Rimpu: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Lambang Kabupaten Bima.png|jmpl|Kabupaten Bima Provinsi Sumbawa]] |
[[Berkas:Lambang Kabupaten Bima.png|jmpl|Kabupaten Bima Provinsi Sumbawa]] |
||
'''Rimpu''' merupakan sebuah [[budaya]] dalam dimensi busana pada masyarakat [[Bima]] (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima |
'''Rimpu''' merupakan sebuah [[budaya]] dalam dimensi busana pada masyarakat [[Bima]]-Dompu (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima islam yang dibawa oleh orang-orang sumatra melalu hubungan antara kerajaan Bima dengan Goa. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam). |
||
[[Berkas:Lambang Kota Bima.png|jmpl|Kota Bima Provinsi Sumbawa]] |
[[Berkas:Lambang Kota Bima.png|jmpl|Kota Bima Provinsi Sumbawa]] |
||
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima. Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi |
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima-Dompu yang menggunakan sarung khas Bima-Dompu (Mbojo). Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”Katente Tembe” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima-Dompu dikenal sebagai Tembe Nggoli dan Tembe Songke (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima-Dompu yang dikenal dengan ''muna''. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon). |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 26 Februari 2019 08.35
Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima-Dompu (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima islam yang dibawa oleh orang-orang sumatra melalu hubungan antara kerajaan Bima dengan Goa. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam).
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima-Dompu yang menggunakan sarung khas Bima-Dompu (Mbojo). Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”Katente Tembe” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima-Dompu dikenal sebagai Tembe Nggoli dan Tembe Songke (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima-Dompu yang dikenal dengan muna. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).