Lompat ke isi

Revolusi Nausena Pavara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3: Baris 3:
'''''Revolusi Nausena Pavara''''' atau sering disebut juga ''[[Revolution in Naval Power]]'' adalah [[inovasi]] dan [[transformasi]] yang dilakukan oleh militer [[Angkatan Laut]] dari tahapan yang paling mendasar yang kemudian dilanjutkan oleh inovasi [[teknologi militer]] sebagai manifesto lebih spesifiknya.<ref name="satu">{{cite web|url=http://www.scribd.com/doc/98272243/Keumalahayati-Project-Dian-Aditya-Ning-Lestari-Pengembangan-Teknologi-Light-Destroyer-sebagai-Pelengkap-Revolusi-Nausena-Pavara|title=Pengembangan Teknologi Light Destroyer sebagai Pelengkap Revolusi Nausena Pavara|accessdate=17 Mei 2014|publisher=http://www.scribd.com}}</ref> [[Revolusi]] Nausena Pavara ini penting dilakukan terutama bagi negara-negara yang bertipe [[geografis]] kepulauan atau [[negara maritim]].<ref name="satu"/> Sebab ancaman yang diterima oleh negara maritim jauh lebih besar dan tingkat instabilitas keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan ''[[landlock country]]'' karena serangan dapat berasal dari berbagai sisi dan sumber tanpa bisa diketahui lebih detail tanpa penguasaan [[radar]] atau [[teknologi]] militer yang mumpuni.<ref name="satu"/> Sedangkan ''landlock country'' atau negara yang hanya berbatasan [[darat]] dengan negara lain memiliki sumber ancaman terhadap keamanan yang jelas karena [[perbatasan negara]] dapat didefinisikan dengan jelas pula.<ref name="satu"/> Selain itu, laut atau perairan memiliki arti yang sangat penting bagi negara kepulauan yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi.<ref name="satu"/>
'''''Revolusi Nausena Pavara''''' atau sering disebut juga ''[[Revolution in Naval Power]]'' adalah [[inovasi]] dan [[transformasi]] yang dilakukan oleh militer [[Angkatan Laut]] dari tahapan yang paling mendasar yang kemudian dilanjutkan oleh inovasi [[teknologi militer]] sebagai manifesto lebih spesifiknya.<ref name="satu">{{cite web|url=http://www.scribd.com/doc/98272243/Keumalahayati-Project-Dian-Aditya-Ning-Lestari-Pengembangan-Teknologi-Light-Destroyer-sebagai-Pelengkap-Revolusi-Nausena-Pavara|title=Pengembangan Teknologi Light Destroyer sebagai Pelengkap Revolusi Nausena Pavara|accessdate=17 Mei 2014|publisher=http://www.scribd.com}}</ref> [[Revolusi]] Nausena Pavara ini penting dilakukan terutama bagi negara-negara yang bertipe [[geografis]] kepulauan atau [[negara maritim]].<ref name="satu"/> Sebab ancaman yang diterima oleh negara maritim jauh lebih besar dan tingkat instabilitas keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan ''[[landlock country]]'' karena serangan dapat berasal dari berbagai sisi dan sumber tanpa bisa diketahui lebih detail tanpa penguasaan [[radar]] atau [[teknologi]] militer yang mumpuni.<ref name="satu"/> Sedangkan ''landlock country'' atau negara yang hanya berbatasan [[darat]] dengan negara lain memiliki sumber ancaman terhadap keamanan yang jelas karena [[perbatasan negara]] dapat didefinisikan dengan jelas pula.<ref name="satu"/> Selain itu, laut atau perairan memiliki arti yang sangat penting bagi negara kepulauan yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi.<ref name="satu"/>


Revolusi Nausena Pavara ini digunakan oleh [[Pemerintah Indonesia]] terkait dengan [[kebijakan]] pertahanan di bidang Angkatan Laut (TNI AL) karena sebagai negara kepulauan dengan 80 % [[wilayah laut]] dan 20 % [[wilayah darat]], potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.<ref name="dua">{{cite web|url=http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/Portals/0/Konsep%20Negara%20Maritim%20Dan%20Ketahanan%20Nasional..pdf|title=KONSEP NEGARA MARITIM DAN KETAHANAN NASIONAL|accessdate=17 Mei 2014|publisher=http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id}}</ref> Prosentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia berada pada [[lalu lintas]] [[perdagangan]] dunia.<ref name="dua"/> Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui ''[[Sea Lanes of Communication]]'' (SLOC) serta ''[[Sea Lines of Oil Trade]]'' (SLOT).<ref name="dua"/>
Revolusi Nausena Pavara ini digunakan oleh [[Pemerintah Indonesia]] terkait dengan [[kebijakan]] pertahanan di bidang Angkatan Laut (TNI AL) karena sebagai negara kepulauan dengan 80 % [[wilayah laut]] dan 20 % [[wilayah darat]], potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.<ref name="dua">{{cite web|url=http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id/Portals/0/Konsep%20Negara%20Maritim%20Dan%20Ketahanan%20Nasional..pdf|title=KONSEP NEGARA MARITIM DAN KETAHANAN NASIONAL|accessdate=17 Mei 2014|publisher=http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id}}</ref> Prosentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia berada pada [[lalu lintas]] [[perdagangan]] dunia.<ref name="dua"/> Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui ''[[Sea Lanes of Communication]]'' (SLOC) serta ''[[Sea Lines of Oil Trade]]'' (SLOT).<ref name="dua"/>
[[Berkas:Dewaruci-Amsterdam.jpg|thumb|175px|Kapal Perang Republik Indonesia]]
[[Berkas:Dewaruci-Amsterdam.jpg|thumb|175px|Kapal Perang Republik Indonesia]]

Revisi per 26 Januari 2017 08.57

Lambang TNI AL

Revolusi Nausena Pavara atau sering disebut juga Revolution in Naval Power adalah inovasi dan transformasi yang dilakukan oleh militer Angkatan Laut dari tahapan yang paling mendasar yang kemudian dilanjutkan oleh inovasi teknologi militer sebagai manifesto lebih spesifiknya.[1] Revolusi Nausena Pavara ini penting dilakukan terutama bagi negara-negara yang bertipe geografis kepulauan atau negara maritim.[1] Sebab ancaman yang diterima oleh negara maritim jauh lebih besar dan tingkat instabilitas keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan landlock country karena serangan dapat berasal dari berbagai sisi dan sumber tanpa bisa diketahui lebih detail tanpa penguasaan radar atau teknologi militer yang mumpuni.[1] Sedangkan landlock country atau negara yang hanya berbatasan darat dengan negara lain memiliki sumber ancaman terhadap keamanan yang jelas karena perbatasan negara dapat didefinisikan dengan jelas pula.[1] Selain itu, laut atau perairan memiliki arti yang sangat penting bagi negara kepulauan yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi.[1]

Revolusi Nausena Pavara ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kebijakan pertahanan di bidang Angkatan Laut (TNI AL) karena sebagai negara kepulauan dengan 80 % wilayah laut dan 20 % wilayah darat, potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.[2] Prosentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia berada pada lalu lintas perdagangan dunia.[2] Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade (SLOT).[2]

Kapal Perang Republik Indonesia

Referensi

  1. ^ a b c d e "Pengembangan Teknologi Light Destroyer sebagai Pelengkap Revolusi Nausena Pavara". http://www.scribd.com. Diakses tanggal 17 Mei 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  2. ^ a b c "KONSEP NEGARA MARITIM DAN KETAHANAN NASIONAL" (PDF). http://pusjianmar-seskoal.tnial.mil.id. Diakses tanggal 17 Mei 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)