Lompat ke isi

Yurike Sanger: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
<gallery></gallery>'''Yurike Sanger''' adalah istri ke-8[[Soekarno]], [[presiden]] pertama [[Republik Indonesia]]. Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun [[1963]]. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
<gallery></gallery>'''Yurike Sanger''' adalah istri ke-8 [[Soekarno]], [[presiden]] pertama [[Republik Indonesia]]. Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun [[1963]]. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
{{Infobox person
{{Infobox person
|name = Yurike Sanger
|name = Yurike Sanger

Revisi per 18 Desember 2018 12.01

Yurike Sanger adalah istri ke-8 Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.

Yurike Sanger
Lahir1945
(umur 73)
Belanda Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriSoekarno (suami pertama)
(1964 – 1968)
Anakdari suami kedua
  • Didi
  • Lita
  • Wahyu
  • Eka

Pada 6 Agustus 1964, Soekarno dan Yurike Sanger menikah secara Islam di rumah Yurike dengan berjalan singkat. Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis muda itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah. Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurike. Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike.

Kondisi Soekarno pada 1967 yang secara de facto dimakzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Soekarno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai.

Sumber