Lompat ke isi

Asimetri informasi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 24 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q431965
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3: Baris 3:
Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.
Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.


Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh [[Kenneth J. Arrow]] dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan [[1963]] yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal ''American Economic Review''.
Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh [[Kenneth J. Arrow]] dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan [[1963]] yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal ''American Economic Review''.


[[George Akerlof]] kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam karyanya tahun 1970: ''[[The Market for Lemons]] (Pasar Barang Kacangan)''. Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari [[komoditi]] cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus.
[[George Akerlof]] kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam karyanya tahun 1970: ''[[The Market for Lemons]] (Pasar Barang Kacangan)''. Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari [[komoditi]] cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus.


Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.
Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.
Baris 14: Baris 14:
* [[adverse selection]]
* [[adverse selection]]
* [[moral hazard]]
* [[moral hazard]]
* [[problem prinsipal-agen]]
* [[problem prinsipal-agen]]
* [[daftar topik ekonomi]]
* [[daftar topik ekonomi]]



Revisi per 22 Januari 2017 04.11

Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi asimetrik/informasi asimetris). Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.

Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.

Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan 1963 yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal American Economic Review.

George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam karyanya tahun 1970: The Market for Lemons (Pasar Barang Kacangan). Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditi cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus.

Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.

See also