Lompat ke isi

Oei Hui-lan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
→‎Akhir hayat: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 48: Baris 48:


== Akhir hayat ==
== Akhir hayat ==
Oei Hui Lan meninggal dunia di tahun [[1992]]. Sebelum meninggal, Oei Hui Lan sempat menulis dan menerbitkan buku berjudul No feast last forever yang artinya tidak ada pesta yang tak berakhir, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa hingga bisa dijadikan contoh tentang arti kehidupan sesungguhnya. Ia terlahir dengan kemewahan, kehormatan dan kebendaaan yang tiada habisnnya. Akan tetapi semua itu tidak membuatnya bahagia. <ref name="Akhir Hayat">[http://www.langitberita.com/omg/87669/oei-hui-lan-perempuan-terkaya-yang-hidup-tidak-bahagia/ Oei Hui Lan, Perempuan Terkaya yang Hidup Tidak Bahagia] langitberita.com</ref>
Oei Hui Lan meninggal dunia di tahun [[1992]]. Sebelum meninggal, Oei Hui Lan sempat menulis dan menerbitkan buku berjudul No Feast Last Forever yang artinya tidak ada pesta yang tak berakhir, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa hingga bisa dijadikan contoh tentang arti kehidupan sesungguhnya. Ia terlahir dengan kemewahan, kehormatan dan kebendaaan yang tiada habisnnya. Akan tetapi semua itu tidak membuatnya bahagia. <ref name="Akhir Hayat">[http://www.langitberita.com/omg/87669/oei-hui-lan-perempuan-terkaya-yang-hidup-tidak-bahagia/ Oei Hui Lan, Perempuan Terkaya yang Hidup Tidak Bahagia] langitberita.com</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 18 Februari 2018 04.06

Oei Hui Lan
Madame Wellington Koo
Latar Belakang
Lahir21 Desember 1889
Semarang, Indonesia
Orang tuaOei Tiong Ham (ayah)
Goei Bing Nio (ibu)

Oei Hui Lan (lahir di Semarang, 21 Desember 1889, meninggal di Amerika Serikat, tahun 1992 pada umur 103 tahun) dikenal sebagai istri Wellington Koo adalah putri orang terkaya di Indonesia pada era 1900-an. Wellington Koo merupakan seorang Duta Besar China di Amerika Serikat. [1]

Kehidupan pribadi

Oei Hui Lan dikenal juga sebagai putri Oei Tiong Ham yang pernah dikenal sebagai raja gula dan orang terkaya di Asia Tenggara yang kekayaan mencapai 200 juta Dollar US atau setara 200 milyar di zaman sekarang. Gadis kelahiran Indonesia ini merupakan anak kedua dari istri pertama Oei Tiong Ham sedangkan Kakaknya Oei Hui Lan bernama Tjong Lan. Ayah Oei Hui Lan mempunyai 42 anak dari 18 gundik, bagi orang China anak gundik pun dianggap sebagai anak yang sah.[2]

Oei Hui Lan adalah mimpi kebanyakan perempuan. Lahir dengan kecantikan menawan Hui Lan dianugerahi limpahan kekayaan. Ayahnya, Oei Tiong Ham adalah pengusaha candu, kopra, dan gula terkaya dengan sebutan raja gula dari Semarang. Oei Tiong Ham merupakan konglomerat pertama Asia Tenggara, bos Kian Gwan Concern yang dijuluki Rockefeller Asia.[3]

Oei Hui Lan dibesarkan dalam rumah yang sangat besar, Luasnya mencapai 9.2 hektar dengan gaya arsitektur Eropa dan China. Di rumah Oei terdapat 200 ruangan, dapur, villa pribadi, dan dua paviliun besar. Oei juga membangun kebun binatang pribadi di rumahnya. Demi merawat semua itu, Oei mempekerjakan 40 pembantu rumah tangga, 50 tukang kebun, dan dua koki asal Cina dan Eropa.

Ibu Hui Lan, Goei Bing Nio adalah perempuan yang ambisius. Goei membangun citra keluarga lewat harta yang dimiliki suaminya. Dia membeli apa saja yang dianggap bakal meninggikan derajat keluarga mulai dari perhiasan, pakaian mahal, kendaraan, hingga plesiran ke Eropa. Dari Goei, Hui Lan belajar cara bergaul dengan kalangan Jet Set Eropa dan berhasil menempatkan status keluarga Oei sejajar dengan keluarga kerajaan Inggris.[4]

Kekayaan sang ayah membuat sang ibu tak pernah rela anaknya menikah dengan kalangan biasa.[5]

Pernikahan

Oei dan putranya, karya fotografer Henry Walter Barnett.

Saat menetap di Inggris Oei Hui Lan dan ibunya tinggal serumah bersama kakak pertama Hui Lan, Tjong Lan. Rumah mereka berada di kawasan elite London, Brooke Street. Mereka juga membeli rumah di daerah elite Wimbledon, Oakland. dari di sini, gaya hidup jet set Hui Lan kuat terbangun.

Di Inggris, Hui Lan menikmati statusnya sebagai putri Raja Gula dari Asia Tenggara. Banyak pria berdarah bangsawan Eropa tergila-gila dengannya. Salah satunya, keturunan bangsawan Prancis, Guy Brook dan Lord Brook. Tapi Goei tak pernah memimpikan menantu bule. Meski saat itu putrinya sudah menginjak usia 18 tahun.

Tjong Lan kakaknya berencana menjodohkan Oei Hui Lan dengan pria asli keturunan Cina. Namanya Wellington Koo. Wellington duda usia 32 tahun alumnus Colombia University. Dia orang penting kedua, setelah Jendral Tang dalam urusan diplomatik luar negeri Cina di Eropa. Hui Lan mengagumi kecerdasan dan kesopanan Wellington dalam bergaul. Hingga pada tahun 1921, Oei Hui Lan akhirnya menikah dengan Wellington di kantor Kedutaan Belgia.[6]

Gaya hidup Hui Lan dan Wellintong bertolak 180 derajat. Hui Lan senang menghabur uang, Wellington sederhana dan bersahaja. Dibandingkan kiriman uang yang diterima Hui Lan dari ayah dan ibunya, gaji Wellington memang bagai langit dan bumi. Penghasilan Wellington hanya $ 600 dolar perbulan. Sementara Hui Lan bisa menghabiskan 80,000 poundsterling untuk sekali menghias rumah. [7]

Warisan keluarga

Ayah Oei Hui Lan meninggal mendadak pada 3 Juni 1924. Setelah meninggal ayahnya membagi hartanya secara tidak merata kepada anak-anaknya, itulah yang menjadi awal kehancuran keluarga Oei Hui Lan. Pemerintah Indonesia pada era Soekarno memutuskan menasionalisasi perusahaan ayah Oei Hui Lan melalui keputusan Pengadilan Ekonomi Semarang No. 32/1561 EK.S tanggal 10 Juli 1961 yang lalu diperkuat dengan Keputusan Mahkamah Agung RI No.5/Kr/K/1963 tanggal 27 April 1963. Perusahan itu berganti nama menjadi PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia tahun 1964. Lalu berubah lagi menjadi PT. Rajawali Nusindo (1971), dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) pada tahun 2001.[8]

Saat ini perusahaan itu menjadi badan usaha negara PT Rajawali Nusantara yang pernah jadi berita heboh di Indonesia karena terjadinya kisruh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar yang diduga membunuh direktur utamanya Nasarudin. [9]

Akhir hayat

Oei Hui Lan meninggal dunia di tahun 1992. Sebelum meninggal, Oei Hui Lan sempat menulis dan menerbitkan buku berjudul No Feast Last Forever yang artinya tidak ada pesta yang tak berakhir, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa hingga bisa dijadikan contoh tentang arti kehidupan sesungguhnya. Ia terlahir dengan kemewahan, kehormatan dan kebendaaan yang tiada habisnnya. Akan tetapi semua itu tidak membuatnya bahagia. [10]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar