Sesajen: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 21: | Baris 21: | ||
Benda sesajen berbeda dengan benda untuk [[persembahan]], [[kurban]] atau [[tumbal]], di mana sesajen hanya dibuat untuk kepentingan upacara adat skala kecil dengan tujuan yang berupa rutinitas adat dan memiliki "tujuan baik".{{cn}} |
Benda sesajen berbeda dengan benda untuk [[persembahan]], [[kurban]] atau [[tumbal]], di mana sesajen hanya dibuat untuk kepentingan upacara adat skala kecil dengan tujuan yang berupa rutinitas adat dan memiliki "tujuan baik".{{cn}} |
||
Benda sesajen biasanya hanya sederhana berupa rangkaian bunga dan daun yang berbau wangi seperti [[melati]] dan irisan daun [[pandan]], kemudian buah-buahan dan makanan |
Benda sesajen biasanya hanya sederhana berupa rangkaian bunga dan daun yang berbau wangi seperti [[melati]] dan irisan daun [[pandan]], kemudian buah-buahan dan makanan jajanan pasar, yang kemudian diiringi pembakaran [[kemenyan]] sebagai pengantar kepada nenek moyang.{{cn}} |
||
<!-- |
<!-- |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
Sedangkan sesajen umumnya berupa makanan sehari-hari dan wangi-wangian yang setiap barang yang disajikan memiliki makna atau simbol tertentu yang cenderung dengan "nilai positip", bahkan kadang merupakan bagian dari suatu [[kearifan lokal]], yang menangani hal sesajen biasanya adalah tokoh adat seperti [[Juru kunci]], atau [[Paraji]]. |
Sedangkan sesajen umumnya berupa makanan sehari-hari dan wangi-wangian yang setiap barang yang disajikan memiliki makna atau simbol tertentu yang cenderung dengan "nilai positip", bahkan kadang merupakan bagian dari suatu [[kearifan lokal]], yang menangani hal sesajen biasanya adalah tokoh adat seperti [[Juru kunci]], atau [[Paraji]]. |
||
--> |
--> |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
Revisi per 28 Januari 2019 13.17
Sesajen atau sajen adalah sejenis persembahan kepada dewa atau arwah nenek moyang pada upacara adat di kalangan penganut kepercayaan kuno di Indonesia,[1] seperti pada Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali dan suku lainnya.[butuh rujukan]
Makna Kata
Menurut filsafat sunda Sajen asal kata dari sesaji yang mengandung makna Sa-Aji-an atau kalimah yang disimbolkan dengan bahasa rupa bukan bahasa sastra, dimana didalamnya mengandung mantra atau kekuatan metafsik atau supranatural.
Kata Sajen berasal dari kata Sa dan ajian,
- Sa bermakna Tunggal
- Aji bermakna Ajaran
- Sa bermakna Seuneu, bara atau Api (Aura-energi)
Bermakna Sa Ajian atau ajaran yang Tunggal atau menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sesajen mengisyaratkan bahwa keganasan atau kedinamisan alam, dapat diatasi atau ditangani dengan upaya menyatukan diri dengan Alam atau beserta alam, bukan dengan cara merusak atau menguasai alam. Ritual ini merupakan bentuk metafora atau Siloka penyatuan manusia dengan Alam. Kata Sa-ajian secara keseluruhan bermakna menyatukan keinginan (kahayang-kahyang) dengan keinginan alam atau beserta alam (menyatu dengan alam).
Benda sesajen
Benda sesajen berbeda dengan benda untuk persembahan, kurban atau tumbal, di mana sesajen hanya dibuat untuk kepentingan upacara adat skala kecil dengan tujuan yang berupa rutinitas adat dan memiliki "tujuan baik".[butuh rujukan]
Benda sesajen biasanya hanya sederhana berupa rangkaian bunga dan daun yang berbau wangi seperti melati dan irisan daun pandan, kemudian buah-buahan dan makanan jajanan pasar, yang kemudian diiringi pembakaran kemenyan sebagai pengantar kepada nenek moyang.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ Majalah Asy-Syariah edisi 112 Topeng Tebal Islam Nusantara. Yogyakarta. hlm. 25. Penanda Google Books: EXJiCwAAQBAJ.