Lompat ke isi

Tepuk tepung tawar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
membuat halaman Tepuk tepung tawar {{sedang ditulis}}
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor-alih
 
pelaksanaan {{sedang ditulis}}
Baris 1: Baris 1:
'''Tepuk tepung tawar''' adalah salah satu bagian prosesi yang sakral dalam upacara adat budaya melayu. Tepuk tepung tawar biasanya dilakukan pada acara pelantikan pejabat atau tokoh adat dan daerah, sunatan, khususnya acara perkawinan. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tepung tawar itu, yaitu berupa tepung beras yang dicahar dengan air.
'''Tepuk tepung tawar''' adalah salah satu bagian prosesi yang sakral dalam upacara adat budaya melayu. Tepuk tepung tawar biasanya dilakukan pada acara pelantikan pejabat atau tokoh adat dan daerah, [[Sunat|sunatan]], khususnya acara perkawinan. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tepung tawar itu, yaitu berupa [[tepung beras]] yang dicahar dengan air. <ref>{{Cite journal|last=Andika, RJ|date= Februari 2018|title=Upacara Tepuk Tepung Tawar dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu (Studi Pandangan Tokoh Adat di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau|url=http://digilib.uin-suka.ac.id/30450/1/12350023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf|journal=Skripsi|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=6 Maret 2019}}</ref> Tepung tawar dilakukan sebagai perlambang mencurahkan rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan dilaksanakan baik terhadap benda yang bergerak (manusia) maupun benda mati yang tidak bergerak. <ref>{{Cite journal|last=Amri, H|date=2016|title=Eksistensi Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara Pernikahan
Masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga|url=http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/08/JURNAL21.pdf|journal=Naskah Publikasi|volume=|issue=|doi=|pmid=|access-date=6 Maret 2019}}</ref>

== Pelaksanaan ==
Prosesi tepuk tepung tawar dilakukan dengan menepuk-nepukkan bedak pada punggung telapak tangan dan telapak tangan dan ''merenjis-renjiskan'' (memercikkan) air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawari, dan dilengkapi dengan menabur-naburkan ''bunga rampai'', beras putih, dan beras kuning ke seluruh badan orang yang bersangkutan atau yang ditepung tawari, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama. <ref>{{Cite journal|last=Putra, S|date=Oktober 2014|title=Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau|url=https://media.neliti.com/media/publications/31619-ID-makna-upacara-tepuk-tepung-tawar-pada-pernikahan-adat-melayu-riau-di-desa-pemata.pdf|journal=JOM Fisip|volume=1|issue=2|doi=|pmid=|access-date=6 Maret 2019}}</ref>


== Referensi ==
{{reflist}}



{{sedang ditulis}}
{{sedang ditulis}}

Revisi per 6 Maret 2019 05.56

Tepuk tepung tawar adalah salah satu bagian prosesi yang sakral dalam upacara adat budaya melayu. Tepuk tepung tawar biasanya dilakukan pada acara pelantikan pejabat atau tokoh adat dan daerah, sunatan, khususnya acara perkawinan. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tepung tawar itu, yaitu berupa tepung beras yang dicahar dengan air. [1] Tepung tawar dilakukan sebagai perlambang mencurahkan rasa kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang akan dilaksanakan baik terhadap benda yang bergerak (manusia) maupun benda mati yang tidak bergerak. [2]

Pelaksanaan

Prosesi tepuk tepung tawar dilakukan dengan menepuk-nepukkan bedak pada punggung telapak tangan dan telapak tangan dan merenjis-renjiskan (memercikkan) air mawar pada orang yang akan di tepuk tepung tawari, dan dilengkapi dengan menabur-naburkan bunga rampai, beras putih, dan beras kuning ke seluruh badan orang yang bersangkutan atau yang ditepung tawari, kemudian diakhiri dengan doa oleh alim ulama. [3]


Referensi