Gunung Colo: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 37: | Baris 37: | ||
[[Kategori:Gunung berapi kerucut]] |
[[Kategori:Gunung berapi kerucut]] |
||
[[Kategori:Gunung berapi aktif|Colo (gunung api)]] |
[[Kategori:Gunung berapi aktif|Colo (gunung api)]] |
||
[[Kategori:Gunung di Sulawesi Tengah]] |
Revisi per 22 Oktober 2018 15.13
Gunung Colo | |
---|---|
Titik tertinggi | |
Ketinggian | 486 m (1.594 ft)[1] |
Koordinat | 0°10′12″S 121°36′29″E / 0.17°S 121.608°E |
Geografi | |
Letak | Sulawesi Tengah, Indonesia |
Geologi | |
Jenis gunung | gunung berapi kerucut dengan caldera |
Letusan terakhir | Juli-December 1983 |
Colo adalah sebuah gunung berapi kerucut yang terletak di Pulau Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Gunung ini berada di di tengah Teluk Tomini, bagian utara Sulawesi. Secara administratif termasuk ke wilayah Kabupaten Tojo Una-Una. Gunung ini terakhir meletus dahsyat pada tahun 1983 yang mengancurkan dua per tiga bagian pulau.
Pembentukan Gunung Colo
Gunung Colo merupakan gunungapi yang menyendiri di Teluk Tomini dan berada jauh dari zona subduksi. Gunungapi terdekat adalah gunung-gunung di daratan Sulawesi Utara yang merupakan produk dari subduksi. Gunung Colo bukan merupakan gunungapi yang terbentuk akibat proses subduksi lempeng. Dikatakan demikian akibat beberapa hal sebagai berikut. Di wilayah Teluk Tomini terdapat cukup banyak episentrum gempa. Umumnya, gempa bumi pada zona subduksi memiliki hiposentrum pada zona Benioff. Zona Benioff di sekitar Gunung Colo berada pada kedalaman lebih dari 200 km (relatif lebih dalam). Bisa saja Gunung Colo terbentuk akibat subduksi dengan Zona Benioff yang dalam ini, namun jika memang subduksi yang terjadi, maka harusnya bukan hanya satu gunungapi saja yang terbentuk di daerah ini, melainkan satu deret. Selain itu, Gunung Colo berada jauh dari zona subduksi. Berbeda jauh dengan deretan gunungapi di Sulawesi Utara, jarak antara zona subduksi dengan Gunung Colo ini lima kali lipatnya, bahkan lebih.
Gunung Colo diperkirakan terbentuk akibat rifting by subduction rollback. Rifting ini terjadi pada daerah Teluk Tomini yang merupakan implikasi dari subduction rollback. Subduction rollback merupakan peregangan kerak akibat perubahan sudut dari lempeng yang menunjam (subducting slab). Subduksi ini terjadi di Laut Sulawesi, strike subduksi tersebut sejajar dengan garis pantai Lengan Utara Sulawesi. Daerah ini merupakan Palung Sulawesi Utara (North Sulawesi Trench). Dengan adanya peregangan kerak di Teluk Tomini tersebut, artinya kerak dibawah Teluk Tomini tersebut semakin menipis. Peregangan ini sendiri terjadi pada Pliosen hingga Pleistosen. Dahulunya, cekungan Gorontalo di Teluk Tomini tidak sedalam sekarang. Cekungan ini mulai mendalam pada Miosen hingga Pliosen (7-5 juta tahun yang lalu) seiring tekukan lempeng yang menunjam ke arah selatan di Laut Sulawesi.
Akibat penipisan kerak tersebut, terjadi rifting atau pemekaran di wilayah Teluk Tomini. Rifting ini terbentuk akibat kerak bumi yang memiliki elastisitas rendah, sehingga bila ditarik maka akan meregang dan sedikit mekar, tidak seperti karet tentunya. Peregangan ini terbukti dari data GPS yang menunjukkan bahwa Lengan Utara Sulawesi bergerak menjauh relatif terhadap Lengan Timur Sulawesi. Peregangan atau pemekaran ini tentunya menjadi zona lemah pada batuan, sehingga dapat diterobos oleh magma atau material mantel bumi. Gunung Colo diprediksi terbentuk akibat hal tersebut, terjadi penipisan atau peregangan kerak bumi pada wilayah Teluk Tomini lalu ada material magmatik yang menerobos batuan pada kerak bumi lalu muncul ke permukaan membentuk tubuh gunungapi diatas permukaan laut.
Lihat pula
Referensi
- ^ "Colo (Una-Una)". Global Volcanism Program. Institusi Smithsonian. Diakses tanggal 2006-12-17.