Gereja Presbiterian: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 78: | Baris 78: | ||
{{DEFAULTSORT:{{PAGENAME}}}} |
{{DEFAULTSORT:{{PAGENAME}}}} |
||
[[Kategori:Gereja menurut denominasi|Presbiterian]] |
[[Kategori:Gereja menurut denominasi|Presbiterian]] |
||
[[Kategori:Presbiterianisme]] |
[[Kategori:Presbiterianisme]] |
Revisi per 7 November 2018 07.18
Gereja Presbiterian (bahasa Inggris: Presbyterian Church) adalah salah satu denominasi di lingkungan Gereja-gereja Protestan, yang berakar pada gerakan Reformasi pada abad ke-16 di Eropa Barat.[1] Dari segi doktrin dan ajaran, Gereja Presbiterian mengikuti ajaran-ajaran Yohanes Calvin, Reformator dari Perancis.[2] Namun secara kelembagaan Gereja Presbiterian sendiri muncul dari Skotlandia, sebagai buah pekerjaan John Knox, salah seorang murid Calvin yang paling terkenal.[3] Karena latar belakang ini, Gereja Presbiterian pada umumnya ditemukan di negara-negara bekas koloni Inggris, seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, India, dll.[4][5] Gereja Presbiterian pun dapat ditemukan di beberapa negara yang kuat dipengaruhi oleh Amerika Serikat, seperti Korea Selatan dan Filipina.[4][5]
Karena pengaruh Belanda, mayoritas Gereja-gereja Protestan di Indonesia pada umumnya mengikuti tradisi Hervormd, yang merupakan tradisi utama Protestanisme di Belanda.[2] Gereja-gereja Hervormd juga menelusuri latar belakangnya kepada Yohanes Calvin[6][7], sehingga pada dasarnya Gereja-gereja Protestan di Indonesia pada umumnya pun memiliki banyak kesamaan dengan Gereja Presbiterian.[2]
Ciri-ciri Gereja Presbiterian
Perbedaan utama antara Gereja Presbiterian dengan Gereja-gereja lain terletak pada ajaran dan organisasinya.[7][3] Dasar utama Gereja ini adalah Calvinisme, meskipun banyak Gereja Presbiterian pada masa kini yang tidak terlalu menganggapnya penting.[7][3]
Gereja Presbiterian pada umumnya dapat dikenali melalui praktik baptisan anak, penggunaan Mazmur dalam nyanyiannya, dan doktrin predestinasi dalam ajaran keselamatannya.[3][4] Gereja-gereja Presbiterian yang lebih konservatif umumnya menolak penggunaan alat musik di dalam ibadahnya dan menolak untuk menahbiskan perempuan untuk jabatan-jabatan gerejawi, seperti diaken dan penatua (termasuk pendeta).[4] Selain itu, mereka juga seringkali menggunakan satu cawan yang sama dalam perjamuan kudusnya dan bahkan ada pula yang menekankan doktrin predestinasi ganda.[4]
Pada masa kini banyak Gereja Presbiterian yang telah memperbarui doktrinnya untuk memampukan Gereja menjawab tantangan-tantangan yang baru pada zaman yang baru pula.[4] Pembaruan ini didasarkan pada semboyan Reformasi, yaitu ecclesia reformata, ecclesia semper reformanda, yang berarti "Gereja yang telah direformasi adalah Gereja yang (harus) terus-menerus diperbarui."[4]
Kekuasaan tertinggi di kalangan Gereja Presbiterian berada di tangan penatua (bhs. Indonesia: "presbiter"; bhs. Yunani: "presbuteros"), yang terbagi dalam dua golongan, yaitu penatua yang mengajar (pendeta) dan penatua yang memimpin.[7][2] Bersama-sama kedua golongan penatua ini merupakan majelis gereja yang bertanggung jawab dalam menegakkan disiplin, memelihara jemaat dan menjalankan misi gereja.[7][2] Tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan gedung, keuangan gereja, pelayanan kepada mereka yang kekurangan atau dilanda kedukaan, ditangani oleh diaken.[7]
Penatua yang mengajar (pendeta) bertanggung jawab dalam pengajaran, kebaktian (ibadat) dan melayankan sakramen.[7][2] Pendeta biasanya dipanggil oleh masing-masing jemaat. Namun pemanggilan ini harus disahkan oleh klasis, yaitu kumpulan beberapa jemaat di suatu wilayah tertentu.[7]
Klasis terdiri atas pendeta dan penatua yang diutus oleh masing-masing gereja yang menjadi anggotanya.[4][5] Pada tingkatan yang lebih tinggi lagi terdapat Sinode, yaitu perhimpunan semua gereja yang tergabung di dalam kelompok denominasi yang sama. Misalnya Sinode GPIB, Sinode GKI, Sinode GMIT, Sinode GMIM dll.[5] Dalam tradisi Gereja Calvinis, ada Gereja yang memposisikan Klasis dan Sinode bukan sebagai lembaga tetap, melainkan persidangan yang di dalamnya Gereja-gereja bersidang untuk menetapkan keputusan bersama agar dilakukan bersama-sama, sepanjang waktu persidangan yang berikutnya (satu daur adalah waktu di antara dua persidangan).[5] Sebagai pelaksana ketetapan persidangan adalah orang-orang atau badan yang ditetapkan untuk melaksanakan keputusan persidangan.[4][5] Tradisi itu sampai sekarang masih dilakukan di dalam Gereja-gereja Kristen Jawa GKJ.[5]
Gereja Presbiterian sangat mengutamakan pendidikan dan penyelidikan yang terus-menerus terhadap Alkitab, pengembangan tulisan-tulisan teologis, dan penafsiran kembali atas doktrin gereja.[7][4][5] Gereja ini pada umumnya percaya bahwa iman harus diwujudkan dalam kata-kata dan perbuatan, termasuk keramah-tamahan, kemurahan, dan perjuangan yang berkelanjutan untuk menegakkan keadilan sosial dan pembaruan yang tidak terlepas dari pemberitaan Injil Kristus.[7]
Predestinasi
Ajaran predestinasi seringkali dikatakan sebagai ciri khas ajaran Calvin, meskipun pada kenyataannya Calvin sendiri tidak terlalu menekankan ajaran ini.[7][6] Ajaran ini menyatakan bahwa Allah telah menetapkan setiap orang yang akan diselamatkan-Nya, bahkan sebelum orang itu dilahirkan di dunia.[7][6]
Dalam perkembangannya, sebagian Gereja-gereja Calvinis (Presbiterian dan Hervormd) mengembangkan doktrin predestinasi ganda.[6] Dalam ajaran ini dikatakan bahwa Allah telah menetapkan siapa yang akan diselamatkan-Nya dan masuk ke surga, serta siapa yang akan dihukum selama-lamanya di neraka, sebelum mereka dilahirkan di dunia.[6] Banyak Gereja Presbiterian dan Hervormd pada masa kini yang merasa ajaran ini tidak dapat dipertahankan lagi.[4]
Badan dunia
Gereja-gereja Presbiterian dan Gereja-gereja Hervormd tergabung dalam sejumlah badan dunia, seperti World Alliance of Reformed Churches dan Reformed Ecumenical Council.[4] Kedua badan ini menghimpun Gereja-gereja dari tradisi Calvinis di seluruh dunia.[4] Selain itu ada pula yang tergabung dalam World Council of Churches.[4]
Tokoh-tokoh
Imam, teolog[7][6][4] atau orang terkenal:
- John Calvin
- John Knox
- Eugene Carson Blake
- Frederick Buechner
- Gordon Clark
- Robert Lewis Dabney
- George MacPherson Docherty
- Richard Gaffin
- Billy Graham
- Archibald Alexander Hodge
- Charles Hodge
- D. James Kennedy
- J. Gresham Machen
- Peter Marshall
- Donn Moomaw
- John Murray
- Ian Paisley
- Fred Rogers
- Billy Sunday
- James Henley Thornwell
- Cornelius Van Til
- Benjamin Breckinridge Warfield
- Robert Dick Wilson
- John Witherspoon
- Stephen Tong
Pranala luar
- Presbyterian Church USA
- Worship — Service for the Lord's Day
- Reformed Presbyterian Church of North America
- Cumberland Presbyterian Churches
- Associate Reformed Presbyterian Church
- Orthodox Presbyterian Church
- Presbyterian Church in America
- Spanish Reformed Churches I.R.E.
- Mizoram Presbyterian Church
- Presbyterian & Reformed Publishing
- Machen, J. Gresham (1923). Christianity and Liberalism.
- Greenbush Presbyterian Church
- Presbyterian Church in Brazil (I.P.B.)
- Ghost Ranch-A Presbyterian Retreat and Educational Center
- St. Andrew's Presbyterian Church
Referensi
- ^ C. De Jonge. Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hlm. 34-35.
- ^ a b c d e f Thomas van den End. Harta Dalam Bejana. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hlm. 188-194.
- ^ a b c d (Indonesia) Michael Collins & Matthew A. Price. Millenium The Story of Christianity: Menelusuri Jejak Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius, 2006. Hlm. 136-137.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o H. Berkhof, H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Hlm.. 206-207.
- ^ a b c d e f g h Jan S. Aritonang. Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995. Hlm. 52-80.
- ^ a b c d e f (Inggris) Jean Comby with Diarmaid MacCulloch. How to Read Church History Vol. 2 From the Reformation to the present day. New York: Crossroad,1989. Pg. 14-15.
- ^ a b c d e f g h i j k l m (Inggris) Williston Walker. A History of The Christian Church. New York: Charles Scribner's Sons, 1946. Pg. 470-474.