Candi Selogriyo: Perbedaan antara revisi
k Robot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 32: | Baris 32: | ||
Arsitektur Indonesia Klasik berlatar belakang agama Hindu ini menghadap ke arah timur. Di empat sisi dinding bangunan candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. Arca-arca tersebut adalah [[Durga|Durga Mahisasuramardini]] (dinding utara), [[Ganesha]] (dinding barat), [[Agastya]] (dinding selatan), serta [[Nandiswara]] dan [[Mahakala]] (dinding timur). |
Arsitektur Indonesia Klasik berlatar belakang agama Hindu ini menghadap ke arah timur. Di empat sisi dinding bangunan candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. Arca-arca tersebut adalah [[Durga|Durga Mahisasuramardini]] (dinding utara), [[Ganesha]] (dinding barat), [[Agastya]] (dinding selatan), serta [[Nandiswara]] dan [[Mahakala]] (dinding timur). |
||
Salah satu keistimewaan candi tanpa perwara ini adalah kemuncaknya yang berbentuk buah [[keben]]. Kemuncak tersebut disebut ''amalaka''. |
Salah satu keistimewaan candi tanpa perwara ini adalah kemuncaknya yang berbentuk buah [[keben]]. Kemuncak tersebut disebut ''amalaka''. |
||
== Pemugaran == |
== Pemugaran == |
Revisi per 26 Januari 2017 08.55
Candi Selogriyo | |
---|---|
Galat Lua: . | |
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Candi Jawa Tengahan |
Kota | Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. |
Negara | Indonesia |
Candi Selogriyo adalah sebuah peninggalan purbakala di Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 M, pada masa Kerajaan Mataram Kuna.
Lokasi dan aksesibilitas
Candi Selogriyo berada di lereng timur kumpulan tiga bukit, yakni Bukit Condong, Giyanti, dan Malang, dengan ketinggian 740 mdpl. Secara administratif, candi ini berada di Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
Route yang terdekat adalah jalur Magelang-Bandongan. Sesampai di Pasar Bandongan belok ke kanan menuju kecamatan Windusari. Di sebuah pertigaan terdapat papan petunjuk arah ke candi. [1]
Bangunan candi
Arsitektur Indonesia Klasik berlatar belakang agama Hindu ini menghadap ke arah timur. Di empat sisi dinding bangunan candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. Arca-arca tersebut adalah Durga Mahisasuramardini (dinding utara), Ganesha (dinding barat), Agastya (dinding selatan), serta Nandiswara dan Mahakala (dinding timur).
Salah satu keistimewaan candi tanpa perwara ini adalah kemuncaknya yang berbentuk buah keben. Kemuncak tersebut disebut amalaka.
Pemugaran
Pada bulan Desember 1998, candi ini hancur karena bukit tempat bangunan berdiri mengalami kelongsoran. Proses rekonstruksi ulang selesai dilakukan pada tahun 2005.