Lompat ke isi

Byōbu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Rochelimit (bicara | kontrib)
Baris 10: Baris 10:
Disekitar abad ke-9, byōbu amat sering digunakan sebagai perabot rumah pada kediaman [[daimyo]], [[kuil Buddha]] dan [[Jinja|tokong Shinto]]. Sejenis ''Zenigata''({{lang|ja|銭形}}) engsel logam berbentuk duit shiling, diperkenalkan dan digunakan secara meluas untuk menyambungkan panel-panel sebagai ganti tali pintal sutera.<ref name="aisf">[http://www.aisf.or.jp/~jaanus/deta/b/byoubu.htm byoubu 屏風]</ref>
Disekitar abad ke-9, byōbu amat sering digunakan sebagai perabot rumah pada kediaman [[daimyo]], [[kuil Buddha]] dan [[Jinja|tokong Shinto]]. Sejenis ''Zenigata''({{lang|ja|銭形}}) engsel logam berbentuk duit shiling, diperkenalkan dan digunakan secara meluas untuk menyambungkan panel-panel sebagai ganti tali pintal sutera.<ref name="aisf">[http://www.aisf.or.jp/~jaanus/deta/b/byoubu.htm byoubu 屏風]</ref>
=== [[Zaman Muromachi]] (1392-1568) ===
=== [[Zaman Muromachi]] (1392-1568) ===
Partisi ruangan byōbu menjadi lebih populer ditemui di dalam rumah-rumah domestik, [[dojo]] dan kedai. Byōbu dua panel adalah bentuk byōbu yang paling umum ditemukan pada masa ini. Engsel kertas bertindih menggantikan ''Zenigata'', menjadikan byōbu lebih ringan untuk dibawa, lebih mudah untuk dilipat, dan lebih kuat pada sambungan-sambungannya. Teknik ini memungkinkan penggambaran pada byōbu tersebut tidak terganggu oleh sempadan menegak panel, yang membuatkan artis melukis pemandangan dan landskap tempat peristiwa terkenal Jepang yang agung, sering kali monokromatik, dan bertemakan alam. Engsel kertas, meskipun cukup kuat, memungkinkan struktur panel yang ringan. Kusen kayu lembut dibuat dengan menggunakan paku buluh khas yang membolehkan kusen tersebut diratakan sepanjang hujungnya menjadi lurus, segiempat, dan sama saiz sebagaimana panel lain byobu itu. Kekisi itu dibalut dengan satu atau lebih lapisan kertas yang terentang serata permukaan kekisi seperti gegendang hulu untuk menyediakan sokongan yang rata dan kuat bagi lukisan yang kemudiannya akan dilekatkan pada byobu itu. Struktur yang terhasil adalah ringan dan tahan lama, namun masih agak lemah. Jika permukaan panel itu dirodok dengan jari dan terlepas anggota kekisi, kemungkinan jari akan menembusi dengan mudah ke sisi satu lagi. Setelah lukisan dan kain broked dilekatkan, sebuah bingkai kayu yang disampang (lazimnya hitam atau merah gelap) dipasang untuk melindungi perimeter luaran byobu, dan perkakasan logam yang dihias rumit (jalur, sudut tepat dan tatah) dipasang pada bingkai itu untuk melindungi sampang itu.<ref name="libb"/>
Partisi ruangan byōbu menjadi lebih populer ditemui di dalam rumah-rumah domestik, [[dojo]] dan kedai. Byōbu dua panel adalah bentuk byōbu yang paling umum ditemukan pada masa ini. Engsel kertas bertindih menggantikan ''Zenigata'', menjadikan byōbu lebih ringan untuk dibawa, lebih mudah untuk dilipat, dan lebih kuat pada sambungan-sambungannya. Teknik ini memungkinkan penggambaran pada byōbu tersebut tidak terganggu oleh penegak panel. Engsel kertas, meskipun cukup kuat, memungkinkan struktur panel yang ringan. Kusen kayu dibuat dengan menggunakan paku buluh khas yang membolehkan kusen tersebut diratakan sepanjang hujungnya menjadi lurus, segiempat, dan memiliki ukuran yang sama dengan panel lain didalam byobu tersebut. Kisi-kisi itu diikat dengan satu atau lebih lapisan kertas yang terbentang di permukaan kisi seperti baut bercabang untuk memberikan dukungan yang kuat bagi lukisan yang kemudian akan ditempelkan pada byōbu itu. Struktur yang dihasilkan menjadi lebih ringan dan lebih tahan lama, namun masih tergolong lemah. Jika permukaan panel itu dirobek dengan jari, kemungkinan jari dapat menembus dengan mudah ke sisi yang lain. Setelah lukisan dan kain broked dilekatkan, sebuah bingkai kayu yang dipintal (biasanya berwarna hitam atau merah tua) dipasang untuk melindungi perimeter terluar luaran byōbu. Beberapa perkakas logam hiasa dipasang pada bingkai itu untuk melindungi gelas.<ref name="libb"/>

=== [[Zaman Azuchi-Momoyama]] (1568-1600) dan [[Zaman Edo]] awal (1600-1868) ===
=== [[Zaman Azuchi-Momoyama]] (1568-1600) dan [[Zaman Edo]] awal (1600-1868) ===
[[Berkas:Elephant and Whale Screens by Ito Jakuchu (Miho Museum)R.jpg|jmpl|kiri|Byobu karya Ito Jakuchu ini dibuat dari akhir abad ke-18.]]
[[Berkas:Elephant and Whale Screens by Ito Jakuchu (Miho Museum)R.jpg|jmpl|kiri|Byobu karya Ito Jakuchu ini dibuat dari akhir abad ke-18.]]

Revisi per 30 November 2017 17.58

Panel byōbu abad ke-18 yang dibuat oleh Ogata Kōrin.

Byōbu (屏風, dinding angin) adalah partisi ruangan Jepang yang terdiri atas beberapa panel yang tersambung dan dapat dilipat. Byōbu mengandung lukisan hiasan atau kaligrafi yang digunakan untuk memisahkan bagian ruangan ataupun sebagai penutup ruangan untuk privasi.

Sejarah

Seperti banyak seni rupa dan perangkat Jepang pada umumnya, byōbu berasal dari Cina; Prototipe byōbu dari zaman Dinasti Han telah ditemukan di Cina. Istalah byōbu secara harafiah berarti "dinding angin" mengindikasikan bahwa tujuan byōbu adalah sebagai penyekat antara ruangan yang memiliki seni rupa. Byōbu pertama kali diperkenalkan di Jepang pada abad ke-8, pada saat itu telah tertulis dalam catatan sejarah bahwa pengrajin-pengrahun Jepang mulai membuat byōbu mereka sendiri. Pada saat tersebut, byōbu masih sangat dipengaruhi oleh motif Cina. Dalam kurun beberapa era, byōbu berkembang dari segi struktur dan bentuk, dan dari bahan yang digunakan:

Zaman Nara (646-794)

Bentuk asal byōbu adalah sebuah panel berdiri tunggal dan berkaki. Pada abad ke-8, byōbu yang terdiri atas lebih dari satu panel mulai bermunculan. Byōbu ini biasa ditemukan sebagai suatu keharusan di istana kaisar. Byōbu seperti ini biasa ditemukan didalam ruangan yang digunakan untuk upacara-upacara penting. Byōbu enam panel adalah jenis byōbu yang paling umum ditemukan pada zaman Nara. Byōbu pada zaman Nara biasanya ditutupi dengan sutera dan setiap panel disambungkan dengan panel yang lain dengan menggunakan tali pintal yang terbuat dari kulit atau sutera. Lukisan pada setiap panel dibingkaikan dengan kain broked sutera, dan panel itu dibataskan dengan bingkai kayu.[1]

Zaman Heian (794-1185)

Disekitar abad ke-9, byōbu amat sering digunakan sebagai perabot rumah pada kediaman daimyo, kuil Buddha dan tokong Shinto. Sejenis Zenigata(銭形) engsel logam berbentuk duit shiling, diperkenalkan dan digunakan secara meluas untuk menyambungkan panel-panel sebagai ganti tali pintal sutera.[2]

Zaman Muromachi (1392-1568)

Partisi ruangan byōbu menjadi lebih populer ditemui di dalam rumah-rumah domestik, dojo dan kedai. Byōbu dua panel adalah bentuk byōbu yang paling umum ditemukan pada masa ini. Engsel kertas bertindih menggantikan Zenigata, menjadikan byōbu lebih ringan untuk dibawa, lebih mudah untuk dilipat, dan lebih kuat pada sambungan-sambungannya. Teknik ini memungkinkan penggambaran pada byōbu tersebut tidak terganggu oleh penegak panel. Engsel kertas, meskipun cukup kuat, memungkinkan struktur panel yang ringan. Kusen kayu dibuat dengan menggunakan paku buluh khas yang membolehkan kusen tersebut diratakan sepanjang hujungnya menjadi lurus, segiempat, dan memiliki ukuran yang sama dengan panel lain didalam byobu tersebut. Kisi-kisi itu diikat dengan satu atau lebih lapisan kertas yang terbentang di permukaan kisi seperti baut bercabang untuk memberikan dukungan yang kuat bagi lukisan yang kemudian akan ditempelkan pada byōbu itu. Struktur yang dihasilkan menjadi lebih ringan dan lebih tahan lama, namun masih tergolong lemah. Jika permukaan panel itu dirobek dengan jari, kemungkinan jari dapat menembus dengan mudah ke sisi yang lain. Setelah lukisan dan kain broked dilekatkan, sebuah bingkai kayu yang dipintal (biasanya berwarna hitam atau merah tua) dipasang untuk melindungi perimeter terluar luaran byōbu. Beberapa perkakas logam hiasa dipasang pada bingkai itu untuk melindungi gelas.[1]

Zaman Azuchi-Momoyama (1568-1600) dan Zaman Edo awal (1600-1868)

Byobu karya Ito Jakuchu ini dibuat dari akhir abad ke-18.

Popularitas byōbu semakin meningkat pada zaman ini. Zaman Azuchi-Momoyama dan zaman Edo adalah periode dimana minat orang-otrang terhadap kesenian dan pertukangan mencapai titik kulminasinya. Byōbu menghiasi kediaman samurai yang memperlihatkan ketinggian pangkat dan memaparkan kekayaan dan kekuasaan. Ini membawa kepada perubahan radikal dalam pertukangan byōbu, seperti latar belakang yang dibuat daripada kerajang emas (金箔, kinpaku) dan lukisan yang amat berwarna-warni yang menggambarkan alam semesta dan kehidupan sehari-hari , sejenis gaya yang dipelopori oleh aliran Kanō.[1]

Saat ini

Hari ini kebanyakan byōbu dihasilkan oleh mesin. Namun demikian, masih banyak ditemukan byōbu yang terbuat dari tangan. Byōbu yang terbuat dari tangan biasanya dihasilkan oleh keluarga-keluarga yang mempertahankan tradisi pertukangan itu.[1]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b c d Momoyama, Japanese Art in the Age of Grandeur, an exhibition catalog from The Metropolitan Museum of Art (fully available online as PDF), which contains material on Byōbu
  2. ^ byoubu 屏風

Pranala luar