Tsunami: Perbedaan antara revisi
Baris 28: | Baris 28: | ||
* [[1755]] - Tsunami menghancurkan [[Lisboa]] [[ibukota]] [[Portugal]] dan menelan 60.000 korban jiwa. |
* [[1755]] - Tsunami menghancurkan [[Lisboa]] [[ibukota]] [[Portugal]] dan menelan 60.000 korban jiwa. |
||
* [[1883]] - Pada tanggal [[26 Agustus]], letusan gunung [[Krakatau]] dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa. |
* [[1883]] - Pada tanggal [[26 Agustus]], letusan gunung [[Krakatau]] dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa. |
||
* [[2004]] - Pada tanggal [[25 Desember|25]]-[[26 Desember]] 2004, tsunami menelan korban jiwa lebih dari |
* [[2004]] - Pada tanggal [[25 Desember|25]]-[[26 Desember]] 2004, tsunami menelan korban jiwa lebih dari 120.000 di [[Asia Selatan]], [[Asia Tenggara]] dan [[Afrika]]. Silahkan melihat artikel: [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004]] lebih lanjut. |
||
==Pranala Luar== |
==Pranala Luar== |
Revisi per 31 Desember 2004 09.31
Tsunami (dalam bahasa Jepang: 津波 yang secara harafiah berarti "ombak besar (nami) di pelabuhan (tsu)"), adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap, fungsi ketinggiannya dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak disadari apabila melintasi air dalam, tetapi meningkat kepada ketinggian 30 meter atau lebih. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.
Kebanyakan kota di sekitar samudra Pasifik, terutama di Jepang tetapi juga di Hawaii, mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami yang serius berlaku. Tsunami akan dijangka dengan berbagai lembaga seismologi di seluruh dunia dan perkembangannya dipantau melalui satelit.
Bukti menunjukkan tidak mustahil berlakunya megatsunami, yang akan menyebabkan sebagian besar pulau tenggelam ke dalam laut.
Penyebab terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air. Misalnya, jika dasar laut tiba-tiba longsor dan secara vertikal menyedot air yang berada di atasnya. Hal ini dapat terjadi jika terjadi gempa tektonis, sejenis gempa yang diasosiasikan dengan deformasi kerak bumi. Ketika gempa ini terjadi di bawah laut, air yang berada di atas lokasi gempa akan tersedot dari posisi kesetimbangan awalnya. Hal ini membentuk gelombang, yang bekerja berdasarkan gaya grafitasi, yang berusaha mencapai kesetimbangan yang baru. Jika ada sebagian besar dasar laut yang bergeser naik atau turun, tsunami dapat terjadi.
Gerakan vertikal kerak bumi dapat terjadi pada perbatasan lempeng bumi.
Sistem Peringatan Dini
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawai, mempunyai sistem peringatan dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui satelit.
Perekam tekanan dasar yang menggunakan buoy sebagai alat komunikasinya, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, sistem prediksi tsunami masih merupakan ilmu yang tidak sempurna, dalam arti belum dapat sepenuhnya mendeteksi kejadian tsunami. Meskipun episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung, namun bagaimana mengetahui seberapa besar perpindahan massa air yang terjadi, masih tidak mungkin dapat dihitung. Sehingga, sering terjadi peringatan palsu.
Tsunami dalam sejarah
- 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa ibukota Portugal dan menelan 60.000 korban jiwa.
- 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
- 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, tsunami menelan korban jiwa lebih dari 120.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Silahkan melihat artikel: Gempa bumi Samudra Hindia 2004 lebih lanjut.