Wawasan Wiyatamandala: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 9: | Baris 9: | ||
== Tujuan == |
== Tujuan == |
||
Tujuan pendidikan seperti termaktub dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Sekolah mengemban misi pendidikan oleh karena itu sekolah tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar tujuan pendidikan. Sekolah harus benar-benar menjadi ciri khas masyarakat belajar didalamnya. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
Proses seorang siswa untuk bisa memiliki wawasan wiyata mandala harus melalui tiga tahap. Tahap yang pertama adalah mengetahui, yang kedua adalah mengenal, yang ketiga adalah mencintai<ref name="referensi1" />. |
|||
=== Mengetahui === |
|||
Lingkungan fisik sekolah adalah lingkungan yang dapat diketahui melalui [[pancaindra]]. Contohnya mengetahui tempat ruang guru di mana. Mengetahui letak perpustakaan di mana. Mengetahui fasilitas apa saja yang ada di sekolah. |
|||
=== Mengenal === |
|||
Setelah mengetahui, letak sebuah lingkungan fisik, siswa harus mengenalnya. Berarti memahami seluk beluknya. Misalnya setelah mengetahui letak perpustakaan, harus dikenali perpustakaan tersebut. Apa saja yang ada di perpustakaan, dan bagaimana fungsi dan cara memanfaatkan koleksi perpustakaan. |
|||
===Mencintai=== |
|||
Setelah mengenal, tahap selanjutnya adalah mencintai. Semua lingkungan yang ada di sekolah harus dicintai. Misalnya sudah mengenal perpustakaan, perpustakaan tersebut harus dicintai dengan cara dimanfaatkan, dikunjungi, dan dijaga kebersihannya. |
|||
Ingat, yang harus diketahui tidak hanya perpustakaan, tetapi seluruh lingkungan sekolah mulai dari halaman paling belakang, kelas, hingga gerbang sekolah. |
|||
Tahap mengetahui, mengenal, dan mencintai juga harus dilakukan terhadap lingkungan sosialnya. Mengetahui guru, mengenal guru, kemudian mencitai guru. Mengetahui namanya siapa, mengenal karakternya bagaimana, dan mencintainya dalam wujud takzim, hormat dan patuh terhadap tugas yang diberikan. |
|||
== Komponen Peran == |
|||
(Pembuatan lagi) |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 4 Agustus 2018 10.02
Wawasan Wiyatamandala adalah cara memandang sekolah dalam lingkungan pendidikan dan pembelajaran[1]. Dapat juga diartikan sebagai pandangan atau sikap hidup terhadap sekolah sebagai lingkungan pendidikan[2].
Secara harfiah
Wawasan berarti konsepsi, cara pandang, tinjauan, pandangan[3]. Wiyata berasal dari bahasa Jawa yang berarti pengajaran, pendidikan[4]. Sedangkan mandala berarti bulatan, lingkungan (daerah)[5]. Jadi, Wiyata Mandala berarti lingkungan pendidikan tempat proses belajar-mengajar.
Dasar hukum
Dasar hukum Wawasan Wiyatamandala ditetapkan oleh Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) nomor 13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 sebagai sarana ketahanan sekolah.
“ | Wawasan Wiyata Mandala merupakan konsepsi atau cara pandang; bahwa sekolah adalah lingkungan atau kawasan penyelenggaran pendidikan | ” |
Tujuan
Tujuan pendidikan seperti termaktub dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Sekolah mengemban misi pendidikan oleh karena itu sekolah tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar tujuan pendidikan. Sekolah harus benar-benar menjadi ciri khas masyarakat belajar didalamnya.
Proses
Proses seorang siswa untuk bisa memiliki wawasan wiyata mandala harus melalui tiga tahap. Tahap yang pertama adalah mengetahui, yang kedua adalah mengenal, yang ketiga adalah mencintai[1].
Mengetahui
Lingkungan fisik sekolah adalah lingkungan yang dapat diketahui melalui pancaindra. Contohnya mengetahui tempat ruang guru di mana. Mengetahui letak perpustakaan di mana. Mengetahui fasilitas apa saja yang ada di sekolah.
Mengenal
Setelah mengetahui, letak sebuah lingkungan fisik, siswa harus mengenalnya. Berarti memahami seluk beluknya. Misalnya setelah mengetahui letak perpustakaan, harus dikenali perpustakaan tersebut. Apa saja yang ada di perpustakaan, dan bagaimana fungsi dan cara memanfaatkan koleksi perpustakaan.
Mencintai
Setelah mengenal, tahap selanjutnya adalah mencintai. Semua lingkungan yang ada di sekolah harus dicintai. Misalnya sudah mengenal perpustakaan, perpustakaan tersebut harus dicintai dengan cara dimanfaatkan, dikunjungi, dan dijaga kebersihannya. Ingat, yang harus diketahui tidak hanya perpustakaan, tetapi seluruh lingkungan sekolah mulai dari halaman paling belakang, kelas, hingga gerbang sekolah.
Tahap mengetahui, mengenal, dan mencintai juga harus dilakukan terhadap lingkungan sosialnya. Mengetahui guru, mengenal guru, kemudian mencitai guru. Mengetahui namanya siapa, mengenal karakternya bagaimana, dan mencintainya dalam wujud takzim, hormat dan patuh terhadap tugas yang diberikan.
Komponen Peran
(Pembuatan lagi)