Altantuya Shaaribuu: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 37: | Baris 37: | ||
[[KategorI:Model Mongolia|Shaaribuu, Altantuya]] |
[[KategorI:Model Mongolia|Shaaribuu, Altantuya]] |
||
[[KategorI:Tokoh yang dibunuh|Shaaribuu, Altantuya]] |
[[KategorI:Tokoh yang dibunuh|Shaaribuu, Altantuya]] |
||
[[Kategori:Korban kejahatan]] |
|||
[[en:Shaariibuugiin Altantuyaa]] |
[[en:Shaariibuugiin Altantuyaa]] |
Revisi per 14 Maret 2008 14.54
Altantuya Shaaribuu (Mongolia: Алтантуяа Шаарьбуу) (1978-2006), wanita kelahiran Mongolia adalah korban pembunuhan kejam. Jasadnya diledakkan dengan bom C4 pada Oktober 2006 di Shah Alam, Malaysia.
Awal kehidupan
Altantuya dilahirkan pada 1978, dari ayah Shaaribuu Setev, seorang profesor psikologi, dan ibunya Sh Altantsetseg. Mereka membesarkannya bersama saudara perempuannya sementara mereka bekerja di Rusia; di sini pula Altantuya memulai pendidikan kelas 1 sekolah dasarnya. Ia fasih berbahasa Mongolia, Rusia, Perancis dan Inggris.
Altantuya pindah kembali ke Mongolia pada 1990 dan beberapa tahun kemudian menikah dengan seorang penyanyi tekno Mongolia bernama Maadai. Mereka memperoleh seorang anak pada 1996 tetapi pernikahan itu berakhir dengan perceraian dan anaknya kemudian tinggal bersama orangtua Altantuya.
Meskipun berpendidikan sebagai guru, Altantuya pindah sebentar ke Perancis dan di sana ia masuk ke sekolah model, lalu kembali ke Mongolia. Ia hanya menjadi model paruh waktu; di samping itu ia membuka bisnis perjalanan di Mongolia, meskipun tidak berjalan dengan baik.
Altantuya menikah kembali dan memperoleh seorang anak lagi pada 2003 namun pernikahan kedua ini pun juga berakhir dengan perceraian. Anaknya yang kedua pun tinggal bersama orangtua Altantuya.
Pembunuhan
Ia pindah ke Hong Kong pada 2005 dan membuka bisnis yang lain. Di situlah ia bertemu dengan Abdul Razak Baginda, seorang analis pertahanan dari tangki pemikiran Pusat Penelitian Strategis Malaysia dan menjalin hubungan dengannya.
Setelah tiba di Kuala Lumpur bersama sepupunya dan seorang temannya pada Oktober 2006 untuk menjalin kembali hubungannya dengan Baginda, ia pindah ke rumah Baginda, namun diculik dan dibawa pergi. Penyelidikan polisi mengungkapkan bahwa ia ditembak dua kali dan diledakkan dengan bahan peledak C4. Ketika tubuhnya ditemukan, ia hanya dapat diidentifikasikan melalui uji DNA atas potongan-potongan tulangnya.
Baginda dan tiga anggota kepolisian ditahan selama penyelidikan pembunuhan ini. Dua orang lainnya yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan ini adalah Inspektur Kepala Azilah Hadri, 30 dan Kopral Sirul Azhar Umar, 35, manakala seorang lagi anggota polisi dibebaskan karena tidak terlibat dalam kasus ini. Mereka adalah anggota pasukan elit Pasukan Gerakan Khas A (Unit Tindak Khas), pasukan khusus Mabes PDRM dan keduanya ditempatkan di kantor Wakil Perdana Menteri, yang juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan pada waktu pembunuhan itu terjadi.
Kepastian tentang huubungan (yang diakui oleh Baginda di Pengadilan) dan rincian-rincian yang pasti tentang pembunuhannya masih dalam penyelidikan. Kaerna penggunaan bahan peledak C4 (sangat jarang digunakan untuk kasus pembunuhan di Malaysia dan barangkali juga di seluruh dunia), kenyataan bahwa pihak-pihak yang dicurigai adalah polisi dan karier Baginda dapat terkait dengan kontrak-kontrak pertahanan - semuanya menimbulkan alasan-alasan kuat untuk spekulasi tentang adanya persekongkolan di balik semua ini.
Lain-lain
Dalam memuat laporan tentang pembunuhannya di Selangor, Malaysia, foto Altantuya keliru dimuat dengan foto-foto penyanyi Korea Selatan, U;Nee, karena mereka sangat mirip. Foto-foto yang belakangan dinyatakan sebagai foto-foto U;Nee beredar dalam tabloid-tabloid di Malaysia dan Singapura, yang disebut sebagai foto-foto Altantuya.
Pengadilan kasus ini baru akan diadakan pada Maret 2008. Banyak orang Malaysia yakin bahwa ini dimaksudkan untuk melindungi politikus tertentu (Datuk Seri Najib Tun Razak) pada pemilihan umum mendatang.
Lihat pula
Rujukan
- The Star [1]