Lompat ke isi

Lawang Sewu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ris (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (''Seribu Pintu''). Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki [[pintu ]]yang banyak sekali (dalam kenyataannya pintu yang ada tidak sampai [[seribu]], mungkin juga karena [[jendela]] bangunan ini [[tinggi]] dan [[lebar]], masyarakat juga menganggapnya sebagai pintu).
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (''Seribu Pintu''). Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki [[pintu ]]yang banyak sekali (dalam kenyataannya pintu yang ada tidak sampai [[seribu]], mungkin juga karena [[jendela]] bangunan ini [[tinggi]] dan [[lebar]], masyarakat juga menganggapnya sebagai pintu).


Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang [[PT Kereta Api Indonesia]]. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer ([[Kodam IV/Diponegoro]]) dan Kantor Wilayah (Kanwil) [[Departemen Perhubungan]] Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang tanggal 14 oktober-19 Oktober 1945, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau [[Angkatan Muda Kereta Api]] melawan [[Kempetai]] dan [[Kidobutai]], [[Jepang]]. Maka dari itu Pemerintah [[Kota Semarang]] dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang [[PT Kereta Api Indonesia]]. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer ([[Kodam IV/Diponegoro]]) dan Kantor Wilayah (Kanwil) [[Departemen Perhubungan]] Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang ([[14 Oktober]] - [[19 Oktober]] [[1945]]) di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau [[Angkatan Muda Kereta Api]] melawan [[Kempetai]] dan [[Kidobutai]], [[Jepang]]. Maka dari itu Pemerintah [[Kota Semarang]] dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.


Saat ini bangunan yang berusia 100 tahun tersebut [[kosong]] dan bereputasi buruk sebagai bangunan [[angker]] dan [[seram]]. Sesekali digunakan sebagai tempat [[pameran]], diantaranya [[Semarang Expo]] dan Tourism Expo.Pernah ada juga wacana yang ingin mengubahnya menjadi [[hotel]].
Saat ini bangunan yang berusia 100 tahun tersebut [[kosong]] dan bereputasi buruk sebagai bangunan [[angker]] dan [[seram]]. Sesekali digunakan sebagai tempat [[pameran]], diantaranya [[Semarang Expo]] dan Tourism Expo.Pernah ada juga wacana yang ingin mengubahnya menjadi [[hotel]].

Revisi per 2 Juni 2008 03.45

Lawang Sewu

Lawang Sewu merupakan sebuah Gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda Semarang yang dahulu disebut Wilhelmina Plein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu). Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang banyak sekali (dalam kenyataannya pintu yang ada tidak sampai seribu, mungkin juga karena jendela bangunan ini tinggi dan lebar, masyarakat juga menganggapnya sebagai pintu).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945) di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Saat ini bangunan yang berusia 100 tahun tersebut kosong dan bereputasi buruk sebagai bangunan angker dan seram. Sesekali digunakan sebagai tempat pameran, diantaranya Semarang Expo dan Tourism Expo.Pernah ada juga wacana yang ingin mengubahnya menjadi hotel.