Lompat ke isi

Pengurutan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
meringkas bagian sekuensing asam nukleat
sekuensing protein, dari en:edman_degradation, en:Peptide mass fingerprinting, dan referensi tercantum
Baris 1: Baris 1:
:''Untuk "sekuensing" dalam [[musik elektronik]], lihat artikel [[sekuenser musik]].''
:''Untuk "sekuensing" dalam [[musik elektronik]], lihat artikel [[sekuenser musik]].''


Dalam [[genetika]] dan [[biokimia]], '''sekuensing''' berarti penentuan [[struktur primer]] (atau sekuens primer) rantai [[biopolimer]] tak bercabang. Sekuensing menghasilkan penggambaran linear simbolik yang disebut '''sekuens''' yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang di-sekuensing.
Dalam [[genetika]] dan [[biokimia]], '''sekuensing''' berarti penentuan [[struktur primer]] (atau sekuens primer) rantai [[biopolimer]] tak bercabang. Sekuensing menghasilkan penggambaran linear simbolik yang disebut '''sekuens''' yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang di-sekuensing. Sebagai contoh, ''sekuensing [[DNA]]'' akan menghasilkan ''[[sekuens DNA]]'' yang digambarkan sebagai untaian [[abjad]] lambang [[nukleotida|nukleotida-nukleotida]] penyusun DNA, yaitu "A" (nukleotida berbasa [[adenin]]), "T" (nukleotida berbasa [[timin]]), "G" (nukleotida berbasa [[guanin]]), dan "C" (nukleotida berbasa [[sitosin]]).


==Sekuensing DNA dan RNA==
==Sekuensing DNA dan RNA==
Baris 7: Baris 7:
''Artikel utama:'' [[Sekuensing asam nukleat]]
''Artikel utama:'' [[Sekuensing asam nukleat]]


Sekuensing asam nukleat adalah proses penentuan urutan [[nukleotida]] pada suatu fragmen [[DNA]] atau [[RNA]]. Penentuan sekuens [[RNA]] biasanya dilakukan dengan melakukan sekuensing terhadap DNA cetakannya. Dewasa ini, hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=pubmed&dopt=Abstract&list_uids=870828&query_hl=11]. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA ''in vitro'' yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.
'''Sekuensing asam nukleat''' adalah proses penentuan urutan [[nukleotida]] pada suatu fragmen [[DNA]] atau [[RNA]]. Penentuan sekuens [[RNA]] biasanya dilakukan dengan melakukan sekuensing terhadap DNA cetakannya. Dewasa ini, hampir semua usaha '''sekuensing DNA''' dilakukan dengan menggunakan metode ''terminasi rantai'' yang dikembangkan oleh Frederick Sanger[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=pubmed&dopt=Abstract&list_uids=870828&query_hl=11]. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA ''in vitro'' yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.


Pada metode sekuensing terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut ''primer'' yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. ''Primer'' tersebut diperpanjang menggunakan [[DNA polimerase]], enzim yang me[[replikasi]] DNA. Bersama dengan ''primer'' dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa [[deoksinukleotida]] (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (''terminator'' rantai) dalam konsentrasi rendah. Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan [[elektroforesis]].
Pada metode sekuensing terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut ''primer'' yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. ''Primer'' tersebut diperpanjang menggunakan [[DNA polimerase]], enzim yang me[[replikasi]] DNA. Bersama dengan ''primer'' dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa [[deoksinukleotida]] (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (''terminator'' rantai) dalam konsentrasi rendah. Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan [[elektroforesis]].


Metode sekuensing DNA yang lain adalah metode Maxam dan Gilbert yang didasarkan pada modifikasi kimiawi DNA yang dilanjutkan dengan pemotongan DNA [http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pubmed&pubmedid=265521].
Metode sekuensing DNA yang lain adalah metode Maxam dan Gilbert yang didasari oleh modifikasi kimiawi DNA yang dilanjutkan dengan pemotongan DNA [http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pubmed&pubmedid=265521].
Metode ini mulanya cukup populer, namun seiring dengan dikembangkannya metode terminasi rantai menjadi semakin mudah dan murah, metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak populer.
Metode ini mulanya cukup populer, namun seiring dengan dikembangkannya metode terminasi rantai menjadi semakin mudah dan murah, metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak populer.


==Sekuensing protein==
==Sekuensing protein==


'''Sekuensing protein''' atau '''sekuensing peptida''' adalah penentuan urutan [[asam amino]] pada suatu [[protein]] atau [[peptida]] ([[oligopeptida]] maupun [[polipeptida]]). Metode untuk sekuensing [[protein]] umumnya melibatkan pemutusan [[ikatan kimia|ikatan]] yang diikuti dengan identifikasi asam amino.
''Artikel utama:'' [[Sekuensing protein]]


Pada metode [[:en:edman degradation|degradasi Edman]], residu pada ujung-N (ujung amino) [[protein]] dipotong satu per satu dengan reaksi kimia. Setelah setiap pemotongan, residu [[asam amino]] yang telah dipotong tersebut dapat diidentifikasi menggunakan [[kromatografi]]. Prosedur tersebut diulangi untuk setiap residu asam amino. Kelemahan metode ini adalah bahwa polipeptida yang di-sekuensing tidak dapat lebih panjang dari 50–60 residu (dapat disiasati dengan memotong-motong polipeptida berukuran besar menjadi peptida-peptida berukuran lebih kecil sebelum dilakukan reaksi).
Metode untuk sekuensing [[protein]] meliputi:
*Degradasi Edman
*''Peptide mass fingerprinting''
*[[Spektrometri massa]]
*Digesti [[protease]]


Metode sekuensing protein yang lain memanfaatkan [[spektrometri massa]] yang mampu mengukur [[massa]] [[peptida]] dengan tepat. Protein yang hendak di-sekuensing dipotong-potong secara [[enzim|enzimatik]] maupun [[reaksi kimia|kimia]] menjadi peptida-peptida yang kemudian dianalisis menggunakan spektrometri massa. Dalam proses spektrometri massa, peptida-peptida tersebut dipecah secara [[ionisasi]], misalnya dengan bantuan [[laser]] pada metode ''matrix-assisted laser desorption ionization-time-of-flight spectrometry'' (spektrometri "ionisasi desorpsi laser dengan bantuan matriks"-"waktu terbang"/[[:en:MALDI-TOF|MALDI-TOF]]), kemudian [[ion|ion-ion]] residu yang dihasilkan ditentukan massanya. Pada metode ''[[:en:Peptide mass fingerprinting|peptide mass fingerprinting]]'' ("penyidikjarian massa peptida"), data massa fragmen-fragmen peptida tersebut dianalisis secara [[bioinformatika]] dengan rujukan [[basis data]] besar asam nukleat untuk menentukan sekuens protein asalnya (secara [[statistika]] berdasarkan data asam nukleat pada basis data tersebut). Selain itu, sekuens protein juga dapat ditentukan langsung dengan spektrometri massa pada metode ''[[:en:tandem mass spectrometry|tandem mass spectrometry]]'' ("spektrometri massa tandem").
Jika [[gen]] penyandi suatu protein dapat diidentifikasi, saat ini jauh lebih mudah melakukan sekuensing [[DNA]] dari gen tersebut dan menentukan sekuens proteinnya dari sana. Sebaliknya, penentuan sebagian sekuens [[asam amino]] suatu protein (biasanya dari salah satu ujung rantai proteinnya) dengan menggunakan salah satu metode di atas dapat memungkinkan identifikasi [[klon]] pembawa gen tersebut.

Jika [[gen]] penyandi suatu protein dapat diidentifikasi, saat ini jauh lebih mudah melakukan sekuensing [[DNA]] dari gen tersebut dan menentukan sekuens proteinnya dari sekuens DNA itu dibandingkan dengan harus melakukan sekuensing terhadap protein itu sendiri. Sebaliknya, penentuan sebagian sekuens [[asam amino]] suatu protein (biasanya dari salah satu ujung rantai proteinnya) dapat memungkinkan identifikasi [[klon]] pembawa gen tersebut.


==Sekuensing polisakarida==
==Sekuensing polisakarida==


Walaupun [[polisakarida]] juga merupakan [[biopolimer]] (yang termasuk dalam [[karbohidrat]]), tidaklah lazim untuk melakukan 'sekuensing' polisakarida, karena beberapa alasan. Walaupun banyak polisakarida yang berstruktur rantai lurus, banyak pula yang berstruktur bercabang. Terdapat banyak sekali jenis monomer polisakarida ([[monosakarida]] tunggal) yang dapat menyusun polisakarida dengan banyak macam cara [[ikatan kimia]] pula. Selain itu, alasan teoretis utama ketidaklaziman sekuensing polisakarida adalah bahwa masing-masing polimer lain yang disebutkan di atas secara umum dibentuk oleh satu jenis [[enzim]] berdasarkan 'cetakan' tertentu, sedangkan satu penggabungan monomer pada polisakarida dapat dibentuk oleh berbagai jenis enzim. Sering kali pembentukan ikatan polimer polisakarida tidaklah spesifik; bergantung pada enzim yang beraksi, satu dari beberapa jenis monomer dapat digabungkan. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya sekelompok molekul yang mirip satu sama lain.
Walaupun [[polisakarida]] juga merupakan [[biopolimer]] (yang termasuk dalam [[karbohidrat]] dengan monomer [[monosakarida]]), tidaklah lazim untuk melakukan 'sekuensing' polisakarida, karena beberapa alasan. Walaupun banyak polisakarida yang berstruktur rantai lurus, banyak pula yang berstruktur bercabang. Terdapat banyak sekali jenis [[monosakarida]] yang dapat menyusun polisakarida dengan banyak macam cara [[ikatan kimia]] pula. Selain itu, alasan teoretis utama ketidaklaziman sekuensing polisakarida adalah bahwa masing-masing polimer lain yang disebutkan di atas secara umum dibentuk oleh satu jenis [[enzim]] berdasarkan 'cetakan' tertentu, sedangkan satu penggabungan monomer pada polisakarida dapat dibentuk oleh berbagai jenis enzim. Sering kali pembentukan ikatan polimer polisakarida tidaklah spesifik; bergantung pada enzim yang beraksi, satu dari beberapa jenis monomer dapat digabungkan. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya sekelompok molekul yang mirip satu sama lain.

==Referensi dan bacaan lanjutan==
*{{en}} Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Walter, P. (2002) ''[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?call=bv.View..ShowTOC&rid=mboc4.TOC&depth=10 Molecular Biology of the Cell]''. Edisi ke-4. Garland Science: New York. ISBN 0815332181 ([http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=mboc4.section.1522#1550 Sekuensing protein dengan spektrometri massa])
*{{en}} Berg, J. M., Stryer, L. et al. (2002) ''[Biochemistry]''. W.H. Freeman. ISBN 0-7167-4684-0. ([http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=stryer.section.483 Degradasi Edman di buku ini])


==Lihat pula==
==Lihat pula==
* [[Biosintesis protein]]
* [[Biosintesis protein]]
* [[Sekuensing DNA]]
* [[Sekuensing asam nukleat]]
* [[Sekuensing protein]]


[[Kategori:Biologi molekular]]
[[Kategori:Biologi molekular]]

Revisi per 7 Januari 2006 18.22

Untuk "sekuensing" dalam musik elektronik, lihat artikel sekuenser musik.

Dalam genetika dan biokimia, sekuensing berarti penentuan struktur primer (atau sekuens primer) rantai biopolimer tak bercabang. Sekuensing menghasilkan penggambaran linear simbolik yang disebut sekuens yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang di-sekuensing. Sebagai contoh, sekuensing DNA akan menghasilkan sekuens DNA yang digambarkan sebagai untaian abjad lambang nukleotida-nukleotida penyusun DNA, yaitu "A" (nukleotida berbasa adenin), "T" (nukleotida berbasa timin), "G" (nukleotida berbasa guanin), dan "C" (nukleotida berbasa sitosin).

Sekuensing DNA dan RNA

Artikel utama: Sekuensing asam nukleat

Sekuensing asam nukleat adalah proses penentuan urutan nukleotida pada suatu fragmen DNA atau RNA. Penentuan sekuens RNA biasanya dilakukan dengan melakukan sekuensing terhadap DNA cetakannya. Dewasa ini, hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger[1]. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.

Pada metode sekuensing terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (terminator rantai) dalam konsentrasi rendah. Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis.

Metode sekuensing DNA yang lain adalah metode Maxam dan Gilbert yang didasari oleh modifikasi kimiawi DNA yang dilanjutkan dengan pemotongan DNA [2]. Metode ini mulanya cukup populer, namun seiring dengan dikembangkannya metode terminasi rantai menjadi semakin mudah dan murah, metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak populer.

Sekuensing protein

Sekuensing protein atau sekuensing peptida adalah penentuan urutan asam amino pada suatu protein atau peptida (oligopeptida maupun polipeptida). Metode untuk sekuensing protein umumnya melibatkan pemutusan ikatan yang diikuti dengan identifikasi asam amino.

Pada metode degradasi Edman, residu pada ujung-N (ujung amino) protein dipotong satu per satu dengan reaksi kimia. Setelah setiap pemotongan, residu asam amino yang telah dipotong tersebut dapat diidentifikasi menggunakan kromatografi. Prosedur tersebut diulangi untuk setiap residu asam amino. Kelemahan metode ini adalah bahwa polipeptida yang di-sekuensing tidak dapat lebih panjang dari 50–60 residu (dapat disiasati dengan memotong-motong polipeptida berukuran besar menjadi peptida-peptida berukuran lebih kecil sebelum dilakukan reaksi).

Metode sekuensing protein yang lain memanfaatkan spektrometri massa yang mampu mengukur massa peptida dengan tepat. Protein yang hendak di-sekuensing dipotong-potong secara enzimatik maupun kimia menjadi peptida-peptida yang kemudian dianalisis menggunakan spektrometri massa. Dalam proses spektrometri massa, peptida-peptida tersebut dipecah secara ionisasi, misalnya dengan bantuan laser pada metode matrix-assisted laser desorption ionization-time-of-flight spectrometry (spektrometri "ionisasi desorpsi laser dengan bantuan matriks"-"waktu terbang"/MALDI-TOF), kemudian ion-ion residu yang dihasilkan ditentukan massanya. Pada metode peptide mass fingerprinting ("penyidikjarian massa peptida"), data massa fragmen-fragmen peptida tersebut dianalisis secara bioinformatika dengan rujukan basis data besar asam nukleat untuk menentukan sekuens protein asalnya (secara statistika berdasarkan data asam nukleat pada basis data tersebut). Selain itu, sekuens protein juga dapat ditentukan langsung dengan spektrometri massa pada metode tandem mass spectrometry ("spektrometri massa tandem").

Jika gen penyandi suatu protein dapat diidentifikasi, saat ini jauh lebih mudah melakukan sekuensing DNA dari gen tersebut dan menentukan sekuens proteinnya dari sekuens DNA itu dibandingkan dengan harus melakukan sekuensing terhadap protein itu sendiri. Sebaliknya, penentuan sebagian sekuens asam amino suatu protein (biasanya dari salah satu ujung rantai proteinnya) dapat memungkinkan identifikasi klon pembawa gen tersebut.

Sekuensing polisakarida

Walaupun polisakarida juga merupakan biopolimer (yang termasuk dalam karbohidrat dengan monomer monosakarida), tidaklah lazim untuk melakukan 'sekuensing' polisakarida, karena beberapa alasan. Walaupun banyak polisakarida yang berstruktur rantai lurus, banyak pula yang berstruktur bercabang. Terdapat banyak sekali jenis monosakarida yang dapat menyusun polisakarida dengan banyak macam cara ikatan kimia pula. Selain itu, alasan teoretis utama ketidaklaziman sekuensing polisakarida adalah bahwa masing-masing polimer lain yang disebutkan di atas secara umum dibentuk oleh satu jenis enzim berdasarkan 'cetakan' tertentu, sedangkan satu penggabungan monomer pada polisakarida dapat dibentuk oleh berbagai jenis enzim. Sering kali pembentukan ikatan polimer polisakarida tidaklah spesifik; bergantung pada enzim yang beraksi, satu dari beberapa jenis monomer dapat digabungkan. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya sekelompok molekul yang mirip satu sama lain.

Referensi dan bacaan lanjutan

Lihat pula