Lompat ke isi

Judith Dipodiputro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Erri Subakti (bicara | kontrib)
Bulan menjabat posisi Staf Khusus Kementerian BUMN
Erri Subakti (bicara | kontrib)
hapus info almamater
Baris 15: Baris 15:
|relations =
|relations =
|children = [[Maral Bimanti J. N. Dipodiputro]]
|children = [[Maral Bimanti J. N. Dipodiputro]]
|alma_mater =
|occupation =
|occupation =
|profession =
|profession =

Revisi per 25 Februari 2018 03.41

Judith Dipodiputro
Staf Khusus Guna Monitor CAPEX BUMN Kementerian BUMN
Masa jabatan
Februari 2018 – Sekarang
Informasi pribadi
Lahir12 September 1964 (umur 60)
Ceko Praha, Republik Ceko
Kebangsaan Indonesia
Suami/istriWidharma R. Dipodiputro
AnakMaral Bimanti J. N. Dipodiputro
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini


Judith Jubilina Navarro Dipodiputro (lahir di PrahaRepublik Ceko, 12 September 1964; umur 51 tahun) adalah seorang aktivis kemasyarakatan, spesialis integrasi kelembagaan, dan profesional di bidang komunikasi.[1]

Kutipannya adalah: “Those who can make a difference, hold the irrevocable duty of the enlightened. Fight for what is right with extreme courage, and in unity: coordinate, integrate and synergize everyone's action."

Ia menikah dengan Widharma R. Dipodiputro dan dikaruniai seorang putri, Maral Bimanti J. N. Dipodiputro.

Judith mendapat perhatian publik pada tahun 1988 atas keterlibatannya sebagai Direktur Eksekutif PPIP, sebuah organisasi yang didirikan di bawah naungan Kementerian Luar Negeri oleh Francisco Xavier do Amaral, Lopes da Cruz, E.M. Tomodok dan Josef Muskita. PPIP mencari dukungan publik untuk penyelesaian perbedaan politik antara pemerintah Indonesia dan Portugis di Timor Timur, sambil menjalankan inisiatif penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan di provinsi ini.

Seorang aktivis anti-korupsi garis keras dan nasionalis, beberapa percaya bahwa ini adalah alasan mengapa Judith diminta untuk meninggalkan TOTAL E & P INDONESIE (operator Blok Mahakam), produsen gas terbesar di Indonesia, di mana dia menjabat sebagai Vice President for Corporate Communication, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Dukungan Manajemen Lahan dan Operasional.

Sebagai pendukung Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), bersama dengan sejumlah wanita terkemuka lainnya, mantan eksekutif migas dan aktivis sosial, saat ini Judith sedang menganjurkan pembentukan Direktorat Pengembalian Uang Negara pada Sektor MIGAS di dalam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Judith mulai menganjurkan desentralisasi wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sebagai asisten Ikhyar Musa, Ketua Badan Koordinasi Otomatisasi Aparatur Negara, di bawah Kementerian Aparatur Negara. Dia terlibat dalam proyek Pro-LH, dimana pemerintah daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan menjadi prototipe untuk desentralisasi kewenangan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hasil prototipe tersebut adalah dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 97/1995.

Judith menjabat sebagai Asisten Khusus (Staf Khusus) kepada Gubernur Kalimantan Timur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah; dan sebagai Penasihat Khusus (Staf Ahli) kepada Bupati Kutai Kartanegara. Yang sangat terlibat dalam mengintegrasikan program dan anggaran pemerintah, swasta, ilmiah dan lembaga bantuan, organisasi atau institusi, dengan tujuan untuk memungkinkan akses permanen yang kuat ke rantai nilai nasional dan global, sebagai pendekatan yang paling bertanggung jawab dan efektif terhadap pengentasan kemiskinan.

Sebagai aktivis masyarakat, Judith mendasarkan pemikiran dan pendekatannya dari pengalaman langsung dan interaksi dengan kemiskinan, ketidakadilan, disparitas dan komunitas suku asli. Sewaktu kecil dia dibesarkan di antara daerah kumuh Bendungan Jago, Kemayoran, sebuah daerah asli Betawi di sisi keluarga ayahnya, dan daerah Kebayoran Baru yang nyaman di sisi ibunya. Sebagai seorang anak ia sering membantu neneknya yang merupakan salah satu bankir informal pertama bagi orang miskin di Kemayoran.

Sepanjang karirnya, dia terlibat secara intensif dalam pemberdayaan ekonomi suku-suku terpinggirkan dan asli.

Judith telah menjadi aktivisme lingkungan profil rendah selama lebih dari 30 tahun. Dia terlibat dalam pendirian Yayasan Kalpawilis (1995) di mana ahli lingkungan senior seperti Hadi Alikodra, Effendy, Nabil Makarim, Sarwono Kusumaatmadja berada di dewan direksi. Saat ini Judith menjabat sebagai Wakil Ketua Yayasan Javan Gibbon dan merupakan salah satu penggagas petisi tahun 2012 yang ditandatangani oleh 62 LSM yang berdiri untuk menahan perlindungan hutan dan ekosistem sebagai hak asasi manusia.

Voluntarisme Judith dalam kampanye pemilihan dimulai di Kutai Kartangara dengan keterlibatannya dalam tim pemilihan yang membawa Syaukani Hassan Rais menjadi kepala pemerintahan daerah pertama di Indonesia untuk dipilih melalui pemilihan langsung, pada tahun 2005. Untuk mendukung kampanye kepresidenan H. Ir. Joko Widodo tahun 2014, dia mendirikan Yayasan Luhur Bakti Pertiwi (2012), Bravo-5, Relawan Industri MIGAS, Relawan Atlet dan Komunitas Olahraga; juga penasehat Relawan GK Center. Dia mengkategorikan mereka yang terlibat dalam urusan pemerintahan dan pekerjaan pemilihan menjadi dua kategori: politisi dan profesional. Dia percaya bahwa profesionalisme adalah penangkal "pengaturan yang tidak bertanggung jawab" dan kampanye kotor/hitam yang sebagian besar terlihat dalam politik pemilihan Indonesia hari ini.

Saat ini Judith menjabat sebagai Ketua Pokja Papua, didirikan pada tahun 2014 oleh Kantor Transisi Pemerintahan Jokowi-JK. Pokja Papua mendukung dan mendorong masuknya perempuan, masyarakat marginal dan masyarakat adat nusantara ke dalam perekonomian Indonesia. Pada tanggal 14 Februari 2018 Judith diangkat sebagi Staf Khusus Guna Monitor CAPEX BUMN Kementerian BUMN.

Riwayat Karier

Judith J. Dipodiputro mengawali kariernya dibidang media dan jurnalistik, pada tahun 1983 sebagai penyiar untuk siaran berbahasa Perancis, Spanyol dan Inggris di Voice of Indonesia, hingga tahun 1993. Disela kesibukannya di VOI, ia juga aktif di TVRI selama 1 tahun (1984-1985), dan pada tahun 1992-1995 ia memperoleh kepercayaan menjadi Pimpinan Redaksi untuk Daily Executive Economic Digest.

Berawal dari media Judith J. Dipodiputro memperluas jenjang kariernya dengan menjabat sebagai Deputy General Manager for Government and Public Relations di PT Bali Holiday Villages (Operator of Club Meditranee Bali and Bintan) pada tahun 1986. Kemudian, bergabung dengan Standard Chartered Bank di bagian Industrial & Public Relations Officer Training and Developement Manager Human Resources Development Manager pada tahun 1987-1991. Di Standard Chartered Bank Judith J. Dipodiputro aktif dalam Perhimpunan Bank-Bank Asing dalam memperjuangkan tenaga kerja Indonesia. Ia juga yang mengawali keterlibatan aktif Standard Chartered Bank dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

Pada tahun 2007, Judith J. Dipodiputro memulai kariernya di Total E&P Indonesie dan menjabat Vice President Corporate Communication, Government Relations and CSR pada tahun 2008 atas persetujuan Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS) yang kini berganti nama menjadi SKK Migas.

Pada tahun 2012, Total E&P Indonesie melakukan penghapusan jabatan dan pemutusan hubungan kerja kepada Judith sebagai Vice President Corporate Communication and Public Affairs Total E&P Indonesie dengan alasan reorganisasi, tanpa persetujuan pemerintah seperti diatur dalam Pedoman Tata Kerja (PTK) No 018/PTK/X/2008 Tentang Pengelolaan SDM KKKS, yang mengatur hubungan BPMIGAS/SKKMIGAS sebagai wakil Negara terhadap pengawasan industri Migas di Indonesia dengan Kontraktor Kontak Kerja Sama (KKKS) Migas di Indonesia

Melalui perundingan Bipartit dan Mediasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jakarta[2] menyimpulkan bahwa Judith j. Dipodiputro tidak bersalah, tidak ada alasan yang kuat bagi Total E&P Indonesie untuk memutus Judith J. Dipodiputro. Namun, Total E&P Indonesie menolak anjuran Disnakertrans dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial.  PHI memutuskan bahwa kedua pokok gugatan tersebut berlawanan dengan hukum dan idealnya Judith J. Dipodiputro harus dipekerjakan kembali. Namun dengan pertimbangan disharmonisasi, maka diputuskan untuk mengabulkan gugatan Total E&P Indonesie dan dinyatakan putus hubungan kerja antara keduanya.

Upaya Kasasi ke Mahkamah Agung (MA) ditempuh oleh Judith J. Dipodiputro melalui kuasa hukumnya karena menganggap putusan PHI atas sengketa ini dapat menjadi preseden buruk bagi pelaksanaan hak pekerja/buruh di setiap Perusahaan Multinasional di Indonesia khususnya Perusahaan Migas.

Perjalanan Karier di Total E&P Indonesie
  • Oktober 2007 - Maret 2008 sebagai Vice President Special Duties (DG/SPD)
  • Maret 2008 - Oktober 2011 sebagai Vice President Corporate Communication, Government Relations and CSR (DG/COM)
  • Oktober 2011 - Sekarang sebagai Vice President Corporate Communication and Public Affairs[3] (DG/COM)

Riwaya Organisasi

Perhatian Judith J. Dipodiputro pada bidang pendidikan diwarisi dari kakeknya yang merupakan tokoh pendidikan di Banyumas pada masa awal kemerdekaan yang menginspirasi dirinya untuk terjun menjadi guru bantu relawan pada mata pelajaran Sejarah, Pendidikan Moral Pancasila, dan Bahasa Inggris di SMA Negeri 21, SMA Negeri 5 (Filial) Jakarta antara tahun 1984-1986. Ia juga menjadi pengajar bahasa Perancis bagi calon diplomat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri, dan penerima beasiswa kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) dengan Pemerintah Perancis.

Selain itu, ia salah satu inisiator terbentuknya Dewan Pendidikan Kabupaten dan berdirinya Politeknik Migas di Handil, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Bidang Pendidikan

  • Asisten Kepala Sekolah SMP Pringsewu, Lampung (1983-1984)
  • Silver Unicorn Productions: Productions house for children and educational programs (1989)
  • Yayasan Tiara Indonesia (1993-1998)
  • Yayasan Ibunda Istianah
  • Yayasan Luhur Bakti Pertiwi (2013)

Bidang Kesehatan dan Olahraga

  • Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Humas, 1984-1988)
  • Perhimpunan Donor Darah Indonesia (Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional, 1986-2000)
  • Federation Internationale des Organizations de Donneurs de Sang Benevoles (Liaison Officer Dewan Pengurus, 1991-2000)
  • Pengurus Besar Bola Voli Indonesia (Wakil Ketua Umum Bidang Kerja sama Internasional, 1994-1998)
  • Pengurus Besar Drum Corps dan Marching Band Indonesia (Wakil Sekretaris Umum, 2004-2008)
  • Komite Olahraga Nasional Indonesia (Staf Ahli Ketua Umum, 2012-sekarang)

Bidang Lingkungan Hidup dan Kebudayaan

  • Yayasan Kalpawilis (pengurus, 1994-1996)
  • Yayasan Bakti Total Bagi Indonesia Lestari (Pendiri dan Pengawas, 2008-sekarang)
  • Yayasan Owa Jawa (pengurus, 2012-2016)

Bidang Pemberdayaan Ekonomi

  • Yayasan Tiara Bakti (Ketua Bidang Pemasaran Luar Negeri, 1994-1998)
  • Yayasan Rumah-Indonesia (1998)
  • Yayasan Dian Insani Abadi (pengurus, 2000-2004)
  • Yayasan Bakti Total Bagi Indonesia Lestari (Pendiri dan Pengawas, 2008-sekarang)
  • Koperasi KOMIRA (Penasihat, 2011-sekarang)

Bidang Kebutuhan Khusus

  • Yayasan Pembinaan Anak Cacat (Humas, 1984-1986)
  • Yayasan Permata Hati Ibu (2000)

Pengalaman Diplomasi dan Pemerintahan

Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP) (1991 - 1999)

Kualitas kemampuan komunikasi dan jaringan Judith J. Dipodiputro teruji saat ia bertugas sebagai Direktur Eksekutif Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP), sebuah lembaga nirlaba yang dibentuk atas inisiatif beberapa tokoh Timor Timur (sekarang Timor Leste) bersama tokoh-tokoh nasional serta purnawirawan; dengan dukungan Departemen Luar Negeri.

Pada masa-masa itu tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia – Portugal, bahkan ditandai dengan berbagai kebuntuan dalam negosiasi. Beberapa pencapaian Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP) selama 8 tahun Judith Dipodiputro bertugas:

  • Terbentuknya di Lisbon, PIFA (Protugal-Indonesia Friendship Association) sebagai counterpart dari PPIP.
  • Secara aklamasi menjadikan seorang WNI sebagai Presiden FIODS (La Fédération internationale des organisations de donneurs de sang) di Portugal, termasuk pemilih adalah beberapa organisasi Portugis dan kandidat lain adalah warga negara Portugal.
  • Penandatanganan kerja sama antara LKBN-Antara dengan Kantor Berita Portugal LUSA.
  • Menghadirkan Wali kota Lisbon ke Jakarta untuk menandatangani sister-city.[4]
  • Penunjukkan Konsul Kehormatan Indonesia di Portugal, Luciano Coelho da Silva.
  • Penyerahan tanda diplomasi tertinggi pada masyarakat Portugis sepasang Komodo, Parda dan Rinca kepada Lisbon Zoo oleh Presiden Habibie.
  • Berkolaborasi menyelesaikan buku resep masakan Portugis.[5]

Kementerian Negara Pengelola Aparatur Negara (1992 - 1994)

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (1993 - 1996)

  • Public relations untuk beberapa program kerja sama dengan GTZ, CIDA, dan World Bank
  • Membidani terbentuknya Yayasan Kalpawilis
  • Menerbitkan Almanak Lingkungan Hidup Indonesia: Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pengendalian Dampak Lingkungan (1996).[6]

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (2001 - 2007)

Sebagai Staf Ahli di masa pemerintahan Syaukani Hasan Rais[7], tugas dan pencapaian Judith Dipodiputro adalah:

  1. Membantu Kutai Kartanegara meraih predikat Zona Bebas Pekerja Anak (ZBPA[8]) versi PBB (ILO). Hal ini sekaligus menjadikan Kutai Kartanegara sebagai pemerintahan lokal pertama di dunia yang mendapat predikat tersebut.[9][10][11]
  2. Memimpin tim perumusan visi dan misi Gerbang Dayaku.
  3. Memprakarsai kerja sama antara Kutai Kartanegara dengan sejumlah organisasi internasional, seperti ILO, UNCTAD, WTO, WIPO

Aktivitas Wirausaha

Judith J. Dipodiputro juga sempat berkecimpung dalam dunia wirausaha, namun untuk menghindari konflik kepentingan seluruh usahanya pun dijual saat ia mulai berkarier di Total E&P Indonesie, pada tahun 2007. Berikut usaha-usaha yang sempat dirintis oleh Judith J. Dipodiputro;

  • 1983: PT Excelsior Professional Conference Organizers.
  • 1989: Silver Unicorn Productions.
  • 1998: PT Indoexchange Tbk.
  • 2004: PT Andalan Karya Bersama
  • 2004: PT Subur Karunia Alam

Pranala