Lompat ke isi

Anwar Fuady: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Grlim21 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 120: Baris 120:
[[Kategori:Selebriti-Politisi Indonesia]]
[[Kategori:Selebriti-Politisi Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Sumatera Selatan]]

Revisi per 13 Agustus 2017 12.10

Templat:Infobox artis indonesia Anwar Fuady (lahir 14 Maret 1947) adalah aktor senior Indonesia. Mantan Ketua PARSI periode 1998-2006 ini bermain sebagai peran antagonis hampir di semua film dan sinetron yang dibintanginya.

Biografi

Anwar telah tertarik pada dunia perfilman sejak kecil, hal ini bisa ajdi dipengaruhi oleh jarak bioskop yang terbilang dekat dengan rumahnya. Setelah menyelesaikan SMA, Anwar pun memilih melanjutkan di Akademi Teater dan Film (ATF), Jakarta. Impiannya menjadi kenyataan pada tahun 1969, Anwar bermain dalam film layar lebar Manusia dan Peristiwa. Setelah itu, Anwar bermain di berbagai film dan sinetron. Kebanyakan peran yang dimainkannya adalah antagonis. Kiprahnya di dunia akting tak hanya di depan layar. Anwar diberi kepercayaan menjadi Ketua PARSI periode 1998-2006 dan juga tenaga ahli di Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF).

Selain terkenal di kalangan selebriti, Anwar juga dikenal oleh kalangan politikus karena pada tahun 2003 pernah mencalonkan diri sebagai presiden dan gubernur Sumatera Barat periode 2003-2008. Setahun kemudian, Anwar juga mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.

Anwar menikah dengan Farida Cosim pada tanggal 14 Februari 1971. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai tujuh orang anak, Fery Senopati, Tillya Mavalda, Silvy Meutia, Farouk Fuady, Moudy Ambhita Cinta.

Beberapa kasus sempat menghampirinya, antara lain kasus gelar palsu yang digunakannya. Gelar Doktor itu diterima Anwar dari Institut Manajemen Global Indonesia (IMGM) itu, meski kemudian dikembalikannya melalui dinas pendidikan. Anwar juga terlibat perseteruan dengan Roy Marten. Kasus itu diawali dengan bantahan Roy yang mantan ketua PARSI (Persatuan Artis Sinetron Indonesia), terhadap pernyataan Ketua PARSI saat itu, Anwar Fuady, yang mengatakan bahwa sisa hasil proyek produksi sinetron bertajuk Kutemukan Cinta, yang disponsori oleh Dekopin, telah dimasukkan ke kas PARSI, sebagai dana kegiatan organisasi keartisan itu.[1] Setelah Roy Marten tertangkap atas tuduhan kepemilikan narkoba, nama Anwar dan pengacara juga sahabatnya, Ruhut Sitompul pun turut dilibatkan. Beredar kabar bahwa Anwar dan Ruhut, yang aktif di BNN (Badan Narkotika Nasional), memberikan informasi pada polisi yang berbuntut pada penangkapan Roy.

Filmografi

Sinetron

Karier Politik

Anwar Fuadi juga mengikuti perpolitikan nasional dan tergabung dalam Partai Hanura bentukan Wiranto. Di partai bernomor urut 1 dalam Pemilu 2009 itu dia menjadi salah seorang pengurus.

Pranala luar

Referensi