Triumviratus Kedua: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 46: Baris 46:
== Perang Perusia dan Sekstus Pompeyus ==
== Perang Perusia dan Sekstus Pompeyus ==
[[Berkas:Lucius Antonius.jpg|kiri|jmpl|115 px|Lusius Antonius]]
[[Berkas:Lucius Antonius.jpg|kiri|jmpl|115 px|Lusius Antonius]]
Redistribusi tanah yang dilakukan Oktavianus membangkitkan menimbulkan ketegangan di mana-mana, karena kaum tani dirugikan demi kepentingan para prajurit. Saudara Markus Antonius, [[Lucius Antonius (saudara Markus Antonius)|Lusius Antonius]], yang kala itu menduduki jabatan konsul, membela kaum tani yang terpinggirkan. Sengketa ini menimbulkan [[Perang Perusia]] antara Oktavianus dan Lusius Antonius, yang menghimpun para pendukungnya untuk melawan bala tentara Oktavianus. Langkah Lusius Antonius didukung oleh istri Markus Antonius, [[Fulvia]].<ref>Allison J. Weir, 2007, ''A Study of Fulvia,'' Masters Thesis, Queen's University, Kingston, ON, see [https://qspace.library.queensu.ca/bitstream/1974/966/1/Weir_Allison_J_200712_MA.pdf], diakses 18 April 2015; Appian, ''The Civil Wars'' 5.14; Adrian Goldsworthy, ''Augustus: First Emperor of Rome'' (New Haven, CT: Yale, 2014), 145.</ref><!-- Markus Lepidus held Rome with two legions while Octavian left to gather his army, but Lucius defeated Lepidus, who was forced to flee to Octavian. As Octavian advanced on Rome, Lucius withdrew to Perusia (Perugia), where he was besieged by Octavian in the winter of 41-40 BC. He finally surrendered in exchange for clemency. The outcome was that Lepidus was confirmed as governor of Africa, acquiring six of Antony's legions, leaving Octavian as the sole power in Italy, with his own loyal legions in control. When Antony's supporter Calenus, governor of Gaul, died, Octavian took over his legions, further strengthening his control over the west.<ref>Southern, p. 78</ref> This new distribution of power among the triumvirs was confirmed by the [[Treaty of Brundisium]] in September 40 BC. At around the same time, Antony's wife Fulvia died. Octavian arranged for Antony to marry his sister, [[Octavia the Younger|Octavia]], as a symbol of the renewed alliance.
Redistribusi tanah yang dilakukan Oktavianus membangkitkan menimbulkan ketegangan di mana-mana, karena kaum tani dirugikan demi kepentingan para prajurit. Saudara Markus Antonius, [[Lucius Antonius (saudara Markus Antonius)|Lusius Antonius]], yang kala itu menduduki jabatan konsul, membela kaum tani yang terpinggirkan. Sengketa ini menimbulkan [[Perang Perusia]] antara Oktavianus dan Lusius Antonius, yang menghimpun para pendukungnya untuk melawan bala tentara Oktavianus. Langkah Lusius Antonius didukung oleh istri Markus Antonius, [[Fulvia]].<ref>Allison J. Weir, 2007, ''A Study of Fulvia,'' Masters Thesis, Queen's University, Kingston, ON, see [https://qspace.library.queensu.ca/bitstream/1974/966/1/Weir_Allison_J_200712_MA.pdf], diakses 18 April 2015; Appian, ''The Civil Wars'' 5.14; Adrian Goldsworthy, ''Augustus: First Emperor of Rome'' (New Haven, CT: Yale, 2014), 145.</ref><!-- Markus Lepidus held Rome with two legions while Octavian left to gather his army, but Lucius defeated Lepidus, who was forced to flee to Octavian. As Octavian advanced on Rome, Lucius withdrew to Perusia (Perugia), where he was besieged by Octavian in the winter of 41-40 BC. He finally surrendered in exchange for clemency. The outcome was that Lepidus was confirmed as governor of Africa, acquiring six of Antony's legions, leaving Octavian as the sole power in Italy, with his own loyal legions in control. When Antony's supporter Calenus, governor of Gaul, died, Octavian took over his legions, further strengthening his control over the west.<ref>Southern, p. 78</ref> This new distribution of power among the triumvirs was confirmed by the [[Treaty of Brundisium]] pada bulan September 40 SM. Kira-kira pada waktu yang sama, Fulvia, istri Markus Antonius, wafat. Oktavianus menjodohkan Markus Antonius dengan kakaknya, [[Oktavia Muda|Oktavia]], sebagai tanda pembaharuan persekutuan.


[[Image:Denarius Sextus Pompeius-Scilla.jpg|thumb|240 px|A Sextus Pompey [[denarius]], minted for his victory atas armada tempur [[Augustus|Octavianus]]. On the obverse is the Pharus of [[Messina]], on the reverse the monster [[Scylla]].]]
[[Image:Denarius Sextus Pompeius-Scilla.jpg|thumb|240 px|A Sextus Pompey [[denarius]], minted for his victory atas armada tempur [[Augustus|Octavianus]]. On the obverse is the Pharus of [[Messina]], on the reverse the monster [[Scylla]].]]

Revisi per 9 Maret 2019 08.45

Atas: Gambar Markus Antonius (kiri) dan Oktavianus (kanan) pada kepingan aureus Romawi tahun 41 SM yang diterbitkan sebagai bentuk penghargaan terhadap Triumvirat Kedua.
Bawah: Gambar Markus Lepidus (kiri) dan Oktavianus (kanan) pada kepingan-kepingan denarius. Kedua kepingan ini berterakan huruf-huruf "III VIR R P C", singkatan dari "tresviri rei publicae constituendae" (triwira demi tegaknya republik).[1]

Triumvirat Kedua ({{lang-la|Secundus Triumviratus) atau Triumvirat Yang Lain (bahasa Latin: Alter Triumviratus) adalah sebutan para sejarawan bagi persekutuan politik antara Gaius Iulius Caesar Octavianus (Kaisar Agustus), Marcus Antonius (Markus Antonius), dan Marcus Aemilius Lepidus (Markus Emilius Lepidus) yang terbentuk secara resmi pada tanggal 27 November 43 SM dengan diberlakukannya Lex Titia (Undang-Undang Tisius). Oleh sebagian pihak, tindakan senat meloloskan Undang-Undang Tisius dianggap sebagai peristiwa yang menandai akhir keberadaan Republik Romawi, sementara yang lain menganggap Republik Romawi baru berakhir seusai Pertempuran Aktion atau sesudah Oktavianus dinobatkan menjadi Kaisar Agustus pada tahun 27 SM. Masa bakti Triumvirat Kedua ditetapkan berjalan selama lima tahun, mulai dari tahun 43 SM sampai tahun 33 SM. Berbeda dari Triumvirat Pertama,[2][3] Triumvirat Kedua adalah lembaga negara yang dibentuk secara resmi, memiliki kekuasaan yang sangat besar di negara Republik Romawi berikut kewenangan penuh untuk menjalankannya, serta mengemban imperium maius (kuasa memerintah tertinggi) yang mengatasi seluruh kuasa memerintah yang dimiliki magistratus (pejabat negara) lainnya, termasuk para konsul.

Asal usul dan hakikat Triumvirat Kedua

Sekalipun masih muda, Oktavianus berhasil mendapatkan jabatan consul sufectus dari Senat Republik Romawi untuk masa jabatan tahun 43 SM.[4] Oktavianus masih terus berperang melawan Markus Antonius dan Markus Lepidus di kawasan utara Italia, namun pada bulan Oktober 43 SM, ketiganya sepakat untuk bersatu padu merebut tampuk pemerintahan, dan menggelar pertemuan di dekat kota Bononia (sekarang Bologna) dalam rangka mewujudkan niat mereka.[5][6]

Triumvirat baru ini dibentuk pada tahun 43 SM sebagai Triumviri Rei Publicae Constituendae Consulari Potestate (Triwira Demi Tegaknya Republik dengan Kuasa Konsul, disingkat III VIR RPC). Jika pembentukan Triumvirat Pertama didasarkan atas kesepakatan tokoh-tokohnya belaka, maka pembentukan Triumvirat Kedua diatur dengan undang-undang yang secara resmi mempersekutukan Oktavianus, Markus Antonius, dan Markus Lepidus menjadi penguasa bersama atas negara Republik Romawi.[7] Satu-satunya jabatan lain yang juga pernah diembel-embeli semboyan "demi tegaknya Republik" adalah jabatan diktator Lusius Kornelius Sula, dan satu-satunya pembatasan terhadap kekuasaan Triumvirat Kedua adalah masa jabatan lima tahun yang diatur dengan undang-undang.

Kejanggalan historis dari Triumvirat Kedua ini adalah bahwasanya persekutuan ini pada praktiknya merupakan suatu dewan kepemimpinan yang beranggotakan tiga orang laki-laki dengan kekuasaan diktator, padahal salah seorang anggotanya adalah Markus Antonius, konsul Republik Romawi perancang Lex Antonia (Undang-Undang Antonius) yang diloloskan oleh Senat Republik Romawi pada tahun 44 SM. Undang-Undang Antonius mengatur tentang pembubaran sistem pemerintahan diktator dan penghapusannya dari konstitusi negara Republik Romawi. Sebagaimana Sula dan Yulius Kaisar pada masa pemerintahan mereka sebagai Diktator Republik Romawi, para anggota Triumvirat Kedua tidak melihat ada kontradiksi antara menduduki suatu jabatan yang mengatasi konsul dan menduduki jabatan selaku konsul dalam waktu yang sama.[8]

Pembagian Wilayah Kekuasaan Romawi dari Waktu ke Waktu.
Saat Triumvirat Kedua terbentuk (43 SM).
Sesudah Perjanjian Brundisium (40 SM).

Perang Perusia dan Sekstus Pompeyus

Lusius Antonius

Redistribusi tanah yang dilakukan Oktavianus membangkitkan menimbulkan ketegangan di mana-mana, karena kaum tani dirugikan demi kepentingan para prajurit. Saudara Markus Antonius, Lusius Antonius, yang kala itu menduduki jabatan konsul, membela kaum tani yang terpinggirkan. Sengketa ini menimbulkan Perang Perusia antara Oktavianus dan Lusius Antonius, yang menghimpun para pendukungnya untuk melawan bala tentara Oktavianus. Langkah Lusius Antonius didukung oleh istri Markus Antonius, Fulvia.[9]

Kejatuhan Markus Lepidus

Meskipun Oktavianus secara nominal merupakan pemimpin aksi perlawanan terhadap Sekstus, aksi itu sendiri sesungguhnya dipimpin oleh wakil Oktavianus, Markus Vipsanius Agripa, yang berpuncak pada kemenangan atas Sekstus pada tahun 36 SM. Markus Vipsanius Agripa telah menjadi konsul pada tahun 37 SM, dan membantu melanggengkan kekuasaan Triumvirat dengan memperjuangkan pemberian masa bakti lima tahun kedua bagi mereka.

Sama seperti Triumvirat Pertama, persekutuan triwira kali kedua ini pun akhirnya merenggang dan hancur digerus ambisi dan rasa cemburu. Markus Antonius membenci Oktavianus dan melewatkan sebagian besar waktunya di wilayah timur, sementara Markus Lepidus menyukai Markus Antonius tetapi merasa dirinya disepelekan oleh kedua rekannya, sekalipun ia telah menggantikan Yulius Kaisar selaku Pontifex Maximus pada tahun 43 SM. Dalam perang melawan Sekstus Pompeyus, Markus Lepidus telah menghimpun bala tentara yang terdiri atas 14 legiun dan armada tempur yang cukup besar. Markus Lepidus adalah orang pertama yang mendaratkan pasukan di Sisilia dan telah berhasil merebut sejumlah kota utama. Meskipun demikian, ia merasa bahwa Oktavianus memperlakukannya seperti bawahan, bukan sebagai rekan yang setara.[10] Keadaan ini mendorongnya mengambil langkah-langkah politik tanpa perhitungan matang, yang dijadikan alasan oleh Oktavianus untuk menyingkirkannya dari tampuk kekuasaan. Setelah Sekstus Pompeyus dikalahkan, Markus Lepidus menempatkan legiunnya di Sisilia, dan mengeluarkan pernyataan bahwa sudah sepatutnya Sisilia dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaannya. Andaikata ia tidak dibenarkan menguasai Sisilia, setidak-tidaknya ia kewenangannya dipulihkan atas provinsi-provinsi yang pernah ia kuasai, yakni kewenangannya yang sah berdasarkan Undang-Undang Tisius. Oktavianus menuduh Markus Lepidus mencoba merampas kekuasaan dan memicu pemberontakan. Yang lebih memalukan lagi, legiun-legiun Markus Lepidus di Sisilia membelot ke pihak Oktavianus, dan Markus Lepidus sendiri terpaksa harus takluk pada Oktavianus. Markus Lepidus dilucuti dari seluruh jabatannya kecuali dari jabatan selaku Pontifex Maximus, lalu diberangkatkan menuju tempat pembuangannya di Circeii.[10]

Perang antara Oktavianus dan Markus Antonius

Antonius dan Kleopatra, karya Lawrence Alma-Tadema.

Demi harta jarahan serta upah bagi prajurit-prajuritnya, dan demi mengekalkan reputasinya selaku seorang senapati, Oktavianus maju berperang di Ilirikum guna menundukkan daerah itu ke bawah kekuasaan Romawi, sementara Markus Antonius maju memerangi Partia dengan memanfaatkan perpecahan yang ditimbulkan oleh Fraates IV, Raja Partia yang baru. Meskipun demikian, Markus Antonius tidak dapat mewujudkan rencananya, malah terpaksa mundur setelah kehilangan banyak prajurit.[11]

Kendati sudah menikahi Oktavia, kakak Oktavianus, pada tahun 40 SM (Oktavianus menikahi putri tiri Markus Antonius yang bernama Klaudia Pulkra tiga tahun sebelumnya), Maskus Antonius secara terang-terangan hidup bersama dengan Kleopatra di Aleksandria, bahkan sampai menghasilkan keturunan. Sesudah masa bakti kedua dari Triumvirat kedua berakhir pada tahun 33 SM, Markus Antonius tetap saja memakai gelar Triwira, sementara Oktavianus yang telah memutuskan untuk menjauh dari Markus Antonius telah berhenti memakainya.

Setelah Markus Antonius mengalami kekalahan di Partia, Kleopatra datang membawa sumbangan pasokan perbekalan baginya; Markus Antonius kemudian mengalihkan sasarannya ke Armenia, menawan rajanya yang bernama Artavasdes dan menduduki negeri itu. Ia mencetak uang logam untuk memperingati kemenangannya atas Armenia, meniru pawai kemenangan bala tentara Romawi, dan mengeluarkan maklumat yang terkenal dengan sebutan Donasi Aleksandria, berisi penganugerahan wilayah bagi anak-anak Kleopatra.[12]

Oktavianus menyita surat wasiat Markus Antonius secara tidak sah pada bulan Juli 32 SM, dan menyingkap isinya kepada warga Roma. Surat wasiat ini mengatur pembagian warisan yang besar kepada anak-anak Markus Antonius yang dilahirkan Kleopatra, dan memuat petunjuk-petunjuk pemberangkatan jenazahnya dengan kapal ke Aleksandria untuk dimakamkan. Kekuatan tempur Oktavianus menimpakan kekalahan telak atas kekuatan tempur Markus Antonius dan Kleopatra dalam Pertempuran Aktion di Yunani pada bulan September 31 SM, dan memburu pasangan itu sampai ke Mesir pada tahun 30 SM. Baik Markus Antonius maupun Kleopatra mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri di Aleksandria, dan Oktavianus secara pribadi mengambil alih pemerintahan Mesir dan Aleksandria (tawarikh-tawarikh Mesir mengabadikan nama Oktavianus sebagai firaun pengganti Kleopatra).

Sekutu Oktavianus, Gayus Mesenas, mencegah sebuah pemberontakan yang konon diatur oleh putra Markus Lepidus (31 SM). Setelah mengalahkan Markus Antonius secara mutlak dan menyingkirkan Markus Lepidus dari tampuk pemerintahan, Oktavianus, yang telah menyandang sebutan "Agustus" semenjak tahun 27 BC, menjadi satu-satunya kepala pemerintahan atas segenap wilayah kekuasaan bangsa Romawi, bahkan kemudian menjadi penguasa mutlak, selaku "kaisar" Romawi yang pertama.

Bacaan lebih lanjut

  • Adrian Goldsworthy (2008). Caesar: Life of a Colossus, New Haven, CT:Yale University Press (ISBN 9780300126891), baca [5], diakses 18 April 2015.
  • Suetonius [Gaius Suetonius Tranquillus]| (2003). The Twelve Caesars, diserta prakata dari Michael Grant [Robert Graves, penerjemah], Edisi Revisi, London, UK:Penguin Books (ISBN 0140449213), [6], diakses 18 April 2015.
  • Arnold Joseph Toynbee (2014). "Julius Caesar (Roman ruler): The first triumvirate and the conquest of Gaul," dan "Julius Caesar (Roman ruler): Antecedents and outcome of the civil war of 49–45 BC," di Encyclopædia Britannica (daring), [7] dan BC , diakses 18 April 2015.

Lihat pula

Keterangan dan rujukan

  1. ^ Sear, David R. "Common Legend Abbreviations on Roman Coins". Porter Ranch, CA: David R. Sear. Diakses tanggal 18 April 2015. 
  2. ^ Triumvirat Pertama adalah persekutuan politik antara Gaius Iulius Caesar (Yulius Kaisar), Gnaeus Pompeius Magnus (Pompeyus Agung), dan Marcus Licinius Crassus (Markus Lisinius Krasus; baca Adrian Goldsworthy (2008). Caesar: Life of a Colossus, New Haven, CT:Yale University Press (ISBN 9780300126891, hlm. 164, dan Suetonius [Gaius Suetonius Tranquillus]| (2003). The Twelve Caesars, dengan prakata dari Michael Grant [Robert Graves, penerjemah], Edisi Revisi, London, UK:Penguin Books, hlm. 21 (ISBN 0140449213), [1], diakses 18 April 2015.
  3. ^ Triumvirat Pertama berjalan kira-kira sejak tahun 59 SM sampai dengan kekalahan Markus Lisinius Krasus dalam pertempuran melawan bangsa Partia pada tahun 53 SM. Baca Arnold Joseph Toynbee (2014). "Julius Caesar (Roman ruler): The first triumvirate and the conquest of Gaul," dan "Julius Caesar (Roman ruler): Antecedents and outcome of the civil war of 49–45 BC," di Encyclopædia Britannica (daring), [2] dan [3], diakses 18 April 2015.
  4. ^ "American Journal of Numismatics (Seri Kedua)..." 1990. Setelah kekalahannya di Forum Gallorum pada tahun 43, Antonius kabur dan bergabung dengan Markus Lepidus di Lugdunum. Sementara itu, senat menolak mengakui kemenangan Oktavianus dan memerintahkannya untuk menyerahkan kembali bala tentara para konsul kepada. Oktavianus malah memimpin pasukannya menuju Roma dan memaksa senat untuk mengangkatnya menjadi consul suffectus.33 Sesudah itu, ia kembali ke Galia untuk menuntaskan perang melawan Antonius. 
  5. ^ Eck, hlm. 15f.
  6. ^ Tempat pertemuan mereka terletak di dalam kawasan yang kini menjadi frazione Sacerno, bagian dari komune Calderara di Reno.[butuh rujukan]
  7. ^ "Second Triumvirate". UNRV Roman History. UNRV.com. Diakses tanggal 11 September 2015. 
  8. ^ Markus Lepidus menjabat sebagai konsul pada tahun 42 SM, Markus Antonius pada tahun 34 SM, dan Oktavianus pada tahun 33 SM.
  9. ^ Allison J. Weir, 2007, A Study of Fulvia, Masters Thesis, Queen's University, Kingston, ON, see [4], diakses 18 April 2015; Appian, The Civil Wars 5.14; Adrian Goldsworthy, Augustus: First Emperor of Rome (New Haven, CT: Yale, 2014), 145.
  10. ^ a b Weigel, hlmn. 88f.
  11. ^ Southern, hlm. 88.
  12. ^ Southern, hlm. 91.

Sumber rujukan

  • Dio, Cassius (1917). "XLVII". Roman History, Books 46-50 (Loeb Classical Library, Jld. V). [Earnest Cary, Penerjemah]. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. ISBN 9780674990913. Diakses tanggal 18 April 2015. 
  • Eck, Werner (2002). The Age of Augustus. [D.L. Schneider, Trans.] New Your, NY: Wiley-Blackwell. ISBN 9780631229575. 
  • Eck, Werner (2007) [2002]. The Age of Augustus. [D.L. Schneider and R. Daniel, Trans.] (edisi ke-2nd). Oxford, UK: Wiley-Blackwell. ISBN 1405151498. 
  • Eder, Walter (2005). Augustus and the Power of Tradition. Cambridge, Massachusetts: Cambridge University Press. ISBN 0521807964. 
  • Green, Peter (1990). Alexander to Actium: The Historical Evolution of the Hellenistic Age. Hellenistic Culture and Society. Berkeley, CA: University of California Press. ISBN 0520056116. 
  • Rowell, Henry T. (1962). Rome in the Augustan age. Norman, OK: University of Oklahoma Press. ISBN 9780806109565. 
  • Scullard, H. H. (1982) [1959]. From the Gracchi to Nero: A History of Rome from 133 B.C. to A.D. 68 (edisi ke-ke-5). London; New York: Routledge. ISBN 0415025273. 
  • Southern, Pat (1998). Augustus. London, UK: Routledge. ISBN 0415166314. 
  • Syme, Ronald (1939). The Roman Revolution. Oxford, UK: Oxford University Press. ISBN 0192803204. 
  • Weigel, Richard D. (1992). Lepidus: The Tarnished Triumvir. London, UK: Routledge. ISBN 0415076803. 
  • Wright, F.A. (1937). Marcus Agrippa: Organizer of Victory. London, UK: Routledge.