Lompat ke isi

Persatuan Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
TantanganMingguan
 
Perbaikan
Baris 115: Baris 115:
Pemuda Arab-Indonesia juga menyatakan sumpahnya yang disebut sebagai ''"Sumpah Pemuda Keturunan Arab"'', yaitu:
Pemuda Arab-Indonesia juga menyatakan sumpahnya yang disebut sebagai ''"Sumpah Pemuda Keturunan Arab"'', yaitu:
# Tanah air orang Arab-Indonesia adalah Indonesia.
# Tanah air orang Arab-Indonesia adalah Indonesia.
# Arab-Indonesia harus meninggalkan isolasi sosial dan [[eksklusivisme|eksklusivitas]] terhadap masyarakat adat Indonesia
# Orang Arab-Indonesia harus meninggalkan isolasi sosial dan [[eksklusivisme|eksklusivitas]] terhadap masyarakat adat Indonesia
# Arab-Indonesia harus memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia
# Orang Arab-Indonesia harus memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia


PAI mendapat dukungan dari banyak [[nasionalis]] melalui surat kabar mereka seperti surat kabar Tionghoa-Melayu ''Matahari'' atau ''Sin Tit Po'' sebagai salah satu pendukung utama.<ref name="sutarmin"/> Namun, organisasi tersebut juga menerima reaksi negatif dari orang-orang Arab Indonesia yang menentangnya, banyak dari kelompok [[Wulayati]]. Di antara para penentangnya adalah Ali bin Yahya dari al-Rabithah al-Alawiyyah yang sering menerbitkan pertentangannya di majalah [[bahasa Arab|berbahasa Arab]] ''Al-Salam'', dan MBA Alamoudi, seorang Arab Indonesia kelahiran [[Ambon]]<ref>{{Cite journal|last=Mardiati|first=AS|date=2013|title=Partai Arab Indonesia|url=http://digilib.uinsby.ac.id/10375/4/bab%202.pdf|journal=|language=id|publisher=UIN Surabaya|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=20 Agustus 2016|via=}}</ref>, yang sangat menyerang organisasi tersebut pada mingguan berkala ''Al-Yaum'' dalam [[Bahasa Indonesia]] yang diterbitkan di ''Arabische Verbond''.<ref name="sutarmin"/> Para pihak kontra menggunakan segala cara dan ancaman untuk mencegah perkembangan dan pengaruh PAI, termasuk memecat anggota PAI dari pekerjaannya.<ref name="sutarmin"/>
PAI mendapat dukungan dari banyak [[nasionalis]] melalui surat kabar mereka seperti surat kabar Tionghoa-Melayu ''[[Matahari (surat kabar)|Matahari]]'' atau ''[[Sin Tit Po]]'' sebagai salah satu pendukung utama.<ref name="sutarmin"/> Namun, organisasi tersebut juga menerima reaksi negatif dari orang-orang Arab Indonesia yang menentangnya, banyak dari kelompok [[Wulayati]]. Di antara para penentangnya adalah Ali bin Yahya dari al-Rabithah al-Alawiyyah yang sering menerbitkan pertentangannya di majalah [[bahasa Arab|berbahasa Arab]] ''Al-Salam'', dan MBA Alamoudi, seorang Arab Indonesia kelahiran [[Ambon]]<ref>{{Cite journal|last=Mardiati|first=AS|date=2013|title=Partai Arab Indonesia|url=http://digilib.uinsby.ac.id/10375/4/bab%202.pdf|journal=|language=id|publisher=UIN Surabaya|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=20 Agustus 2016|via=}}</ref>, yang sangat menyerang organisasi tersebut pada mingguan berkala ''Al-Yaum'' dalam [[Bahasa Indonesia]] yang diterbitkan di ''Arabische Verbond''.<ref name="sutarmin"/> Para pihak kontra menggunakan segala cara dan ancaman untuk mencegah perkembangan dan pengaruh PAI, termasuk memecat anggota PAI dari pekerjaannya.<ref name="sutarmin"/>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 18 Agustus 2017 02.40

Persatuan Arab Indonesia
Persatoean Arab Indonesia
Rapat cabang eksponen PAI di Palembang dan Bandung, 1939
Rapat cabang eksponen PAI di Palembang dan Bandung, 1939
SingkatanPAI
Tanggal pendirian4 Oktober 1934; 90 tahun lalu (1934-10-04)
PendiriAbdurrahman Baswedan
Lokasi
Ketua pertama
Abdurrahman Baswedan

Persatuan Arab Indonesia (PAI) atau Persatoean Arab Indonesia (dalam ejaan lama) adalah suatu perkumpulan Arab Indonesia yang didirikan oleh Abdurrahman Baswedan pada tahun 1934 di Semarang untuk mendorong kesetiaan para imigran Arab kepada Indonesia.[1]

Di antara anggota-anggotanya yang menonjol adalah Abdurrahman Baswedan[2] dan Hamid Algadri.

Sejarah

Kongres PAI di Cirebon, 1940.

Pada tanggal 4 Oktober 1934 suatu kelompok yang terdiri dari empat puluh Muwallad bertemu di Semarang. Setelah tiga hari mengalami perdebatan sengit mereka mengumumkan pembentukan sebuah organisasi baru yang disebut Persatoean Arab Indonesia.[3] Awalnya organisasi tersebut dimaksudkan untuk mendorong orang Arab, kebanyakan Muwallad, untuk mengintegrasikan, mengasimilasi dan menjamin kesetiaannya kepada Indonesia yang masih dalam lingkup Hindia Belanda. Organisasi ini kemudian bergabung dengan partai politik Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di tahun 1939-1940. Sementara itu organisasi terpisah bernama Indo-Arabische Beweging didirikan pada tahun 1930, di sisi lain, mencoba untuk melanjutkan status terpisah dari imigran Arab sebagai oriental asing yang dibangun oleh pemerintah Belanda.[1]

Anggota perkumpulan ini berasal dari latar belakang dan organisasi yang berbeda, terutama dari Al-Rabithah al-Alawiyah dan al-Irshad. Manajemen pertama organisasi tersebut terdiri dari Abdurrahman Baswedan dari Al-Irshad sebagai ketua, Nur Al-Kaff dari Al-Rabithah al-Alawiyyah Sebagai sekretaris I, Salim Maskatee dari Al-Irshad sebagai sekretaris II, Segaf al-Segof dari Al-Rabithah al-Alawiyyah sebagai bendahara, dan Abdurrahim Argubi dari Al-Irshad sebagai komisaris.[4] Anggota asosiasi tersebut menyatakan sumpah mereka untuk menegaskan kesetiaan mereka kepada Indonesia sebagai tanah air mereka (bukan Hadhramaut) dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mereka.[5]

Pemuda Arab-Indonesia juga menyatakan sumpahnya yang disebut sebagai "Sumpah Pemuda Keturunan Arab", yaitu:

  1. Tanah air orang Arab-Indonesia adalah Indonesia.
  2. Orang Arab-Indonesia harus meninggalkan isolasi sosial dan eksklusivitas terhadap masyarakat adat Indonesia
  3. Orang Arab-Indonesia harus memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia

PAI mendapat dukungan dari banyak nasionalis melalui surat kabar mereka seperti surat kabar Tionghoa-Melayu Matahari atau Sin Tit Po sebagai salah satu pendukung utama.[4] Namun, organisasi tersebut juga menerima reaksi negatif dari orang-orang Arab Indonesia yang menentangnya, banyak dari kelompok Wulayati. Di antara para penentangnya adalah Ali bin Yahya dari al-Rabithah al-Alawiyyah yang sering menerbitkan pertentangannya di majalah berbahasa Arab Al-Salam, dan MBA Alamoudi, seorang Arab Indonesia kelahiran Ambon[6], yang sangat menyerang organisasi tersebut pada mingguan berkala Al-Yaum dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan di Arabische Verbond.[4] Para pihak kontra menggunakan segala cara dan ancaman untuk mencegah perkembangan dan pengaruh PAI, termasuk memecat anggota PAI dari pekerjaannya.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Kahin, Audrey (2015). Historical Dictionary of Indonesia (edisi ke-3). Rowman & Littlefield. hlm. 724. ISBN 978-0-810874565. 
  2. ^ Mobini-Kesheh 2004, hlm. 132.
  3. ^ Mobini-Kesheh 2004, hlm. 128.
  4. ^ a b c d Sutarmin (1989). Abdul Rahman Baswedan : Karya dan Pengabdiannya. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 
  5. ^ Suhadi (2013). "I Come from a Pancasila Family": A Discursive Study on Muslim-christian Identity Transformation in Indonesian Post-reformasi Era. 6. LIT Verlag Münster. hlm. 55. ISBN 978-3-643904652. 
  6. ^ Mardiati, AS (2013). "Partai Arab Indonesia" (PDF). UIN Surabaya. Diakses tanggal 20 Agustus 2016. 

Bacaan lebih lanjut