Lompat ke isi

HIV: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 1: Baris 1:
{{Taxobox
| color = violet
| name = ''Human immunodeficiency virus''
| image = HIV-budding-Color.jpg
| image_width = 190px
| image_caption = <!-- Scanning electron micrograph of HIV-1 (in green) budding from cultured lymphocyte. Multiple round bumps on cell surface represent sites of assembly and budding of virions. -->
| virus_group = VI ([[Retrovirus|Virus SsRNA-RT]])
| familia = ''[[Retrovirus|Retroviridae]]''
| genus = ''[[Lentivirus]]''
| subdivision_ranks = Spesies
| subdivision =
* '''''Human immunodeficiency virus 1'''''
* '''''Human immunodeficiency virus 2'''''
}}
{{DiseaseDisorder infobox
| Name = International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Codes
| ICD10 = B20-B24
| ICD9 = {{ICD9|042}}-{{ICD9|044}}
}}

'''Virus imunodifisiensi manusia'''<ref name="ref1">[http://kateglo.bahtera.org/index.php?mod=glossary&op=1&phrase=human+immunodeficiency+virus&dc=&lang=&src=&srch=Cari Kateglo- virus imunodifisiensi manusia]</ref> ([[bahasa Inggris]]: '''''human immunodeficiency virus'''''; '''HIV''' ) adalah suatu [[virus]] yang dapat menyebabkan penyakit [[AIDS]].<ref name="his1">Jenny Page, Maylani Louw, Delene Pakkiri, Monica Jacobs. 2006. Working with HIV/AIDS. Cape Town: Juta Legal and Academic Publishers</ref> Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.<ref name="his1" /> Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran [[Semen (reproduksi)]], [[Darah]], cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah [[Sel T pembantu]], [[Makrofaga]], [[Sel dendritik]].

Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan HIV/AIDS. Pasien baru meningkat 47 persen sejak 2005. Kematian akibat AIDS di Indonesia masih tinggi, karena hanya 8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat antiretroviral (ARV).<ref>{{cite web |url=http://pekanbaru.tribunnews.com/2014/07/19/memprihatinkan-indonesia-sumbang-empat-persen-infeksi-baru-hiv-di-dunia |title=Memprihatinkan, Indonesia Sumbang Empat Persen Infeksi Baru HIV di Dunia |author=Muhammad Ridho |date=July 19, 2014}}</ref> Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV terbanyak yaitu sebanyak 640.000 orang, setelah China dan India, karena ketiga negara ini memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya saja prevalensi di Indonesia hanya 0,43 persen atau masih di bawah tingkat epidemi sebesar satu persen.<ref>{{cite web |url=http://en.tempo.co/read/news/2014/08/19/241600718/Cho-Kah-Sin-Indonesias-HIV-prevention-should-be-an-example |title=Cho Kah Sin: Indonesia's HIV prevention should be an example |date=19 Agustus 2014}}</ref>

== Sejarah ==
Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan [[Françoise Barré-Sinoussi]] dari [[Perancis]] berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom [[limfadenopati]].<ref name="his2">Jay A. Levy. 2007. HIV and the pathogenesis of AIDS. ASM Press.</ref> Pada awalnya, virus itu disebut ALV (''lymphadenopathy-associated virus'')<ref name="barre">Barré-Sinoussi, F., Chermann, J. C., Rey, F., Nugeyre, M. T., Chamaret, S., Gruest, J., Dauguet, C., Axler-Blin, C., Vezinet-Brun, F., Rouzioux, C., Rozenbaum, W. and Montagnier, L. (1983) Isolation of a T-lymphotropic retrovirus from a patient at risk for acquired immune deficiency syndrome (AIDS) ''Science'' '''220''', 868-871 PMID 6189183</ref> Bersama dengan [[Luc Montagnier]], mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab [[AIDS]].<ref name="barre" /> Pada awal tahun 1984, [[Robert Gallo]] dari [[Amerika Serikat]] juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III.<ref name="his2" /><ref name="popo">Popovic, M., Sarngadharan, M. G., Read, E. and Gallo, R. C. (1984) Detection, isolation, and continuous production of cytopathic retroviruses (HTLV-III) from patients with AIDS and pre-AIDS. ''Science'' '''224''', 497-500 PMID 6200935</ref> Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1.<ref name="coffin">Coffin, J., Haase, A., Levy, J. A., Montagnier, L., Oroszlan, S., Teich, N., Temin, H., Toyoshima, K., Varmus, H., Vogt, P. and Weiss, R. A. (1986) What to call the AIDS virus? ''Nature'' '''321''', 10. PMID 3010128.</ref>

Tidak lama setelah HIV-1 ditemukan, suatu subtipe baru ditemukan di [[Portugal]] dari pasien yang berasal dari [[Afrika Barat]] dan kemudian disebut HIV-2.<ref name="his2" /> Melalui kloning dan analisis sekuens (susunan genetik), HIV-2 memiliki perbedaan sebesar 55% dari HIV-1 dan secara antigenik berbeda.<ref name="his2" /> Perbedaan terbesar lainnya antara kedua strain (galur) virus tersebut terletak pada glikoprotein selubung.<ref name="his2" /> Penelitian lanjutan memperkirakan bahwa HIV-2 berasal dari SIV (retrovirus yang menginfeksi [[primata]]) karena adanya kemiripan sekuens dan reaksi silang antara antibodi terhadap kedua jenis virus tersebut.<ref name="his2" />

== Klasifikasi ==
[[Berkas:HIV-SIV-phylogenetic-tree.png|thumb|350px|left|Pohon kekerabatan (filogenetik) yang menunjukkan kedekatan SIV dan HIV.{{br}}]]
Kedua spesies HIV yang menginfeksi manusia (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari [[primata]] ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai [[zoonosis]].<ref name="re" /> HIV-1 merupakan hasil evolusi dari'' [[simian immunodeficiency virus]]'' (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies [[simpanse]], ''Pan troglodyte troglodyte''. Sedangkan, HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan pada ''[[Sooty Mangabey|Sooty mangabey]]'', [[monyet dunia lama]] [[Guinea-Bissau]].<ref name="re" /> Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular dibandingkan HIV-2.<ref name="re" /> Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat.<ref name="re">Reeves, J. D. and Doms, R. W. (2002) [http://dx.doi.org/10.1099/vir.0.18253-0 Human immunodeficiency virus type 2]. ''J. Gen. Virol.'' '''83''', 1253-1265 PMID 12029140</ref>

Berdasarkan susunan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu M, N, dan O.<ref name="test" /> Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang berbeda.<ref name="test" /> Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara jelas jumlah subtipe virus yang tergabung di dalamnya.<ref name="test" /> Namun, kedua kelompok tersebut memiliki kekerabatan dengan SIV dari simpanse.<ref name="test" /> HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe yang diduga berasal dari ''[[Sooty Mangabey|Sooty mangabey]]'' yang berbeda-beda.<ref name="test" />

Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda menginfeksi satu individu yang sama, maka akan terjadi bentuk rekombinan sirkulasi ''(circulating recombinant forms'' - CRF)<ref>{{en}} {{cite web
| url = http://www.hiv.lanl.gov/content/sequence/HIV/CRFs/CRFs.html
| title = The Circulating Recombinant Forms (CRFs)
| accessdate = 2010-04-02
| work = Los Alamos National Laboratory
}}</ref> ({{lang-en|circulating recombinant form, CRF}}). Bagian dari genom beberapa subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan membentuk satu genom utuh yang baru.<ref name="hivor" /> Bentuk rekombinan yang pertama kali ditemukan adalah rekombinan AG dari Afrika tengah dan barat, kemudian rekombinan AGI dari [[Yunani]] dan [[Siprus]], kemudian rekombinan AB dari [[Rusia]] dan [[AE]] dari [[Asia]] tenggara.<ref name="hivor">[http://www.metapathogen.com/HIV-1/HIV-origin-classification.html MetaPathogen.com] Human Immunodeficiency Virus 1 (HIV-1). Diakses pada 19 Juni 2011.</ref> Dari seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak 47% kasus disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa subtipe B, 5.3% adalah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE, sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan CRF lain.<ref name="hivor" />

== Struktur dan Materi Genetik ==
HIV memiliki diameter 100-150&nbsp;nm dan berbentuk sferis (''spherical'') hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion).<ref name="s1" /> Selubung virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida.<ref name="s1" /> Di dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.<ref name="s1">{{en}} B. D. Schoub. 1999. AIDS and HIV in Perspective: A Guide to Understanding the Virus and its Consequences. Cambridge University Press Page. 57-59.</ref>

Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid.<ref name="sh1" /> Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA.<ref name="sh1" /> Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.<ref name="sh1" />

Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (''gag'', ''pol'', dan ''env''), HIV memiliki enam gen tambahan (''vif, vpu, vpr, tat, ref,'' dan ''nef'').<ref name="s1">Mary Ropka, Ann Williams. 1998. HIV nursing and symptom management. Jones & Bartlett. Page. 4</ref> Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus yang berukuran 9 kb.<ref name="s1" /> Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).<ref name="sh1" />

{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" cellspacing="0" align="center"
! Nama Gen dan Protein yang disandikan !! Ukuran !! Lokalisasi !! Fungsi
|- align="center"
! Tat (trans-aktivator transkripsi)
| 86 asam amino (AA), 2 ekson, 14 kDalton || nukleus, nukleolus, protein awal || Penting untuk replikasi; Trans-aktivasi ekspresi mRNA virus, mengatur ekspresi sitokin dan reseptor.<ref name="prot">Andreas Holzenburg, Elke Bogner. 2002. Structure-function relationships of human pathogenic viruses. New York: Kluwer Academic/Plenum Publisher. Page. 303</ref>
|- align="center"
! Rev (regulator ekspresi protein virus)
| 116 AA, 2 ekson, 19 kDalton|| [[nukleus]], di antara [[sitoplasma]] dan [[nukleolus]]|| Penting untuk replikasi; mengatur [[transkripsi]] dan [[Ekspresi gen|ekspresi protein]] Gag, Pol, Env, Vif, Vpu, dan Vpr.<ref name="prot"/>
|- align="center"
! Vif (faktor infektivitas virus)
| 192 AA, 23 kDalton || sitoplasma, beberapa [[molekul]] yang terbungkus dalam virion dewasa || Penting untuk infektivitas dan [[Replikasi DNA|replikasi]] pada sel primer; berperan dalam tahap awal replikasi HIV<ref name="prot"/>
|- align="center"
! Vpr (Protein R virus)
| 96-106 AA, 10-15 kDalton || komponen dari inti virus dan kompleks membran || Mediasi replikasi di sel yang tidak membelah<ref name="prot"/>
|- align="center"
! Vpx (Protein X virus)
| 112 AA, 12-16 kDalton|| komponen virion || Berfungsi seperti Vpr<ref name="prot"/>
|- align="center"
! Vpu (Protein U virus)
| 81 AA (terfosforilasi), 9,2 & 16 kDalton|| [[retikulum endoplasma]], protein transmembran || Degradasi CD4; meningkatkan pelepasan HIV; pembentukan membran protein integral; regulasi ekpresi permukaan sel terhadap [[Kompleks histokompatibilitas utama|MHC I]]<ref name="prot"/>
|- align="center"
! Nef (Faktor Negatif)
| 206 AA, 27 kDalton|| virion, sitoplasma, nukleus || Meningkatkan produksi HIV di tahap akhir; mengatur ekspresi MHC I dan CD4<ref name="prot"/>
|- align="center"
|}

== Siklus Hidup ==
[[Berkas:Struktur HIV.png|thumb|400px|right|Struktur HIV.]]
Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah [[sel dendritik]], [[sel T]], dan [[makrofaga]].<ref name="sh1" /> Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam ([[mukosa]]) [[penis]], [[vagina]], dan [[oral]] yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV.<ref name="sh1" /> Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di [[Limpa|noda limpa]].<ref name="sh1">{{en}} Felissa R. Lashley, Jerry D. Durham. 2009. The person with HIV/AIDS: nursing perspectives. Springer Publishing Company.</ref>

Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel.<ref name="sh2">[http://www.avert.org/hiv-virus.htm Avert.org] HIV Structure and Life Cycle.</ref> Selanjutnya, enzim [[transkriptase balik]] yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA.<ref name="sh2" /> Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia.<ref name="sh2" /> DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam sel.<ref name="sh2" /> Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan [[DNA]] manusia, yaitu diubah menjadi mRNA.<ref name="sh2" /> Kemudian, [[mRNA]] akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV.<ref name="sh2" /> Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus.<ref name="sh2" /> Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh.<ref name="sh2" /> Pada tahap perakitan ini, [[Protease|enzim protease]] virus berperan penting untuk memotong [[protein]] panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus.<ref name="sh2" /> Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya.<ref name="sh3" /> Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari [[Membran sel|membran permukaan sel inang]].<ref name="sh3">{{en}} [http://aids.about.com/cs/aidsfactsheets/a/hivlife.htm About.com] Mark Cichocki, R.N. The HIV Life Cycle: Understanding HIV replication. Diakses 29 Mei 2011.</ref>
{{clear}}

== Deteksi HIV ==
[[Berkas:Oraquick.jpg|200px|thumb|right|Seorang wanita sedang menggunakan alat tes HIV.]]

Pada saat paling awalpun deteksi HIV dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah, walaupun tidak ada gejala apapun. Pada tahap kedua telah ada gejala klinis, misalnya kulitnya jelek, gatal-gatal dan batuk pilek seperti flu biasa. Pada tahap ketiga akan mengalami penurunan berat badan dan terkena TBC. Dan pada tahap keempat telah mengalami komplikasi, sulit disembuhkan dan biasanya diikuti dengan kematian.<ref>{{cite web |url=http://pontianak.tribunnews.com/2014/11/26/kenali-empat-stadium-hiv |title=Kenali Empat Stadium HIV |date=26 Nopember 2014}}</ref>

Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes antibodi HIV, dan tes antigen HIV.<ref name="test1">[http://www.avert.org/testing.htm AVERT.org]. HIV Testing: The different types of HIV test. Diakses 18 Juni 2011.</ref> Tes [[Reaksi berantai polimerase|reaksi berantai polimerase (PCR)]] merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia.<ref name="test2" /> Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT).<ref name="test1" /> PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus.<ref name="deteksi1" /> Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode ''real-time'' PCR yang merupakan metode kuantitatif.<ref name="deteksi1">[http://www.who.int/hiv/paediatric/EarlydiagnostictestingforHIVVer_Final_May07.pdf World Health Organization] Early detection of HIV infection in infants and children.</ref> Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi.<ref name="test">[http://www.contoh.org Microbiology Australia] The Australian Society for Microbiology. Volume 22. Number 1. Maret 2010. Page 17-20.</ref> Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.<ref name="test1" />

Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes [[antibodi]] HIV yang murah dan akurat.<ref name="test1" /> Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut.<ref name="test1" /> Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin.<ref name="test1" /> Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (''rapid test'') untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia.<ref name="rapid" /> Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (''test strip'') dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.<ref name="rapid" /> Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali dengan [[ELISA]].<ref name="rapid">Hung Fan, Ross F. Conner, Luis P. Villarreal. 2010. AIDS: Science and Society. Jones & Bartlett Publishers. Page.150-151.</ref> Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah ''[[Western blot]]''.<ref name="test2">{{en}} David Mahan Knipe, Peter M. Howley. Fields virology, Volume 1. 2001. Lippincott William & Wilkins. Page 596-598.</ref>

Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang memicu respon antibodi.<ref name="test1" /> Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah.<ref name="test1" /> Tes antibodi dan tes antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal.<ref name="test1" /> Tes ini jarang digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk.<ref name="test1" />

Kesemua cara di atas mendeteksi virusnya, tetapi cara paling murah adalah tes CD4 yang hanya Rp 100,000 lebih di RS Kanker. CD4 tidak mengetes kehadiran virus HIVnya, atau antibodi spesifik yang melawan HIV, CD4 mengukur sistem imunitas pasien. Sebelumnya jika CD4 belum mencapai nilai tertentu, walaupun diketahui keberadaan virus HIV, maka belum dilakukan pengobatan apapun, tetapi sekarang ini jika sudah diketahui keberadaan virus HIV, maka berapapun nilai CD4 harus dilakukan pengobatan.Di Indonesia, dimana masalah dana menjadi kendala, maka tes CD4 sudah cukup memadai untuk deteksi awal kemungkinan keberadaan virus HIV. Dan perlu diingat bahwa HIV belum tentu menjadi AIDS dengan pengobatan yang adekuat. CD4 juga berguna sebagai indikasi awal keberadaan kanker atau segala hal yang berhubungan dengan sistem imunitas pasien. Jika CD4 telah mencapai nilai tertentu, maka perlu dilakukan tes CD8.

== Penularan dan Pencegahan ==
HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta kontak [[membran mukosa]] atau jaringan yang terlukan dengan cairan tubuh tertentu yang berasal dari penderita HIV.<ref name="p3" /> Cairan tertentu itu meliputi [[darah]], semen, sekresi vagina, dan [[ASI]].<ref name="p3">[http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/transmission.htm Center for Disease Control and Prevention:HIV Transmission]</ref> Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui hubungan seksual, dari ibu ke anak (perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan [[transplantasi]], serta paparan pekerjaan.<ref name="p2" /> Tetapi untuk '''tiap satu kali tindakan''', maka yang paling beresiko adalah [[transfusi darah]] dari donor darah penderita HIV dimana kemungkinan resipien terkena HIV mencapai 90 persen, sedangkan ibu hamil penderita HIV yang melahirkan dan menyusuinya kemungkinan akan menularkan pada bayinya HIV sebesar 25 persen, tetapi dengan pemberian obat-obatan dan penanganan yang tepat pada saat kelahiran dan sesudahnya, maka angka ini dapat ditekan menjadi 1 sampai 2 persen saja.Sekarang ini semua darah dari donor mengalami penapisan HIV, sehingga kasus penularan melalui transfusi darah boleh dikatakan sudah tidak ada lagi.

=== Hubungan seksual ===
Menurut data [[WHO]], pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80% penularan HIV dilakukan melalui hubungan heteroseksual, sedangkan 5-10% terjadi melalui hubungan homoseksual. Kontak seksual melalui vagina dan anal memiliki risiko yang lebih besar untuk menularkan HIV dibandingkan dengan kontak seks secara oral.<ref name="oral">[http://www.cdc.gov/hiv/resources/factsheets/pdf/oralsex.pdf CDC HIV/AIDS Facts], Oral Sex and HIV Risk. Juni 2009.</ref> Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan melalui hubungan seksual adalah kehadiran [[penyakit menular seksual]], [[beban virus|kuantitas beban virus]], penggunaan [[douche]]. Seseorang yang menderita penyakit menular seksual lain (contohnya: [[sifilis]], [[herpes genitali]], [[kencing nanah]], dsb.) akan lebih mudah menerima dan menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan seksual dengannya.<ref name="hub1">[http://www.hivinfo.us/preventionforpositives.html HIVInfo.us: An HIV Information Site & HIV Educational Resource Site (HIS & HERS)], Prevention for Positives: HIV & STD Transmission Issues. Diakeses pada 12 Juni 2011.</ref><ref name="hub2">[http://www.kingcounty.gov/healthservices/health/communicable/hiv/publications/infograms/hivtransmission.aspx Public Health - Seattle & King County], Update on Sexual Transmission of HIV - March 2002. Diakses pada 17 Juni 2011.</ref> Beban virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh. Penularah HIV tertinggi terjadi selama masa awal dan akhir infeksi HIV karena beban virus paling tinggi pada waku tersebut.<ref name="hub2" /> Pada rentan waktu tersebut, beberapa orang hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali.<ref name="hub2" /> Penggunaan douche dapat meningkatkan risiko penularan HIV karena menghancurkan [[bakteri]] baik di sekitar vagina dan anus yang memiliki fungsi proteksi.<ref name="hub2" /> Selain itu, penggunaan douche setelah berhubungan seksual dapat menekan bakteri penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan infeksi.<ref name="hub2" />

Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan [[kondom]].<ref name="p2" /> Cara pencegahan lainnya adalah dengan melakukan hubungan seks tanpa menimbulkan paparan cairan tubuh.<ref name="hub1" /> Untuk menurunkan beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, dapat digunakan terapi anti-retroviral.<ref name="hub2" />

=== Ibu ke anak (transmisi perinatal) ===
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui infeksi ''in utero'', saat proses persalinan, dan melalui pemberian ASI.<ref name="p2" /> Beberapa faktor maternal dan eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-lain.<ref name="p2" /> Penurunan sel imun (CD4+) pada ibu dan tingginya RNA virus dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak. Selain itu, sebuah studi pada wanita hamil di Malawi dan AS juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko penularan perinatal dapat dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI, dan pemberian AZT pada masa akhir kehamilan dan setelah kelahiran bayi.<ref name="p2">[http://trace.tennessee.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1554&context=utk_chanhonoproj&sei-redir=1#search=%22HIV+structure%22 Trace: Tennessee Research and Creative Exchange] Jonathan Richard Hughes. 2002. HIV: Structure, Life Cycle, and Pathogenecity.</ref> Di sebagian negara berkembang, pencegahan pemberian ASI dari penderita HIV/AIDS kepada bayi menghadapi kesulitan karena harga susu formula sebagai pengganti relatif mahal.<ref name="perinatal" /> Selain itu, para ibu juga harus memiliki akses ke air bersih dan memahami cara mempersiapan susu formula yang tepat.<ref name="perinatal">[http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/drafts/2005/DRU3071.pdf RAND Health] Michael A. Stoto, Ann S. Goldman. 2003. Preventing Perinatal Transmission of HIV.</ref>

=== Lain-lain ===
Cara efektif lain untuk penyebaran virus ini adalah melalui penggunaan [[jarum]] atau [[alat suntik]] yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam sterilisasi alat kesehatan.<ref name="p2" /> Bagi pengguna obat intravena (dimasukkan melalui [[pembuluh darah]]), HIV dapat dicegah dengan menggunakan jarum dan alat suntik yang bersih.<ref name="p2" /> Penularan HIV melalui [[transplantasi]] dan [[Transfusi darah|transfusi]] hanya menjadi penyebab sebagian kecil kasus HIV di dunia (3-5%).<ref name="p2" /> Hal ini pun dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan produk darah dan transplan sebelum didonorkan dan menghindari donor yang memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV.<ref name="p2" />

Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang terjadi (< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia).<ref name="p2" /> Hal ini dicegah dengan memeberikan pengajaran atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian pelindung, [[sarung tangan]], dan pembuangan alat dan bahan yang telah terkontaminasi sesuai dengan prosedur.<ref name="p2" /> Pada tahun 2005, sempat diusulkan untuk melakukan [[sunat]] dalam rangka pencegahan HIV. Namun menurut WHO, tindakan pencegahan tersebut masih terlalu awal untuk direkomendasikan.<ref name="p1">{{en}}[http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2005/pr32/en/ WHO:UNAIDS statement on South African trial findings regarding male circumcision and HIV]</ref>

Ada beberapa jalur penularan yang ditakutkan dapat menyebarkan HIV, yaitu melalui [[ludah]], gigitan [[nyamuk]], dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk dan bersin dari penderita HIV, menggunakan [[toilet]] dan alat makan bersama, [[Peluk|berpelukan]]).<ref name="p3" /> Namun, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa aktivitas tersebut tidak mengakibatkan penularan HIV.<ref name="p3" /> Beberapa aktivitas lain yang sangat jarang menyebabkan penularan HIV adalah melalui gigitan manusia dan beberapa tipe ciuman tertentu.<ref name="p3" />

Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya [[penyakit kelamin]], praktik menoreh tubuh, [[transfusi darah]], dan buruknya tingkat [[kesehatan]] dan [[gizi]] di sana.<ref name = "p4">{{en}}Bentwich, Z., Kalinkovich., A. and Weisman, Z. (1995) Immune activation is a dominant factor in the pathogenesis of African AIDS. ''Immunol. Today'' '''16''', 187-191 PMID 7734046</ref>

== Lihat pula ==
* [[ARV]]
* [[Faktor NE]]
* [[Penularan kriminal HIV]]
* [[Orang HIV positif]]
* [[Tes HIV]]
* [[Post-exposure prophylaxis]]

== Referensi ==
{{reflist|2}}

== Pranala luar ==
{{col-css3-begin|2}}
* [http://www.ericdigests.org/pre-9212/hiv.htm AIDS/HIV Education]
* [http://www.cmeonhiv.com Continuing medical education about HIV for healthcare providers]
* [http://www.un.org/ga/aids/coverage/FinalDeclarationHIVAIDS.html Declaration of Commitment on HIV/AIDS] UN 2001
* [http://fightaidsathome.scripps.edu/ FightAIDS@Home]
* [http://www.hivatis.org HIV/AIDS Treatment Information Service]
* [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer.fcgi?val=NC_001802 Genome (HIV-1)]
* [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/viewer.fcgi?val=NC_001722 Genome (HIV-2)]
* [http://www.ericdigests.org/1997-3/hiv.html HIV/AIDS Education in Teacher Preparation Programs]
* [http://hivinsite.org/InSite HIV InSite]
* [http://health.howstuffworks.com/aids.htm How Aids Works] (with animation)
* [http://www.doctorswithoutborders.org/news/hiv-aids/index.cfm Medecins Sans Frontieres/Doctors Without Borders HIV/AIDS Pages]
* [http://www.niaid.nih.gov/daids/ NIH/NIAD/DAIDS]
* [http://www.mcld.co.uk/hiv/ "The Molecules of HIV" information resource]
* [http://www.phrusa.org/campaigns/aids/release080103.html Unsafe Health Care and the HIV/AIDS Pandemic] 2003
* {{en}}[http://ajrccm.atsjournals.org/cgi/content/full/162/4/S1/S141 Innate Immune System Damage in Human Immunodeficiency Virus Type 1 Infection], Immunobiology Unit, MRC Centre for Inflammation, and Departments of Pathology and Chemistry, Edinburgh University, SARAH HOWIE, ROBERT RAMAGE, and TIM HEWSON
* {{en}} [http://www.nature.com/ki/journal/v42/n2/abs/ki1992298a.html Binding of serum immunoglobulins to collagens in IgA nephropathy and HIV infection]
* Bukrinsky M, Adzhubei A. (1999) Viral protein R of HIV-1. ''Rev Med Virol'' '''9''', 39-49 PMID 10371671
* Campbell GR, Pasquier E, Watkins J, Bourgarel-Rey V, Peyrot V, Esquieu D, Barbier P, de Mareuil J, Braguer D, Kaleebu P, Yirrell DL, Loret EP. (2004) The glutamine-rich region of the HIV-1 Tat protein is involved in T-cell apoptosis. ''J. Biol. Chem.'' '''279''', 48197-48204 PMID 15331610
* Carr, J. K., Foley, B. T., Leitner, T., Salminen, M., Korber, B. and McCutchan, F. (1998) Reference Sequences Representing the Principal Genetic Diversity of HIV-1 in the Pandemic. In: Los Alamos National Laboratory (Ed) HIV Sequence Compendium, pp.&nbsp;10–19
* Chan, D. C. and Kim, P. S. (1998) HIV entry and its inhibition. ''Cell'' '''93''', 681-684 PMID 9630213
* Coakley, E., Petropoulos, C. J. and Whitcomb, J. M. (2005) Assessing chemokine co-receptor usage in HIV. ''Curr Opin Infect Dis.'' '''18''', 9-15. PMID 15647694
* Dybul, M., Fauci, A. S., Bartlett, J. G., Kaplan, J. E., Pau, A. K., and the Panel on Clinical Practices for Treatment of HIV. (2002) Guidelines for using antiretroviral agents among HIV-infected adults and adolescents. ''Ann Intern Med'' '''137''', 381-433 PMID 12617573.
* Gao, F., Bailes, E., Robertson, D. L., Chen, Y., Rodenburg, C. M., Michael, S. F., Cummins, L. B., Arthur, L. O., Peeters, M., Shaw, G. M., Sharp, P. M. and Hahn, B. H. (1999) [http://dx.doi.org/10.1038/17130 Origin of HIV-1 in the chimpanzee Pantroglodytes troglodytes]. ''Nature'' '''397''', 436-441 PMID 9989410
* Gelderblom, H. R. (1997) Fine structure of HIV and SIV. In: Los Alamos National Laboratory (Ed) HIV Sequence Compendium, 31-44.
* Kahn, J. O. and Walker, B. D. (1998) Acute Human Immunodeficiency Virus type 1 infection. ''N Engl J Med'' '''331''', 33-39 PMID 9647878.
* Kim JB, Sharp PA. (2001) Positive transcription elongation factor B phosphorylates hSPT5 and RNA polymerase II carboxyl-terminal domain independently of cyclin-dependent kinase-activating kinase. ''J. Biol. Chem.'' '''276''', 12317-12323 PMID 11145967
* Knight, S. C., Macatonia, S. E. and Patterson, S. (1990) HIV I infection of dendritic cells. ''Int Rev Immunol.'' '''6''',163-75 PMID 2152500
* Learmont JC, Geczy AF, Mills J, Ashton LJ, Raynes-Greenow CH, Garsia RJ, Dyer WB, McIntyre L, Oelrichs RB, Rhodes DI, Deacon NJ, Sullivan JS. (1999) Immunologic and virologic status after 14 to 18 years of infection with an attenuated strain of HIV-1. A report from the Sydney Blood Bank Cohort. ''N Engl J Med'' '''340''', 1715-1722 PMID 10352163
* Osmanov, S., Pattou, C., Walker, N., Schwardlander, B., Esparza, J. and the WHO-UNAIDS Network for HIV Isolation and Characterization. (2002) Estimated global distribution and regional spread of HIV-1 genetic subtypes in the year 2000. ''J. Acquir. Immune. Defic. Syndr.'' '''29''', 184-190 PMID 11832690
* Pollard, V. W. and Malim, M. H. (1998) The HIV-1 Rev protein. ''Annu Rev Microbiol.'' '''52''', 491-532 PMID 9891806
* Strebel, K (2003) Virus-host interactions: role of HIV proteins Vif, Tat, and Rev. ''AIDS'' '''17 Suppl 4''', S25-S34 PMID 15080177
* Thomson, M. M., Perez-Alvarez, L. and Najera, R. (2002) [http://dx.doi.org/10.1016/S1473-3099(02)00343-2 Molecular epidemiology of HIV-1 genetic forms and its significance for vaccine development and therapy]. ''Lancet Infect Dis.'' '''2''', 461-71 PMID 12150845
* Xiao, H., Neuveut, C., Tiffany, H. L., Benkirane, M., Rich, E. A., Murphy, P. M. and Jeang, K. T. (2000) Selective CXCR4 antagonism by Tat: implications for in vivo expansion of coreceptor use by HIV-1. ''Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A.'' '''97''', 11466-11471 PMID 11027346
* Wyatt, R. and Sodroski, J. (1998) The HIV-1 envelope glycoproteins: fusogens, antigens, and immunogens. ''Science'' '''280''', 1884-1888 PMID 9632381
* Zheng, Y. H., Lovsin, N. and Peterlin, B. M. (2005) Newly identified host factors modulate HIV replication. ''Immunol Lett.'' '''97''', 225-234 PMID 15752562
{{col-css3-end}}

[[Kategori:AIDS]]
[[Kategori:AIDS]]
[[Kategori:Retrovirus]]
[[Kategori:Retrovirus]]

Revisi per 26 September 2017 01.45