Lompat ke isi

Batik Plumpungan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Parang Plumpungan.jpg|jmpl|250x250px|Batik Plumpungan dengan corak Parang Plumpungan.|al=]]
[[Berkas:Parang Plumpungan.jpg|jmpl|250x250px|Batik Plumpungan dengan corak Parang Plumpungan.|al=]]
Salatiga sangat erat kaitannya dengan [[Prasasti Plumpungan]]. Prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi dan ditulis dengan huruf [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]] serta menggunakan [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]] tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya [[Kota Salatiga]]. Menurut Soekarto Kartoatmadja, [[Sengkala|candrasengkala]] dalam [[Prasasti Plumpungan]] menunjuk hari Jumat (''Suk'') ''rawâra'' tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.<ref>{{Cite book|title=Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750|last=Soekarto Kartoatmadja|first=dkk|publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga|year=1995|isbn=|location=Salatiga|pages=48}}</ref> Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Kota Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II [[Kota Salatiga]] Nomer 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi [[Kota Salatiga]].<ref>{{Cite book|title=Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942|last=Prakosa|first=Abel Jatayu|publisher=Sinar Hidoep|year=2017|isbn=|location=Salatiga|pages=9-10}}</ref>
Salatiga sangat erat kaitannya dengan [[Prasasti Plumpungan]]. Prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi dan ditulis dengan huruf [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]] serta menggunakan [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]] tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya [[Kota Salatiga]]. Menurut Soekarto Kartoatmadja, [[Sengkala|candrasengkala]] dalam [[Prasasti Plumpungan]] menunjuk hari Jumat (''Suk'') ''rawâra'' tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah ''perdikan''.<ref>{{Cite book|title=Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750|last=Soekarto Kartoatmadja|first=dkk|publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga|year=1995|isbn=|location=Salatiga|pages=48}}</ref> Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Kota Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II [[Kota Salatiga]] Nomer 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi [[Kota Salatiga]].<ref>{{Cite book|title=Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942|last=Prakosa|first=Abel Jatayu|publisher=Sinar Hidoep|year=2017|isbn=|location=Salatiga|pages=9-10}}</ref>


Batik Plumpungan sebagai batik khas dari [[Kota Salatiga]] juga terinspirasi dari [[Prasasti Plumpungan]].<ref>{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Sejarah-Batik-Plumpungan|title=Sejarah Batik Plumpungan|last=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|first=|date=|website=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|publisher=|access-date=20 Februari 2019}}</ref> Sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal 23 Juli 2004 oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) [[Kota Salatiga]] bernama [[Bambang Pamulardi]] dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian [[Jawa Pos]]. Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.
Batik Plumpungan sebagai batik khas dari [[Kota Salatiga]] juga terinspirasi dari [[Prasasti Plumpungan]].<ref>{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Sejarah-Batik-Plumpungan|title=Sejarah Batik Plumpungan|last=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|first=|date=|website=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|publisher=|access-date=20 Februari 2019}}</ref> Sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal 23 Juli 2004 oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) [[Kota Salatiga]] bernama [[Bambang Pamulardi]] dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian [[Jawa Pos]]. Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.
Baris 8: Baris 8:
== Motif Batik Plumpungan ==
== Motif Batik Plumpungan ==
[[Berkas:Motif Dasar Batik Plumpungan.jpg|jmpl|255x255px|Motif dasar Batik Plumpungan.|al=|pus]]
[[Berkas:Motif Dasar Batik Plumpungan.jpg|jmpl|255x255px|Motif dasar Batik Plumpungan.|al=|pus]]
Ciri khas Batik Plumpungan adalah motifnya yang selalu memiliki bentuk dasar seperti [[Prasasti Plumpungan]], yang terdiri dari satu batu besar dan satu batu kecil berbentuk agak melonjong dalam satu kesatuan pakem. Motif batik ini semula masih terbatas hanya lima macam, yaitu: Selo Giri, Kupu-Kupu, Kencono Sekar Plumpungan, Sekar Seling Pereng, dan Selo Temata.<ref>{{Cite web|url=https://nusagates.com/mengenal-batik-plumpungan-motif-batik-khas-salatiga.html|title=Mengenal Batik Plumpungan, Motif Batik Khas Salatiga|last=Utami|first=Widi|date=|website=Nusagates|publisher=|access-date=20 Februari 2019}}</ref> Seiring dengan meningkatnya kreatifitas para pengrajin batik, motif Batik Plumpungan semakin beragam tanpa meninggalkan pola dasar berupa bulatan kecil dan bulatan besar. Melalui pakem motif itu, muncullah berbagai ragam motif batik unik yang dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain sebagainya. Kita bisa membedakan Batik Plumpungan dengan batik yang lain dengan melihat motif dasar dua batu tersebut.
Batik tidak selamanya bermotif tradisional dan berwarna tua. Batik Plumpungan sendiri bergaya kontemporer, memiliki motif unik, dan berwarna cerah. Ciri khas Batik Plumpungan adalah motifnya yang selalu memiliki bentuk dasar seperti [[Prasasti Plumpungan]], yang terdiri dari satu batu besar dan satu batu kecil berbentuk agak melonjong dalam satu kesatuan pakem. Motif batik ini semula masih terbatas hanya lima macam, yaitu: Selo Giri, Kupu-Kupu, Kencono Sekar Plumpungan, Sekar Seling Pereng, dan Selo Temata.<ref>{{Cite web|url=https://nusagates.com/mengenal-batik-plumpungan-motif-batik-khas-salatiga.html|title=Mengenal Batik Plumpungan, Motif Batik Khas Salatiga|last=Utami|first=Widi|date=|website=Nusagates|publisher=|access-date=20 Februari 2019}}</ref> Seiring dengan meningkatnya kreatifitas para pengrajin batik, motif Batik Plumpungan semakin beragam tanpa meninggalkan pola dasar berupa bulatan kecil dan bulatan besar. Melalui pakem motif itu, muncullah berbagai ragam motif batik unik yang dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain sebagainya. Kita bisa membedakan Batik Plumpungan dengan batik yang lain dengan melihat motif dasar dua batu tersebut.
[[Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Klowongan.jpg|jmpl|350x350px|Pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''klowongan''.]]
[[Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Klowongan.jpg|jmpl|350x350px|Pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''klowongan''.]]
Pola dasar Batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik. Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''klowongan'' (pola), dimana pola dasar Batik Plumpungan ini menjadi motif utama dalam membentuk desain Batik Plumpungan, seperti pada Batik Plumpungan motif Semarak. Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''isen-isen'' (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada Batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.<ref>{{Cite web|url=http://fedep.salatigakota.go.id/2013/07/25/mengenal-lebih-lanjut-batik-plumpungan/|title=Mengenal Lebih Lanjut Batik Plumpungan|last=Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Salatiga|first=|date=|website=FEDEP Kota Salatiga|publisher=|access-date=21 Februari 2019}}</ref>
Pola dasar Batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik. Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''klowongan'' (pola), dimana pola dasar Batik Plumpungan ini menjadi motif utama dalam membentuk desain Batik Plumpungan, seperti pada Batik Plumpungan motif Semarak. Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''isen-isen'' (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada Batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.<ref>{{Cite web|url=http://fedep.salatigakota.go.id/2013/07/25/mengenal-lebih-lanjut-batik-plumpungan/|title=Mengenal Lebih Lanjut Batik Plumpungan|last=Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Salatiga|first=|date=|website=FEDEP Kota Salatiga|publisher=|access-date=21 Februari 2019}}</ref>
[[Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Isen-Isen.jpg|jmpl|300x300px|Pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''isen-isen''.]]
[[Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Isen-Isen.jpg|jmpl|300x300px|Pola dasar Batik Plumpungan sebagai ''isen-isen''.]]
Di pusat kerajinan Batik Plumpungan yang didirikan oleh [[Bambang Pamulardi]], semua Batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah, seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam, dari katun hingga sutra.
Di pusat kerajinan Batik Plumpungan yang didirikan oleh [[Bambang Pamulardi]], semua Batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah, seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam, dari katun hingga sutra.

Bambang mengkombinasikan motif Batik Plumpungan dengan motif-motif batik tradisional yang sudah ada, seperti ''kawung''. Kreasi tersebut mendapatkan sambutannya yang cukup baik di masyarakat, namun kendala justru dihadapi dalam hal pemasaran. Dulunya, sangat sedikit sekali masyarakat yang paham akan sejarah budaya yang ada di lingkungannya (tepatnya mengenai keberadaan Prasasti Plumpungan), namun masyarakat semakin tahu dan mengenal Prasasti Plumpungan sebagai peninggalan sejarah yang patut dirawat eksistensinya semenjak batik ini hadir.<ref>{{Cite web|url=http://www.salatigakota.go.id/InfoBerita.php?id=1151&|title=Batik Plumpungan Angkat Nama Salatiga|last=Pemerintah Kota Salatiga|first=|date=|website=Pemerintah Kota Salatiga|publisher=|access-date=21 Februari 2019}}</ref>


== Lihat Pula ==
== Lihat Pula ==
Baris 21: Baris 23:
* [[Batik|Batik.]]
* [[Batik|Batik.]]


<br />
<br />Referensi<references />

{{sedang ditulis}}

== Referensi ==
<references />

Revisi per 20 Februari 2019 21.35

Batik Plumpungan dengan corak Parang Plumpungan.

Salatiga sangat erat kaitannya dengan Prasasti Plumpungan. Prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi dan ditulis dengan huruf Jawa Kuno serta menggunakan bahasa Sansekerta tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya Kota Salatiga. Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam Prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.[1] Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Kota Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomer 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.[2]

Batik Plumpungan sebagai batik khas dari Kota Salatiga juga terinspirasi dari Prasasti Plumpungan.[3] Sebagai salah satu warisan budaya tak benda dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tanggal 23 Juli 2004 oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Salatiga bernama Bambang Pamulardi dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian Jawa Pos. Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.

Batik Plumpungan telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan Kota Salatiga. PNS di Kota Salatiga sendiri menggunakan Batik Plumpungan setiap hari Kamis.

Motif Batik Plumpungan

Berkas:Motif Dasar Batik Plumpungan.jpg
Motif dasar Batik Plumpungan.

Batik tidak selamanya bermotif tradisional dan berwarna tua. Batik Plumpungan sendiri bergaya kontemporer, memiliki motif unik, dan berwarna cerah. Ciri khas Batik Plumpungan adalah motifnya yang selalu memiliki bentuk dasar seperti Prasasti Plumpungan, yang terdiri dari satu batu besar dan satu batu kecil berbentuk agak melonjong dalam satu kesatuan pakem. Motif batik ini semula masih terbatas hanya lima macam, yaitu: Selo Giri, Kupu-Kupu, Kencono Sekar Plumpungan, Sekar Seling Pereng, dan Selo Temata.[4] Seiring dengan meningkatnya kreatifitas para pengrajin batik, motif Batik Plumpungan semakin beragam tanpa meninggalkan pola dasar berupa bulatan kecil dan bulatan besar. Melalui pakem motif itu, muncullah berbagai ragam motif batik unik yang dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain sebagainya. Kita bisa membedakan Batik Plumpungan dengan batik yang lain dengan melihat motif dasar dua batu tersebut.

Pola dasar Batik Plumpungan sebagai klowongan.

Pola dasar Batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik. Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai klowongan (pola), dimana pola dasar Batik Plumpungan ini menjadi motif utama dalam membentuk desain Batik Plumpungan, seperti pada Batik Plumpungan motif Semarak. Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai isen-isen (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada Batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.[5]

Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Isen-Isen.jpg
Pola dasar Batik Plumpungan sebagai isen-isen.

Di pusat kerajinan Batik Plumpungan yang didirikan oleh Bambang Pamulardi, semua Batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah, seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam, dari katun hingga sutra.

Bambang mengkombinasikan motif Batik Plumpungan dengan motif-motif batik tradisional yang sudah ada, seperti kawung. Kreasi tersebut mendapatkan sambutannya yang cukup baik di masyarakat, namun kendala justru dihadapi dalam hal pemasaran. Dulunya, sangat sedikit sekali masyarakat yang paham akan sejarah budaya yang ada di lingkungannya (tepatnya mengenai keberadaan Prasasti Plumpungan), namun masyarakat semakin tahu dan mengenal Prasasti Plumpungan sebagai peninggalan sejarah yang patut dirawat eksistensinya semenjak batik ini hadir.[6]

Lihat Pula


Referensi

  1. ^ Soekarto Kartoatmadja, dkk (1995). Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. hlm. 48. 
  2. ^ Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942. Salatiga: Sinar Hidoep. hlm. 9–10. 
  3. ^ Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. "Sejarah Batik Plumpungan". Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  4. ^ Utami, Widi. "Mengenal Batik Plumpungan, Motif Batik Khas Salatiga". Nusagates. Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  5. ^ Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Salatiga. "Mengenal Lebih Lanjut Batik Plumpungan". FEDEP Kota Salatiga. Diakses tanggal 21 Februari 2019. 
  6. ^ Pemerintah Kota Salatiga. "Batik Plumpungan Angkat Nama Salatiga". Pemerintah Kota Salatiga. Diakses tanggal 21 Februari 2019.