Lompat ke isi

Monarkianisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Tertullian.jpg|thumb|right|Tertulianus]]
[[Berkas:Tertullian.jpg|thumb|right|Tertulianus]]
'''Monarkianisme''' merupakan sebuah istilah yang berasal dari [[Tertulianus]] untuk menyebut keyakinan [[bidaah]] yang begitu menekankan kesatuan [[Allah]] sehingga menolak Putra ilahi sebagai pribadi yang sendiri.<ref name="Gerald">{{id}}Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 204.</ref> Ajaran ini mengajarkan bahwa [[Allah Bapa]], [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] adalah penampakan dari keallahan yang abstrak dan tak terjangkau.<ref name="Wali">Konferensi Wali Gereja. 1996, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 318.</ref> Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah memang [[esa]] dan tunggal secara mutlak.<ref name="Groenen">{{id}}C. Groenen, OFM. 1988, Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 107.</ref> Sedangkan Anak Allah dan [[Roh Kudus]] itu hanyalah manifestasi dari [[Allah]].<ref name="Groenen"/> Oknum yang menjadi manusia, menderita dan bangkit itu adalah Allah (Bapa) itu sendiri.<ref name="Groenen"/> Oleh karena itu kadangkala Monarkianisme disebut dengan ''patripassionisme'' yang berarti Bapa yang menderita.<ref name="Groenen"/> Para pengikut ajaran ini disebut dengan Monarkian.<ref name="Linwood">{{id}}Linwood Urban. 2006, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 68.</ref> Hal ini dikarenakan mereka berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan dari keilahian.<ref name="Linwood"/> Sebenarnya, monarkianisme muncul dalam usaha untuk menghindari [[politeisme]] yang terjadi pada abad kedua.<ref name="Nico Syukur"/> Kecenderungan akan politeisme itu muncul akibat gereja yang saat itu berubah haluan dari alam pikiran [[Palestina]] ke alam pikiran [[Yunani]].<ref name="Nico Syukur"/> Ajaran ini terbagi dua yaitu Monarkianisme Dinamis dan Monarkianisme Modalistis.<ref name="Linwood"/>
'''Monarkianisme''' merupakan sebuah istilah yang berasal dari [[Tertulianus]] untuk menyebut keyakinan [[bidaah]] yang begitu menekankan kesatuan [[Allah]] sehingga menolak Putra ilahi sebagai pribadi yang sendiri.<ref name="Gerald">{{id}}Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 204.</ref> Ajaran ini mengajarkan bahwa [[Allah Bapa]], [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] adalah penampakan dari keallahan yang abstrak dan tak terjangkau.<ref name="Wali">Konferensi Wali Gereja. 1996, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 318.</ref> Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah memang [[esa]] dan tunggal secara mutlak.<ref name="Groenen">{{id}}C. Groenen, OFM. 1988, Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 107.</ref> Sedangkan Anak Allah dan [[Roh Kudus]] itu hanyalah manifestasi dari [[Allah]].<ref name="Groenen"/> Oknum yang menjadi manusia, menderita dan bangkit itu adalah Allah (Bapa) itu sendiri.<ref name="Groenen"/> Oleh karena itu kadangkala Monarkianisme disebut dengan ''patripassionisme'' yang berarti Bapa yang menderita.<ref name="Groenen"/> Para pengikut ajaran ini disebut dengan Monarkian.<ref name="Linwood">{{id}}Linwood Urban. 2006, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 68.</ref> Hal ini dikarenakan mereka berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan dari keilahian.<ref name="Linwood"/> Sebenarnya, monarkianisme muncul dalam usaha untuk menghindari [[politeisme]] yang terjadi pada abad kedua.<ref name="Nico Syukur"/> Kecenderungan akan politeisme itu muncul akibat gereja yang saat itu berubah haluan dari alam pikiran [[Palestina]] ke alam pikiran [[Yunani]].<ref name="Nico Syukur"/> Ajaran ini terbagi dua yaitu Monarkianisme Dinamis dan Monarkianisme Modalistis.<ref name="Linwood"/>


== Monarkianisme Dinamis ==
== Monarkianisme Dinamis ==
Menurut monarkianisme dinamis, dalam manusia Yesus berkaryalah suatu daya atau suatu kekuatan yang [[ilahi]] tetapi impersonal.<ref name="Nico Syukur"> Nico Syukur Dister OFM. 2004, Teologi Sistematika 1 -- Allah Penyelamat. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 132.</ref> Pandangan ini menganggap bahwa [[Yesus]] diangkat menjadi [[Putra]] [[Allah]].<ref name="Nico Syukur"/> Yesus bukanlah sungguh sungguh Allah melainkan manusia ''ilahi''.<ref name="Nico Syukur"/> Yesus yang manusia itu pada saat Ia dibaptiskan atau saat kebangkitan-Nya diangkat menjadi Putra Allah.<ref name="Nico Syukur"/> Kaum Monarkian Dinamis menganggap hal ini sebagai aktivitas atau energi Allah.<ref name="Linwood"/> Tokoh dari monarkianisme dinamis adalah [[Theodotus dari Byzantium]].<ref name="Linwood"/>
Menurut monarkianisme dinamis, dalam manusia Yesus berkaryalah suatu daya atau suatu kekuatan yang [[ilahi]] tetapi impersonal.<ref name="Nico Syukur"> Nico Syukur Dister OFM. 2004, Teologi Sistematika 1 -- Allah Penyelamat. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 132.</ref> Pandangan ini menganggap bahwa [[Yesus]] diangkat menjadi [[Putra]] [[Allah]].<ref name="Nico Syukur"/> Yesus bukanlah sungguh sungguh Allah melainkan manusia ''ilahi''.<ref name="Nico Syukur"/> Yesus yang manusia itu pada saat Ia dibaptiskan atau saat kebangkitan-Nya diangkat menjadi Putra Allah.<ref name="Nico Syukur"/> Kaum Monarkian Dinamis menganggap hal ini sebagai aktivitas atau energi Allah.<ref name="Linwood"/> Tokoh dari monarkianisme dinamis adalah [[Theodotus dari Byzantium]].<ref name="Linwood"/>


== Monarkianisme Modalistis ==
== Monarkianisme Modalistis ==
Monarkianisme modalistis juga berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan Allah.<ref name="Linwood"/> Allah itu hanya satu pribadi saja sedangkan [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] merupakan cara lain Allah menampakkan diri-Nya.<ref name="Nico Syukur"/> Pandangan ini berusaha menghilangkan perbedaan antara Bapa dan Putra.<ref name="Nico Syukur"/> Tokoh dari pandangan ini yang pertama adalah [[Praxeas]].<ref name="Linwood"/> Ia mengemukakan bahwa Allah secara keseluruhan haddi di dalam diri Yesus.<ref name="Linwood"/> Nama [[Bapa]], [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] adalah gelar yang berbeda yang diberikan kepada satu oknum yang ilahi yaitu Allah.<ref name="Linwood"/>
Monarkianisme modalistis juga berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan Allah.<ref name="Linwood"/> Allah itu hanya satu pribadi saja sedangkan [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] merupakan cara lain Allah menampakkan diri-Nya.<ref name="Nico Syukur"/> Pandangan ini berusaha menghilangkan perbedaan antara Bapa dan Putra.<ref name="Nico Syukur"/> Tokoh dari pandangan ini yang pertama adalah [[Praxeas]].<ref name="Linwood"/> Ia mengemukakan bahwa Allah secara keseluruhan haddi di dalam diri Yesus.<ref name="Linwood"/> Nama [[Bapa]], [[Putra]] dan [[Roh Kudus]] adalah gelar yang berbeda yang diberikan kepada satu oknum yang ilahi yaitu Allah.<ref name="Linwood"/>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 24 Januari 2017 11.37

Tertulianus

Monarkianisme merupakan sebuah istilah yang berasal dari Tertulianus untuk menyebut keyakinan bidaah yang begitu menekankan kesatuan Allah sehingga menolak Putra ilahi sebagai pribadi yang sendiri.[1] Ajaran ini mengajarkan bahwa Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah penampakan dari keallahan yang abstrak dan tak terjangkau.[2] Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah memang esa dan tunggal secara mutlak.[3] Sedangkan Anak Allah dan Roh Kudus itu hanyalah manifestasi dari Allah.[3] Oknum yang menjadi manusia, menderita dan bangkit itu adalah Allah (Bapa) itu sendiri.[3] Oleh karena itu kadangkala Monarkianisme disebut dengan patripassionisme yang berarti Bapa yang menderita.[3] Para pengikut ajaran ini disebut dengan Monarkian.[4] Hal ini dikarenakan mereka berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan dari keilahian.[4] Sebenarnya, monarkianisme muncul dalam usaha untuk menghindari politeisme yang terjadi pada abad kedua.[5] Kecenderungan akan politeisme itu muncul akibat gereja yang saat itu berubah haluan dari alam pikiran Palestina ke alam pikiran Yunani.[5] Ajaran ini terbagi dua yaitu Monarkianisme Dinamis dan Monarkianisme Modalistis.[4]

Monarkianisme Dinamis

Menurut monarkianisme dinamis, dalam manusia Yesus berkaryalah suatu daya atau suatu kekuatan yang ilahi tetapi impersonal.[5] Pandangan ini menganggap bahwa Yesus diangkat menjadi Putra Allah.[5] Yesus bukanlah sungguh sungguh Allah melainkan manusia ilahi.[5] Yesus yang manusia itu pada saat Ia dibaptiskan atau saat kebangkitan-Nya diangkat menjadi Putra Allah.[5] Kaum Monarkian Dinamis menganggap hal ini sebagai aktivitas atau energi Allah.[4] Tokoh dari monarkianisme dinamis adalah Theodotus dari Byzantium.[4]

Monarkianisme Modalistis

Monarkianisme modalistis juga berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan Allah.[4] Allah itu hanya satu pribadi saja sedangkan Putra dan Roh Kudus merupakan cara lain Allah menampakkan diri-Nya.[5] Pandangan ini berusaha menghilangkan perbedaan antara Bapa dan Putra.[5] Tokoh dari pandangan ini yang pertama adalah Praxeas.[4] Ia mengemukakan bahwa Allah secara keseluruhan haddi di dalam diri Yesus.[4] Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah gelar yang berbeda yang diberikan kepada satu oknum yang ilahi yaitu Allah.[4]

Referensi

  1. ^ (Indonesia)Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 204.
  2. ^ Konferensi Wali Gereja. 1996, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 318.
  3. ^ a b c d (Indonesia)C. Groenen, OFM. 1988, Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 107.
  4. ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Linwood Urban. 2006, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 68.
  5. ^ a b c d e f g h Nico Syukur Dister OFM. 2004, Teologi Sistematika 1 -- Allah Penyelamat. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 132.