Lompat ke isi

Tribangga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6: Baris 6:
== Tribangga dalam seni pahat ==
== Tribangga dalam seni pahat ==
[[Berkas:White avalokiteshvara.jpg|thumb|left|130px|Arca [[Awalokiteswara]] Putih dari [[Nepal]], abad ke-14, dalam sikap ''tribangga''.]]
[[Berkas:White avalokiteshvara.jpg|thumb|left|130px|Arca [[Awalokiteswara]] Putih dari [[Nepal]], abad ke-14, dalam sikap ''tribangga''.]]
[[Berkas:Belur 3a.jpg|thumb|140px|Arca [[Salabanjika]], [[Belur]], dalam sikap ''tribangga'', abad ke-12.]]
[[Berkas:Belur 3a.jpg|thumb|140px|Arca [[Salabanjika]], [[Belur]], dalam sikap tribangga, abad ke-12.]]
Seperti banyak sikap tubuh lain yang digunakan dalam tari tradisional India, termasuk dalam tari [[Odissi]], [[Bharata Natyam]], dan [[Kathak]], tribanggi atau tribangga dapat dijumpai pula pada [[arca|arca-arca]] India. Menurut tradisi, [[Yaksini|Yaksi]] digambarkan sedang menyentuh dahan pohon dalam sikap ''tribangga'', sama seperti ''[[Salabanjika]]'', yang contoh-contohnya dari abad ke-12 dapat dijumpai di kuil-kuil [[Kemaharajaan Hoysala|Hoysala]] di [[Belur]], [[Karnataka]] Tengah-Selatan, dan di kuil-kuil [[Gugus monumen Khajuraho|Khajuraho]] yang didirikan sekitar abad ke-9 M, tempat [[Wisnu]] digambarkan di banyak tempat dalam sikap tubuh yang lazimnya merupakan sikap tubuh [[Kresna]], yakni sedang meniup seruling dalam sikap tribangga.<ref name="hi">{{cite book|last=Sehgal|first=Sunil |title=Encyclopaedia of Hinduism: (H - Q)|url=https://books.google.com/books?id=wNQ82_yYeK8C&pg=PA868&dq=Tribhanga#v=onepage&q=Tribhanga&f=false|year=1999|publisher=Sarup & Sons|isbn=81-7625-064-3|page=868}}</ref><ref>{{cite book|last=Deva|first=Krishna |title=Temples of Khajuraho, (Volume 1) Issue 5 of Architectural survey of temples|year=1990|publisher=Archaeological Survey of India|page=205}}</ref> Naskah-naskah [[Āgama (Hindu)|Agama]] menganjurkan agar arca-arca [[Siwa]] dipahat membentuk sikap ''tribangga'' dan menghadap ke arah timur, seperti yang tampak pada kuil-kuil dari abad ke-8 sampai ke-12 M.<ref>{{cite book|last=Kalia|first=Asha |title=Art of Osian temples: socio-economic and religious life in India, 8th-12th centuries A.D|url=https://books.google.com/books?id=3n-sycLo3XQC&pg=RA1-PA95&dq=Tribhanga#v=onepage&q=Tribhanga&f=false|year=1992|publisher=Abhinav Publications|isbn=0-391-02558-9|page=95}}</ref>
Seperti banyak sikap tubuh lain yang digunakan dalam tari tradisional India, termasuk dalam tari [[Odissi]], tari [[Bharata Natyam]], dan tari [[Kathak]], tribanggi atau tribangga dapat dijumpai pula pada [[arca|arca-arca]] India. Menurut tradisi, [[Yaksini|Yaksi]] digambarkan sedang menyentuh dahan pohon dalam sikap tribangga, sama seperti ''[[Salabanjika]]''. Contoh-contohnya, yang berasal dari abad ke-12, dapat dijumpai di kuil-kuil peninggalan [[Kemaharajaan Hoysala]] di [[Belur]], [[Karnataka]] Tengah-Selatan, dan juga di kuil-kuil [[Gugus monumen Khajuraho|Khajuraho]] yang didirikan sekitar abad ke-9 M, tempat arca [[Wisnu]] terpahat di banyak tempat dalam sikap tubuh yang lazimnya diperuntukkan bagi [[Kresna]], yakni sedang meniup seruling dalam sikap tribangga.<ref name="hi">{{cite book|last=Sehgal|first=Sunil |title=Encyclopaedia of Hinduism: (H - Q)|url=https://books.google.com/books?id=wNQ82_yYeK8C&pg=PA868&dq=Tribhanga#v=onepage&q=Tribhanga&f=false|year=1999|publisher=Sarup & Sons|isbn=81-7625-064-3|page=868}}</ref><ref>{{cite book|last=Deva|first=Krishna |title=Temples of Khajuraho, (Volume 1) Issue 5 of Architectural survey of temples|year=1990|publisher=Archaeological Survey of India|page=205}}</ref> Naskah-naskah [[Āgama (Hindu)|Āgama]] menganjurkan agar arca-arca [[Siwa]] dipahat membentuk sikap tribangga dan menghadap ke arah timur, seperti yang tampak pada kuil-kuil dari abad ke-8 sampai ke-12 M.<ref>{{cite book|last=Kalia|first=Asha |title=Art of Osian temples: socio-economic and religious life in India, 8th-12th centuries A.D|url=https://books.google.com/books?id=3n-sycLo3XQC&pg=RA1-PA95&dq=Tribhanga#v=onepage&q=Tribhanga&f=false|year=1992|publisher=Abhinav Publications|isbn=0-391-02558-9|page=95}}</ref>


Arca sesembahan utama kuil [[Simhachalam]], di dekat [[Visakhapatnam]], yakni manusia-singa (''[[Narasinga]]'') titisan Batara Mahawisnu, tegak dalam sikap ''tribangga''. Pada bagian belakang arca, terdapat prasasti bertarikh 1098, masa pemerintahan Raja Kulothungga dari [[Dinasti Chola|Wangsa Chola]]. [[Arca Rama Tirumala]] di [[Kuil Venkateswara, Tirumala]] yang termasyhur di [[Andhra Pradesh]] juga dibuat dalam sikap tubuh yang sama.<ref name = 'Tirumalatemple'>{{cite book |author=Dr N Ramesan|title=The Tirumala Temple |year=1981 |publisher=[[Tirumala Tirupati Devasthanams]]|location=[[Tirumala]]}}</ref> Gaya pahatan ini ikut terbawa bersama pengaruh budaya India sampai ke Tiongkok, sebagaimana yang tampak pada beberapa arca di [[Gua Maijishan]] dari penghujung zaman Wangsa Qin (384-417 M). Beberapa arca Buddha di Thailand juga dibuat dalam sikap ''tribangga'' (dalam posisi berbaring), demikian pula beberapa arca [[Bodhisatwa]] di [[Yakushi-ji]], kuil kuno [[Agama Buddha]] di Nara, [[Jepang]], yang didirikan pada 680 M, atau pada [[Periode Hakuhō]].
Arca utama kuil [[Simhachalam]], di dekat [[Visakhapatnam]], yakni manusia-singa (''[[Narasinga]]'') titisan Batara Mahawisnu, tegak dalam sikap tribangga. Pada bagian belakang arca, terdapat prasasti bertarikh 1098, masa pemerintahan Raja Kulothungga dari [[Dinasti Chola|Wangsa Chola]]. [[Arca Rama Tirumala]] di [[Kuil Venkateswara, Tirumala]], [[Andhra Pradesh]] yang termasyhur itu juga dibuat dalam sikap tubuh yang sama.<ref name = 'Tirumalatemple'>{{cite book |author=Dr N Ramesan|title=The Tirumala Temple |year=1981 |publisher=[[Tirumala Tirupati Devasthanams]]|location=[[Tirumala]]}}</ref> Gaya pembuatan arca ini ikut terbawa bersama pengaruh budaya India sampai ke Tiongkok, sebagaimana yang tampak pada beberapa arca di [[Gua Maijishan]] dari penghujung zaman Wangsa Qin (384-417 M). Beberapa arca Buddha di Thailand juga dibuat dalam sikap tribangga (dalam posisi berbaring), demikian pula beberapa arca [[Bodhisatwa]] di [[Yakushi-ji]], kuil kuno [[Agama Buddha]] di Nara, [[Jepang]], yang didirikan pada 680 M, yakni pada [[Periode Hakuhō]].


{{-}}
{{-}}

Revisi per 31 Mei 2017 14.40

Batara Kresna menganjung Gunung Gowardana dalam sikap tribangga.

Tribangga adalah sikap tubuh saat berdiri yang digunakan dalam seni rupa tradisional India, dan tari klasik India seperti Odissi.[1] Dibandingkan dengan contrapposto, tribangga (secara harfiah berarti tiga tekuk) dibentuk oleh tiga keluk pada tubuh; di leher, pinggang, dan lutut, membentuk dua cekungan berlawanan arah, yakni di pinggang dan di leher, sehingga bentuk tubuh mendekati bentuk huruf "S".[2] Tribangga dianggap sebagai sikap tubuh yang paling anggun dan memikat indra dalam tari Odissi.[3] Tribangga juga sangat erat dikaitkan dengan Batara Kresna, Dewa Hindu yang seringkali digambarkan dalam sikap tubuh ini.[4]

Tari klasik India, Odissi, bercirikan berbagai bangga atau sikap tubuh, termasuk menghentakkan kaki dan berbagai sikap tubuh yang memukau seperti yang tampak pada arca-arca India. Ada empat macam sikap tubuh, yakni bangga, abangga, atibangga, dan tribangga yang paling lazim dijumpai.[5] Istilah tribangga dalam bahasa Sanskerta berarti tiga-bangga, dan menurut K. M. Varma, bukanlah nama dari sikap tubuh tertentu melainkan istilah yang digunakan dalam Kitab Silpasastra untuk menyebut himpunan “tiga macam bangga”, yakni abangga, samabangga, dan atibangga.[6]

Tribangga dalam seni pahat

Arca Awalokiteswara Putih dari Nepal, abad ke-14, dalam sikap tribangga.
Arca Salabanjika, Belur, dalam sikap tribangga, abad ke-12.

Seperti banyak sikap tubuh lain yang digunakan dalam tari tradisional India, termasuk dalam tari Odissi, tari Bharata Natyam, dan tari Kathak, tribanggi atau tribangga dapat dijumpai pula pada arca-arca India. Menurut tradisi, Yaksi digambarkan sedang menyentuh dahan pohon dalam sikap tribangga, sama seperti Salabanjika. Contoh-contohnya, yang berasal dari abad ke-12, dapat dijumpai di kuil-kuil peninggalan Kemaharajaan Hoysala di Belur, Karnataka Tengah-Selatan, dan juga di kuil-kuil Khajuraho yang didirikan sekitar abad ke-9 M, tempat arca Wisnu terpahat di banyak tempat dalam sikap tubuh yang lazimnya diperuntukkan bagi Kresna, yakni sedang meniup seruling dalam sikap tribangga.[5][7] Naskah-naskah Āgama menganjurkan agar arca-arca Siwa dipahat membentuk sikap tribangga dan menghadap ke arah timur, seperti yang tampak pada kuil-kuil dari abad ke-8 sampai ke-12 M.[8]

Arca utama kuil Simhachalam, di dekat Visakhapatnam, yakni manusia-singa (Narasinga) titisan Batara Mahawisnu, tegak dalam sikap tribangga. Pada bagian belakang arca, terdapat prasasti bertarikh 1098, masa pemerintahan Raja Kulothungga dari Wangsa Chola. Arca Rama Tirumala di Kuil Venkateswara, Tirumala, Andhra Pradesh yang termasyhur itu juga dibuat dalam sikap tubuh yang sama.[9] Gaya pembuatan arca ini ikut terbawa bersama pengaruh budaya India sampai ke Tiongkok, sebagaimana yang tampak pada beberapa arca di Gua Maijishan dari penghujung zaman Wangsa Qin (384-417 M). Beberapa arca Buddha di Thailand juga dibuat dalam sikap tribangga (dalam posisi berbaring), demikian pula beberapa arca Bodhisatwa di Yakushi-ji, kuil kuno Agama Buddha di Nara, Jepang, yang didirikan pada 680 M, yakni pada Periode Hakuhō.

Rujukan

  1. ^ Varma, K. M. (1983). Myth of the so-called "tribhaṅga" as a "pose", or, The nature and number of bhaṅgas. Proddu. hlm. 15. 
  2. ^ "Glossary of Indian Art". 
  3. ^ Harding, Paul; Patrick Horton; Janine Eberle; Amy Karafin; Simon Richmond (2005). South India. Lonely Planet. hlm. 65. ISBN 1-74104-165-1. 
  4. ^ Dasa, Hayagriva (1985). The Hare Krishna explosion: the birth of Krishna consciousness in America, 1966-1969. Palace Press. hlm. 162. 
  5. ^ a b Sehgal, Sunil (1999). Encyclopaedia of Hinduism: (H - Q). Sarup & Sons. hlm. 868. ISBN 81-7625-064-3. 
  6. ^ Cf. Varma, K. M. Myth of the So-called ‘Tribhanga’ as a ‘Pose’. (Santiniketan, 1983).
  7. ^ Deva, Krishna (1990). Temples of Khajuraho, (Volume 1) Issue 5 of Architectural survey of temples. Archaeological Survey of India. hlm. 205. 
  8. ^ Kalia, Asha (1992). Art of Osian temples: socio-economic and religious life in India, 8th-12th centuries A.D. Abhinav Publications. hlm. 95. ISBN 0-391-02558-9. 
  9. ^ Dr N Ramesan (1981). The Tirumala Temple. Tirumala: Tirumala Tirupati Devasthanams. 

Pranala luar