Ni Nyoman Tanjung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dex novi (bicara | kontrib)
Menulis artikel
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Dex novi (bicara | kontrib)
menyunting
Baris 2: Baris 2:
'''Ni Nyoman Tanjung''' merupakan seorang wanita berasal dari Banjar Desa, Saren Anyar, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Memiliki kebiasan untuk mengumpulkan batu – batu kali yang diambil dari sungai dekat tempat tinggalnya. Ini merupakan kebiasan sejak muda, dan sekaligus menjadi hobi, kebiasan ini dilakukan oleh dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
'''Ni Nyoman Tanjung''' merupakan seorang wanita berasal dari Banjar Desa, Saren Anyar, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Memiliki kebiasan untuk mengumpulkan batu – batu kali yang diambil dari sungai dekat tempat tinggalnya. Ini merupakan kebiasan sejak muda, dan sekaligus menjadi hobi, kebiasan ini dilakukan oleh dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.


Kegitan ini merupakan pelarian Men Tanjung yang sedikit mengalami gangguan jiwa, sebab konon pernah terjadi peristiwa yang tragis saat pada masa G-30-S PKI Tahun Itu 1965, Men Tanjung kehilangan anak pertamanya saat itu, yakni di cap PKI dan di bunuh. Kejadian ini menjadikan kenangan pahit yang terus terekam dalam ingtan Men Tanjung yang sering membuat melamun dengan tatapan mata kosong.  Ini yang menyebabkan Wanita ini sering dikatakan sebagai wanita yang aneh,  yang biasa berbicara ngelantur. Dari pihak keluarga dan lingkngan sekitarnya pun sulit untuk berkomunikasi dengan baik kepada Men Tanjung.  Menyebabkan Men Tanjung ini dikatakan sebagai orang yang tidak waras.
Kegitan ini merupakan pelarian Men Tanjung yang sedikit mengalami gangguan jiwa, sebab konon pernah terjadi peristiwa yang tragis saat pada masa G-30-S PKI Tahun Itu 1965, Men Tanjung kehilangan anak pertamanya saat itu, yakni di cap PKI dan di bunuh. Kejadian ini menjadikan kenangan pahit yang terus terekam dalam ingtan Men Tanjung yang sering membuatnya melamun dengan tatapan mata kosong.  Ini yang menyebabkan Wanita ini sering dikatakan sebagai wanita yang aneh,  yang biasa berbicara ngelantur. Dari pihak keluarga dan lingkngan sekitarnya pun sulit untuk berkomunikasi dengan baik kepada Men Tanjung.  Menyebabkan Men Tanjung ini dikatakan sebagai orang yang tidak waras.


Di situai seperti itu Men Tanjung mulai berkreasi dengan membuat dunianya sendiri dengan ide dari imanjinasinya yang dimilikinya sejak 10 tahun sialm, saat itu juga Men Tanjung tertarik pada batu-batu yang banyak dijumpai sungai dekat rumahnya. Men Tanjung ini menggososng batu-batu dengan berbagia ukuran dan diletakan di tikungan beberapa meter dari jarak rumahnya.
Di situai seperti itu Men Tanjung mulai berkreasi dengan membuat dunianya sendiri dengan ide dari imanjinasinya yang dimilikinya sejak 10 tahun sialm, saat itu juga Men Tanjung tertarik pada batu-batu yang banyak dijumpai sungai dekat rumahnya. Men Tanjung ini menggososng batu-batu dengan berbagia ukuran dan diletakan di tikungan beberapa meter dari jarak rumahnya.


Kemudian batu ini disusun sedemikian rupa digabungankan dengan ornament lain seperti ranting buah kelapa yang sudah dikerat menyerupai monyet,botol minum, sampai buah-buhan kering. Karya yang diciptakan oleh Men Tanjung merupakan keindahan alami. Yang tercipta dari daya imajinasinya, yang dinilai oleh orang sessuatu yang aneh.
Kemudian batu ini disusun sedemikian rupa digabungankan dengan ornament, lain seperti ranting buah, kelapa yang sudah dikerat menyerupai monyet, botol minum, sampai buah-buhan kering. Karya yang diciptakan oleh Men Tanjung merupakan keindahan alami. Yang tercipta dari daya imajinasinya, yang dinilai oleh orang sessuatu hall yang aneh.


Seni Men Tanjung  sangat menarik ketika dicermati, karyanya sangat murni yang muncul dari alam bawah sadr yang berasal dari penghayatan  pada kehidupan perempuan sebagai pemeluk Hindu.  Meskpn karya ini sedarhana namun manarik perhatian bagi yang mencermati kata serorang Budayawan  Prancis  yang brnama Jean cauteau yang sudah lama menetap di Bali.  Waktu itu ada seorang dari Yogyakarta yang membeli batu –batu karya Men Tanjung seharga 30 Juta. Ada beberapa orang yang kebetulan lewat di dsa Budakeling berminat membeli karya ini dan memberi imbalan Rp 50- Rp60 ribu.
Seni Men Tanjung  sangat menarik ketika dicermati, karyanya sangat murni yang muncul dari alam bawah sadr yang berasal dari penghayatan  pada kehidupannya perempuan sebagai pemeluk beragama Hindu.  Meskpn karya ini sedarhana namun manarik perhatian bagi yang mencermati kata serorang Budayawan  Prancis  yang brnama Jean cauteau yang sudah lama menetap di Bali.  Waktu itu ada seorang dari Yogyakarta yang membeli batu –batu karya Men Tanjung seharga 30 Juta. Ada beberapa orang yang kebetulan lewat di desa Budakeling yang berminat membeli karya ini dan memberi imbalan Rp 50- Rp60 ribu. Saat itu juga Men Tanjung terpikirkan untuk menggumpulkan batu-batu dan kemudian disusun menjadi sebuah tempat persembahyangan atau tempat pemujan kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa

Saat itu juga Men Tanjung terpikirkan untuk menggumpulkan batu-batu dan kemudian disusun menjadi sebuah tempat persembahyangan atau tempat pemujan kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa

Revisi per 7 Juli 2018 05.14

Ni Nyoman Tanjung merupakan seorang wanita berasal dari Banjar Desa, Saren Anyar, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Memiliki kebiasan untuk mengumpulkan batu – batu kali yang diambil dari sungai dekat tempat tinggalnya. Ini merupakan kebiasan sejak muda, dan sekaligus menjadi hobi, kebiasan ini dilakukan oleh dirinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

Kegitan ini merupakan pelarian Men Tanjung yang sedikit mengalami gangguan jiwa, sebab konon pernah terjadi peristiwa yang tragis saat pada masa G-30-S PKI Tahun Itu 1965, Men Tanjung kehilangan anak pertamanya saat itu, yakni di cap PKI dan di bunuh. Kejadian ini menjadikan kenangan pahit yang terus terekam dalam ingtan Men Tanjung yang sering membuatnya melamun dengan tatapan mata kosong.  Ini yang menyebabkan Wanita ini sering dikatakan sebagai wanita yang aneh,  yang biasa berbicara ngelantur. Dari pihak keluarga dan lingkngan sekitarnya pun sulit untuk berkomunikasi dengan baik kepada Men Tanjung.  Menyebabkan Men Tanjung ini dikatakan sebagai orang yang tidak waras.

Di situai seperti itu Men Tanjung mulai berkreasi dengan membuat dunianya sendiri dengan ide dari imanjinasinya yang dimilikinya sejak 10 tahun sialm, saat itu juga Men Tanjung tertarik pada batu-batu yang banyak dijumpai sungai dekat rumahnya. Men Tanjung ini menggososng batu-batu dengan berbagia ukuran dan diletakan di tikungan beberapa meter dari jarak rumahnya.

Kemudian batu ini disusun sedemikian rupa digabungankan dengan ornament, lain seperti ranting buah, kelapa yang sudah dikerat menyerupai monyet, botol minum, sampai buah-buhan kering. Karya yang diciptakan oleh Men Tanjung merupakan keindahan alami. Yang tercipta dari daya imajinasinya, yang dinilai oleh orang sessuatu hall yang aneh.

Seni Men Tanjung  sangat menarik ketika dicermati, karyanya sangat murni yang muncul dari alam bawah sadr yang berasal dari penghayatan  pada kehidupannya perempuan sebagai pemeluk beragama Hindu.  Meskpn karya ini sedarhana namun manarik perhatian bagi yang mencermati kata serorang Budayawan  Prancis  yang brnama Jean cauteau yang sudah lama menetap di Bali.  Waktu itu ada seorang dari Yogyakarta yang membeli batu –batu karya Men Tanjung seharga 30 Juta. Ada beberapa orang yang kebetulan lewat di desa Budakeling yang berminat membeli karya ini dan memberi imbalan Rp 50- Rp60 ribu. Saat itu juga Men Tanjung terpikirkan untuk menggumpulkan batu-batu dan kemudian disusun menjadi sebuah tempat persembahyangan atau tempat pemujan kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa