Kapal jung: Perbedaan antara revisi
k bot Menambah: la:Iuncus (navis) |
k Robot: Cosmetic changes |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[ |
[[Berkas:Rigging4.png|thumb|250px|Kapal Jung]] |
||
'''Kapal Jung''' adalah sejenis [[kapal]] [[kapal layar|layar]], yang banyak terdapat di perairan [[Asia Tenggara]] sampai ke pantai timur [[Afrika]]. |
'''Kapal Jung''' adalah sejenis [[kapal]] [[kapal layar|layar]], yang banyak terdapat di perairan [[Asia Tenggara]] sampai ke pantai timur [[Afrika]]. |
||
==Para pelayar Jawa== |
== Para pelayar Jawa == |
||
:''"Orang [[Jawa]] sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang [[Tionghoa]] lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa."'' |
:''"Orang [[Jawa]] sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang [[Tionghoa]] lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa."'' |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
Di sana banyak saudagar dan [[nakhoda]] kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu Jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti kepiawaian orang Jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief [[Candi Borobudur]] yang memvisualkan perahu bercadik - belakangan disebut sebagai "Kapal Borobudur". |
Di sana banyak saudagar dan [[nakhoda]] kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu Jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti kepiawaian orang Jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief [[Candi Borobudur]] yang memvisualkan perahu bercadik - belakangan disebut sebagai "Kapal Borobudur". |
||
[[ |
[[Berkas:-HK CityHall Seaview 51217 5.png|thumb|250px|Kapal Jung]] |
||
==Konstruksi kapal jung== |
== Konstruksi kapal jung == |
||
Konstruksi perahu bercadik sangat unik. Lambung perahu dibentuk sebagai menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jawa jelas berbeda dengan [[kapal Tiongkok]] yang lambungnya dikencangkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Selain itu kapal Tiongkok memiliki kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan. |
Konstruksi perahu bercadik sangat unik. Lambung perahu dibentuk sebagai menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jawa jelas berbeda dengan [[kapal Tiongkok]] yang lambungnya dikencangkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Selain itu kapal Tiongkok memiliki kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan. |
||
==Kapal Borobudur== |
== Kapal Borobudur == |
||
Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum [[abad ke-13]]. Memasuki awal [[abad ke-8]], peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Pelaut [[Portugis]] menyebut ''juncos'', pelaut [[Italia]] menyebut ''zonchi''. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan [[Ibn Battuta]] yang berlayar ke [[Nusantara]], awal [[abad ke-14]] mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku. |
Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum [[abad ke-13]]. Memasuki awal [[abad ke-8]], peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Pelaut [[Portugis]] menyebut ''juncos'', pelaut [[Italia]] menyebut ''zonchi''. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan [[Ibn Battuta]] yang berlayar ke [[Nusantara]], awal [[abad ke-14]] mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku. |
||
Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan [[Alfonso de Albuquerque]], komandan armada Portugis yang menduduki Malaka pada [[1511]]. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis. |
Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan [[Alfonso de Albuquerque]], komandan armada Portugis yang menduduki Malaka pada [[1511]]. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis. |
||
[[ |
[[Berkas:Treasure Ship and Santa Maria.gif|thumb|250px|right|Perbandingan antara kapal jung [[Cheng Ho]] ("kapal harta") ([[1405]]) dengan kapal "[[Santa Maria (kapal)|Santa Maria]]" [[Christopher Columbus|Colombus]], [[1493|1492/93]].]] |
||
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari [[Kerajaan Demak]] bobotnya mencapai 1.000 [[ton]] yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada [[1513]]. Bisak dikatakan, kapal jung jawa ini disandingkan dengan [[kapal induk]] di era modern sekarang ini. |
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari [[Kerajaan Demak]] bobotnya mencapai 1.000 [[ton]] yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada [[1513]]. Bisak dikatakan, kapal jung jawa ini disandingkan dengan [[kapal induk]] di era modern sekarang ini. |
||
"Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa." tulis pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515). Hanya saja jung Jawa raksasa ini, menurut Tome Pires, lamban bergerak saat bertempur dedengan kapal-kapal portugis yang lebih ramping dan lincah. Dengan begitu, armada Portugis bisa menghalau jung Jawa dari perairan Malaka. |
"Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa." tulis pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515). Hanya saja jung Jawa raksasa ini, menurut Tome Pires, lamban bergerak saat bertempur dedengan kapal-kapal portugis yang lebih ramping dan lincah. Dengan begitu, armada Portugis bisa menghalau jung Jawa dari perairan Malaka. |
||
==Etimologi== |
== Etimologi == |
||
Banyak pendapat menyebutkan, Istilah ''jung'' berasal dari kata ''chuan'' dari [[bahasa Mandarin]] yang berarti perahu. Hanya saja, perubahan pengucapan dari ''chuan'' menjadi ''jung'' nampaknya terlalu jauh. Yang lebih mendekati adalah "jong' dalam bahasa Jawa yang artinya kapal. Kata jong dapat ditemukan dalam sejumlah prasasti Jawa kuno [[abad ke 9]]. Undang-undang laut Melayu yang disusun pada abad ke-15 juga menggunakan kata jung untuk menyebut kapal pengangkut barang. Yang jelas berasal dari sebuah bahasa di Tiongkok adalah kata ''[[wangkang]]'' yang artinya kurang lebih sama dengan jung. |
Banyak pendapat menyebutkan, Istilah ''jung'' berasal dari kata ''chuan'' dari [[bahasa Mandarin]] yang berarti perahu. Hanya saja, perubahan pengucapan dari ''chuan'' menjadi ''jung'' nampaknya terlalu jauh. Yang lebih mendekati adalah "jong' dalam bahasa Jawa yang artinya kapal. Kata jong dapat ditemukan dalam sejumlah prasasti Jawa kuno [[abad ke 9]]. Undang-undang laut Melayu yang disusun pada abad ke-15 juga menggunakan kata jung untuk menyebut kapal pengangkut barang. Yang jelas berasal dari sebuah bahasa di Tiongkok adalah kata ''[[wangkang]]'' yang artinya kurang lebih sama dengan jung. |
||
==Hilangnya jung Jawa dari sejarah== |
== Hilangnya jung Jawa dari sejarah == |
||
Jung pada [[abad ke-15]] hingga [[abad ke-16|ke-16]] tidak hanya digunakan pada pelaut Jawa. Para pelaut Melayu dan Tionghoa juga menggunakan kapal layar jenis ini. Jung memegang peranan penting dalam perdagangan Asia Tenggara masa lampau. Ia menyatukan jalur perdagangan Asia Tengara yang meliputi Campa (ujung selatan [[Vietnam]]) , Ayutthaya ([[Thailand]]), [[Aceh]], Malaka dan [[Makassar]]. |
Jung pada [[abad ke-15]] hingga [[abad ke-16|ke-16]] tidak hanya digunakan pada pelaut Jawa. Para pelaut Melayu dan Tionghoa juga menggunakan kapal layar jenis ini. Jung memegang peranan penting dalam perdagangan Asia Tenggara masa lampau. Ia menyatukan jalur perdagangan Asia Tengara yang meliputi Campa (ujung selatan [[Vietnam]]) , Ayutthaya ([[Thailand]]), [[Aceh]], Malaka dan [[Makassar]]. |
||
Revisi per 11 Februari 2008 10.56
Kapal Jung adalah sejenis kapal layar, yang banyak terdapat di perairan Asia Tenggara sampai ke pantai timur Afrika.
Para pelayar Jawa
- "Orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang Tionghoa lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa."
Demikian tulis Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit 1645. Bahkan, pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.
Tatkala pelaut Portugis mencapai perairan Asia Tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kawasan ini didominasi kapal-kapal Jung Jawa. Kapal dagang milik orang Jawa ini menguasai jalur rempah rempah yang sangat vital, antara Maluku, Jawa, dan Malaka. Kota pelabuhan Malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang Jawa.
Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu Jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti kepiawaian orang Jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief Candi Borobudur yang memvisualkan perahu bercadik - belakangan disebut sebagai "Kapal Borobudur".
Konstruksi kapal jung
Konstruksi perahu bercadik sangat unik. Lambung perahu dibentuk sebagai menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jawa jelas berbeda dengan kapal Tiongkok yang lambungnya dikencangkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Selain itu kapal Tiongkok memiliki kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan.
Kapal Borobudur
Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8, peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan Alfonso de Albuquerque, komandan armada Portugis yang menduduki Malaka pada 1511. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis.
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisak dikatakan, kapal jung jawa ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.
"Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa." tulis pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515). Hanya saja jung Jawa raksasa ini, menurut Tome Pires, lamban bergerak saat bertempur dedengan kapal-kapal portugis yang lebih ramping dan lincah. Dengan begitu, armada Portugis bisa menghalau jung Jawa dari perairan Malaka.
Etimologi
Banyak pendapat menyebutkan, Istilah jung berasal dari kata chuan dari bahasa Mandarin yang berarti perahu. Hanya saja, perubahan pengucapan dari chuan menjadi jung nampaknya terlalu jauh. Yang lebih mendekati adalah "jong' dalam bahasa Jawa yang artinya kapal. Kata jong dapat ditemukan dalam sejumlah prasasti Jawa kuno abad ke 9. Undang-undang laut Melayu yang disusun pada abad ke-15 juga menggunakan kata jung untuk menyebut kapal pengangkut barang. Yang jelas berasal dari sebuah bahasa di Tiongkok adalah kata wangkang yang artinya kurang lebih sama dengan jung.
Hilangnya jung Jawa dari sejarah
Jung pada abad ke-15 hingga ke-16 tidak hanya digunakan pada pelaut Jawa. Para pelaut Melayu dan Tionghoa juga menggunakan kapal layar jenis ini. Jung memegang peranan penting dalam perdagangan Asia Tenggara masa lampau. Ia menyatukan jalur perdagangan Asia Tengara yang meliputi Campa (ujung selatan Vietnam) , Ayutthaya (Thailand), Aceh, Malaka dan Makassar.
Hanya saja, keadaan itu berbanding terbalik menjelang akhir abad ke-17, ketika perang Jawa tidak bisa lagi membawa hasil bumi dengan jungnya ke pelbagai penjuru dunia. Bahkan, orang Jawa sudah tidak lagi punya galangan kapal. Kantor Maskapai Perdagangan Hindia-Belanda (VOC) di Batavia melaporkan pada 1677 bahwa orang-orang Mataram di Jawa Tengah tidak lagi memiliki kapal-kapal besar.
Para sejarawan menyimpulkan, jung dan tradisi besar maritim Jawa hancur akibat ekspansi militer-perniagaan Belanda. Serta, sikap represif Sultan Agung dari Mataram terhadap kota kota pesisir utara Jawa. Lebih celaka lagi, raja-raja Mataram pengganti Sultan Agung bersikap anti perniagaan. Apa boleh buat, kejayaan jung Jawa hanya tinggal kenangan.