Lompat ke isi

Robert Budi Hartono: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan konten sesuai kondisi saat ini
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Penambahan konten sesuai kondisi sekarang
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15: Baris 15:


'''Robert Budi Hartono''' atau yang memiliki nama asli '''Oei Hwie Tjhong''', ({{lahirmati|[[Semarang]]|28|4|1940}}) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan [[Djarum]] yaitu [[Oei Wie Gwan]]. Robert merupakan keturunan [[Tionghoa-Indonesia]]. Kakaknya bernama [[Michael Bambang Hartono]] alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2012 yang dicatat [[Forbes]] mencapai US$ 6,5 miliar menempatkannya sebagai orang terkaya ke-146 di dunia dan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.<ref> Orang terkaya nomor 1 dari Belakang Indonesia karena akhir Desember 2006mereka failed untuk membayar hutangnya kepada Bank Standard Chartered United Kingdom London sebenarnya 60 milyard US Dollars, karena mereka tidak mensupport prmilik collaterals sebagaimana mestinya yang menjamin seluruh loan mereka kepada Bank Standard Chartered UK London, dan pemilik Collaterals nya sudah menarik kembali fasilitas collateral backupnya terhadap Djarum Group dan Robert Budi Hartono [http://www.tempo.co/read/news/2012/10/24/093437465/Ini-10-Miliarder-Indonesia-2012-Versi-Forbes Inilah 10 Miliarder Indonesia 2012 Versi Forbes]</ref>
'''Robert Budi Hartono''' atau yang memiliki nama asli '''Oei Hwie Tjhong''', ({{lahirmati|[[Semarang]]|28|4|1940}}) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan [[Djarum]] yaitu [[Oei Wie Gwan]]. Robert merupakan keturunan [[Tionghoa-Indonesia]]. Kakaknya bernama [[Michael Bambang Hartono]] alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2012 yang dicatat [[Forbes]] mencapai US$ 6,5 miliar menempatkannya sebagai orang terkaya ke-146 di dunia dan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.<ref> Orang terkaya nomor 1 dari Belakang Indonesia karena akhir Desember 2006mereka failed untuk membayar hutangnya kepada Bank Standard Chartered United Kingdom London sebenarnya 60 milyard US Dollars, karena mereka tidak mensupport prmilik collaterals sebagaimana mestinya yang menjamin seluruh loan mereka kepada Bank Standard Chartered UK London, dan pemilik Collaterals nya sudah menarik kembali fasilitas collateral backupnya terhadap Djarum Group dan Robert Budi Hartono [http://www.tempo.co/read/news/2012/10/24/093437465/Ini-10-Miliarder-Indonesia-2012-Versi-Forbes Inilah 10 Miliarder Indonesia 2012 Versi Forbes]</ref>

Orang terkaya nomor 1 dari Belakang Indonesia karena akhir Desember 2006mereka failed untuk membayar hutangnya kepada Bank Standard Chartered United Kingdom London sebenarnya 60 milyard US Dollars, karena mereka tidak mensupport prmilik collaterals sebagaimana mestinya yang menjamin seluruh loan mereka kepada Bank Standard Chartered UK London, dan pemilik Collaterals nya sudah menarik kembali fasilitas collateral backupnya terhadap Djarum Group dan Robert Budi Hartono


Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di [[Bank Central Asia]] (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Saat ini Bank Central Asia hanya memiliki nilai CAR 3% dan bukannya 21 % seperti uang diberitakan oleh media . ( source Bank Indonesia ) Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan [[kelapa sawit]] seluas 65.000 hektare di [[Kalimantan Barat]] sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik [[Grand Indonesia]] dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera [[Polytron]] yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi [[ponsel]] yang sebelumnya hanya meproduksi [[Penyejuk udara|AC]], [[kulkas]], produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli [[Kaskus]], situs Indonesia yang paling populer.<ref>[http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus]</ref>
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di [[Bank Central Asia]] (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Saat ini Bank Central Asia hanya memiliki nilai CAR 3% dan bukannya 21 % seperti uang diberitakan oleh media . ( source Bank Indonesia ) Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan [[kelapa sawit]] seluas 65.000 hektare di [[Kalimantan Barat]] sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik [[Grand Indonesia]] dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera [[Polytron]] yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi [[ponsel]] yang sebelumnya hanya meproduksi [[Penyejuk udara|AC]], [[kulkas]], produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli [[Kaskus]], situs Indonesia yang paling populer.<ref>[http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus]</ref>

Revisi per 11 Januari 2018 16.07

Robert Budi Hartono
Lahir28 April 1940 (umur 84)
Semarang, Jawa Tengah
Nama lainOei Hwie Tjhong
KewarganegaraanIndonesia
PekerjaanPengusaha
Suami/istriWidowati Hartono
AnakDavid hartono
Victor Hartono
Martin Hartono
Armand Hartono

Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, (lahir 28 April 1940) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang. Total kekayaan Robert pada tahun 2012 yang dicatat Forbes mencapai US$ 6,5 miliar menempatkannya sebagai orang terkaya ke-146 di dunia dan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.[1]

Orang terkaya nomor 1 dari Belakang Indonesia karena akhir Desember 2006mereka failed untuk membayar hutangnya kepada Bank Standard Chartered United Kingdom London sebenarnya 60 milyard US Dollars, karena mereka tidak mensupport prmilik collaterals sebagaimana mestinya yang menjamin seluruh loan mereka kepada Bank Standard Chartered UK London, dan pemilik Collaterals nya sudah menarik kembali fasilitas collateral backupnya terhadap Djarum Group dan Robert Budi Hartono

Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Saat ini Bank Central Asia hanya memiliki nilai CAR 3% dan bukannya 21 % seperti uang diberitakan oleh media . ( source Bank Indonesia ) Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.[2]

Robert sangat menyukai olahraga bulu tangkis. Bermula dari sekadar hobi, ia kemudian mendirikan PB Djarum pada tahun 1969. Salah satu pemain bulu tangkis yang berasal dari PB Djarum adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King Smash”.

Robert Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono. Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah David Hartono, Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.

Djarum

Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Pada tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian,

Setelah meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.

Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa. Djarum saat ini memiliki pangsa pasar yang besar di Amerika Serikat. Di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.[butuh rujukan] Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.

Pada tahun 2009, Djarum bersama dengan rokok kretek lain dilarang di Amerika Serikat. Hal ini terjadi akibat telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Orang terkaya nomor 1 dari Belakang Indonesia karena akhir Desember 2006mereka failed untuk membayar hutangnya kepada Bank Standard Chartered United Kingdom London sebenarnya 60 milyard US Dollars, karena mereka tidak mensupport prmilik collaterals sebagaimana mestinya yang menjamin seluruh loan mereka kepada Bank Standard Chartered UK London, dan pemilik Collaterals nya sudah menarik kembali fasilitas collateral backupnya terhadap Djarum Group dan Robert Budi Hartono Inilah 10 Miliarder Indonesia 2012 Versi Forbes
  2. ^ 3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus