kertabhumi]] belum lahir.
Pemerintahan Rajasawardhana juga terdapat dalam [[berita Cina]]. Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke [[Cina]].
Pemerintahan Rajasawardhana juga terdapat dalam [[berita Cina]]. Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke [[Cina]].

Revisi per 20 Januari 2017 11.33

Rajasawardhana dalam sejarah Kerajaan Majapahit merujuk pada dua orang. Yang pertama adalah pejabat Bhre Matahun pada pemerintahan Hayam Wuruk, sedangkan yang kedua adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1451-1453.

Rajasawardhana alias Bhre Matahun

Menurut Nagarakretagama, Rajasawardhana alias Bhre Matahun adalah suami dari Indudewi alias Bhre Lasem putri Rajadewi dan Wijayarajasa. Dari perkawinan itu, lahir Nagarawardhani yang menikah dengan Bhre Wirabhumi putra Hayam Wuruk, raja Majapahit saat itu (1351-1389).

Pejabat Bhre Matahun yang identik dengan Rajasawardhana dalam Pararaton adalah Raden Larang. Istrinya adalah adik kandung Hayam Wuruk. Perkawinan tersebut tidak menghasilkan keturunan, karena istri Bhre Wirabhumi versi Pararaton adalah putri Raden Sumana alias Bhre Paguhan, bukan putri Raden Larang.

Dalam hal ini, berita dalam Nagarakretagama lebih dapat dipercaya, karena ditulis tahun 1365, saat Rajasawardhana masih hidup.

Rajasawardhana Sang Sinagara Raja Majapahit

Rajasawardhana yang kedua muncul dalam Pararaton sebagai raja Majapahit yang naik takhta tahun 1451. Disebutkan bahwa, sebelum menjadi raja ia pernah menjabat sebagai Bhre Pamotan, Bhre Keling, kemudian Bhre Kahuripan.

Rajasawardhana naik takhta menggantikan Dyah Kertawijaya. Hubungan antara keduanya tidak disebut dengan jelas dalam Pararaton, sehingga muncul pendapat bahwa, Rajasawardhana adalah adik Dyah Kertawijaya yang melakukan kudeta disertai pembunuhan terhadap kakaknya tersebut.

Pendapat di atas perlu diselidiki kebenarannya, karena Pararaton menyebutkan, Dyah Kertawijaya adalah putra bungsu dalam keluarga Wikramawardhana.

Pendapat lain mengatakan, Rajasawardhana identik dengan Dyah Wijayakumara, yaitu putra sulung Dyah Kertawijaya yang namanya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu (1447).

Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.

Sementara itu, Rajasawardhana Sang Sinagara dalam Pararaton memiliki empat orang anak, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan Bhre Kertabhumi. Jika Rajasawardhana benar identik dengan Wijayakumara, berarti Bhre Kahuripan dan Bhre Mataram juga identik dengan Samarawijaya dan Wijayakarana. Mungkin, saat prasasti Waringin Pitu dikeluarkan (1447), Bhre Pamotan dan Bhre Kertabhumi belum lahir.

Pemerintahan Rajasawardhana juga terdapat dalam berita Cina. Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke Cina.

Menurut Pararaton, sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453, Majapahit mengalami kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Tokoh ini dianggap identik dengan Girisawardhana yang tercatat dalam prasasti Waringin Pitu.

LIhat Pula

Kepustakaan

  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara


Didahului oleh:
Dyah Kertawijaya
Raja Majapahit
1451—1453
Diteruskan oleh:
Girishawardhana