Lompat ke isi

Jacques Rancière: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
06Ivonne (bicara | kontrib)
06Ivonne (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23: Baris 23:


==Pemikiran==
==Pemikiran==
Pemikiran Rancière menemukan aplikasinya di bidang politik, estetika dan [[seni]], serta [[pendidikan]].
Pemikiran Rancière menemukan aplikasinya di bidang politik, estetika dan seni, serta pendidikan. Di bidang pendidikan, pemikiran Rancière dituangkan dalam bukunya yang berjudul ''Le Maître ignorant: Cinq leçons sur l'émancipation intellectuelle'' ("Guru yang TIdak Tahu: Lima Pelajaran mengenai Emansipasi Intelektual"). Bertolak dari pengalaman Joseph Jacotot, seorang pendidik Perancis di abad ke-19, Rancière mengkritik model pendidikan modern yang dianggapnya selalu berakhir pada "pembebalan".<ref>{{Cite book|url=http://pendidikanalternatif.org/wp-content/uploads/2016/11/Makalah-Romo-Setyo.pdf|title=Pengajaran Universal Alamiah : Filsafat Pendidikan Jacques Rancière|last=Wibowo|first=A. Setyo|publisher=Majalah Basis No. 11-12|year=2013|isbn=|location=Jakarta|pages=20-28}}</ref> Ia pun mengedepankan metode kesetaraan, dimana kesetaraan bukanlah lagi sebuah tujuan yang harus dicapai melainkan sebuah titik tolak awal yang harus di tanamkan dalam setiap keadaan.

===Pengajaran universal===
Di bidang pendidikan, pemikiran Rancière dituangkan dalam bukunya yang berjudul Guru yang TIdak Tahu: Lima Pelajaran mengenai Emansipasi Intelektual ("''Le Maître ignorant: Cinq leçons sur l'émancipation intellectuelle''"). Bertolak dari pengalaman Joseph Jacotot, Rancière mengkritik model pendidikan modern yang dianggapnya selalu berakhir pada "pembebalan".<ref name="setyo">{{Cite book|url=http://pendidikanalternatif.org/wp-content/uploads/2016/11/Makalah-Romo-Setyo.pdf|title=Pengajaran Universal Alamiah : Filsafat Pendidikan Jacques Rancière|last=Wibowo|first=A. Setyo|publisher=Majalah Basis No. 11-12|year=2013|isbn=|location=Jakarta|pages=20-28}}</ref> Jacotot merupakan seorang pendidik Perancis di abad ke-19 yang pindah ke [[Belanda]] dan menjadi pengajar [[sastra Perancis]] bagi murid-murid Belanda di sana. Hanya saja, Jacott sama sekali tidak bisa berbahasa Belanda dan sebaliknya, murid-muridnya pun tidak dapat berbahasa Perancis. Karena tidak adanya kemampuan untuk saling berkomunikasi, Jacotot menggunakan cara lain untuk mengajarkan bahasa Perancis. Ketika itu, telah diterbitkan sebuah novel [[Petualangan Telemakhos]] karya [[François Fénelon]] edisi dwi bahasa, Perancis dan Belanda. Dengan bantuan seorang penerjemah, Jacotot menugaskan murid-muridnya untuk membaca buku tersebut berulang-ulang sehingga mereka mendapat sedikit pemahaman bahasa Perancis. Setelah itu, ia meminta mereka menuliskan pendapat mereka tentang buku tersebut dalam bahasa Perancis. Ketika itu Jacotot tidak berharap banyak kepada murid-muridnya. Namun, ternyata kemampuan mereka melebih ekspektasi Jacotot. Ia pun mengambil kesimpulan bahwa apabila ia dapat mengajarkan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti kepada orang lain maka pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan yang sama untuk memahami sesuatu.<ref name="setyo"></ref>

Dengan ini, Rancière pun mengkritik mitos yang selama ini dipegang teguh oleh dunia pendidikan, yaitu bahwa agar dapat memahami suatu pengetahuan maka dibutuhkan penjelasan oleh guru kepada murid. Menurutnya, metode semacam ini malah membuat jurang antara yang dianggap mampu (guru) dan yang dianggap tidak mampu (murid). Sebaliknya, ia mengedepankan kesetaraan yang dimiliki oleh setiap insan manusia dalam hal kepintaran dan kemampuan berpikir. Baginya, kesetaraan bukanlah lagi sebuah tujuan yang harus dicapai melainkan sebuah titik tolak awal yang harus di tanamkan dalam setiap keadaan.<ref name="setyo"></ref> Dengan menyadari kesetaraan intelektual yang dimiliki oleh semua orang, kegiatan ajar-mengajar tidak lagi bertumpu pada penjelasan melainkan pada kehendak guru yang memerintah dan kehendak murid yang ingin belajar.


==Publikasi==
==Publikasi==
Baris 29: Baris 34:


=== Tentang Politik: ===
=== Tentang Politik: ===
** La mésentente, 1995
* La mésentente, 1995
** Aux bords du politique, 1998
* Aux bords du politique, 1998
**La haine de la démocratie, 2005
*La haine de la démocratie, 2005


=== Tentang Estetika: ===
=== Tentang Estetika: ===
**Le partage du sensible, 2000
*Le partage du sensible, 2000
**Le destin des images , 2003
*Le destin des images , 2003
**Malaise dans l’esthétique, 2004
*Malaise dans l’esthétique, 2004


=== Tentang Film: ===
=== Tentang Film: ===
**La fable cinématographique, 2001
*La fable cinématographique, 2001


=== Tentang Sastra: ===
=== Tentang Sastra: ===
**Mallarmé. La politique de la sirène, 1996
*Mallarmé. La politique de la sirène, 1996
**La parole muette, 1998
*La parole muette, 1998


==Rujukan==
==Rujukan==

Revisi per 31 Juli 2017 12.11

Jacques Rancière
Lahir1940
Algiers, Aljazair Perancis
AlmamaterÉcole Normale Supérieure
EraAbad ke-20
KawasanFilsafat barat
AliranFilsafat kontinental
Marxisme Struktural
InstitusiUniversitas Paris VIII
Minat utama
Politik, Estetika
Gagasan penting
Demokrasi radikal, pertentangan, estetika visual, "bagian dari tanpa bagian" (la part de sans part), partage du sensible

Jacques Rancière (bahasa Prancis: [ʁɑ̃sjɛʁ])(lahir di tahun 1940 di Algeria) adalah seorang filsuf asal Perancis yang mendalami mengenai politik dan estetika. Ia merupakan profesor emeritus di Universitas Paris VIII (Saint-Denis) dan profesor filsafat di Sekolah Tinggi Eropa (European Graduate School) di Saas-Fee.

Kehidupan

Rancière merupakan salah satu murid Louis Althusser yang ikut bersama-sama murid lainnya menulis buku "Membaca Kapital" yang membahas karya Karl Marx. Di kemudian hari, Rancière berselisih paham dengan gurunya ini mengenai peristiwa Mei 1968 di Paris. Bagi Rancière, Althusser dan teori yang dikembangkannya terlalu kaku dan karenanya tidak menyetujui maupun melegitimasi pergerakan rakyat melawan keotoriteran negara yang terjadi secara tiba-tiba pada masa itu. Seperti kebanyakan teman-teman seangkatannya, pemikiran Rancière sangatlah dipengaruhi oleh peristiwa Mei 1968.

Pemikiran

Pemikiran Rancière menemukan aplikasinya di bidang politik, estetika dan seni, serta pendidikan.

Pengajaran universal

Di bidang pendidikan, pemikiran Rancière dituangkan dalam bukunya yang berjudul Guru yang TIdak Tahu: Lima Pelajaran mengenai Emansipasi Intelektual ("Le Maître ignorant: Cinq leçons sur l'émancipation intellectuelle"). Bertolak dari pengalaman Joseph Jacotot, Rancière mengkritik model pendidikan modern yang dianggapnya selalu berakhir pada "pembebalan".[1] Jacotot merupakan seorang pendidik Perancis di abad ke-19 yang pindah ke Belanda dan menjadi pengajar sastra Perancis bagi murid-murid Belanda di sana. Hanya saja, Jacott sama sekali tidak bisa berbahasa Belanda dan sebaliknya, murid-muridnya pun tidak dapat berbahasa Perancis. Karena tidak adanya kemampuan untuk saling berkomunikasi, Jacotot menggunakan cara lain untuk mengajarkan bahasa Perancis. Ketika itu, telah diterbitkan sebuah novel Petualangan Telemakhos karya François Fénelon edisi dwi bahasa, Perancis dan Belanda. Dengan bantuan seorang penerjemah, Jacotot menugaskan murid-muridnya untuk membaca buku tersebut berulang-ulang sehingga mereka mendapat sedikit pemahaman bahasa Perancis. Setelah itu, ia meminta mereka menuliskan pendapat mereka tentang buku tersebut dalam bahasa Perancis. Ketika itu Jacotot tidak berharap banyak kepada murid-muridnya. Namun, ternyata kemampuan mereka melebih ekspektasi Jacotot. Ia pun mengambil kesimpulan bahwa apabila ia dapat mengajarkan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti kepada orang lain maka pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan yang sama untuk memahami sesuatu.[1]

Dengan ini, Rancière pun mengkritik mitos yang selama ini dipegang teguh oleh dunia pendidikan, yaitu bahwa agar dapat memahami suatu pengetahuan maka dibutuhkan penjelasan oleh guru kepada murid. Menurutnya, metode semacam ini malah membuat jurang antara yang dianggap mampu (guru) dan yang dianggap tidak mampu (murid). Sebaliknya, ia mengedepankan kesetaraan yang dimiliki oleh setiap insan manusia dalam hal kepintaran dan kemampuan berpikir. Baginya, kesetaraan bukanlah lagi sebuah tujuan yang harus dicapai melainkan sebuah titik tolak awal yang harus di tanamkan dalam setiap keadaan.[1] Dengan menyadari kesetaraan intelektual yang dimiliki oleh semua orang, kegiatan ajar-mengajar tidak lagi bertumpu pada penjelasan melainkan pada kehendak guru yang memerintah dan kehendak murid yang ingin belajar.

Publikasi

Beberapa karya Rancière yang dipublikasikan dalam Bahasa Perancis:

Tentang Politik:

  • La mésentente, 1995
  • Aux bords du politique, 1998
  • La haine de la démocratie, 2005

Tentang Estetika:

  • Le partage du sensible, 2000
  • Le destin des images , 2003
  • Malaise dans l’esthétique, 2004

Tentang Film:

  • La fable cinématographique, 2001

Tentang Sastra:

  • Mallarmé. La politique de la sirène, 1996
  • La parole muette, 1998

Rujukan

  1. ^ a b c Wibowo, A. Setyo (2013). Pengajaran Universal Alamiah : Filsafat Pendidikan Jacques Rancière (PDF). Jakarta: Majalah Basis No. 11-12. hlm. 20–28.